Solilokui

Khatam Quran Ramadhan 1442 H

Alhamdulillah akhirnya aku khatam Quran di hari ke-23 Ramadhan 1442 H. Untuk pertama kali dalam hidupku sebagai Muslim dewasa menjelang umur 50 tahun, aku bisa menamatkan Quran di bulan suci. Aku sulit percaya sendiri. Aku yang kurang religius, kerap berbuat dosa, suka sinis dan pesimistik menilai dunia

Oleh  : Anwar Holid

JERNIH– Menjelang Ramadhan 1442 H aku sama sekali tak yakin bisa khatam Quran dalam sebulan. Terakhir kali aku memulai lagi rutin baca Quran pada beberapa bulan lalu, hingga akhirnya khatam persis di hari terakhir bulan Syaban. Setelah itu, untuk pertama kali dalam hidupku tebersit keinginan untuk khatam Quran selama Ramadhan. Niat itu terasa nekat.

Anwar Holid

Karena kurang religius, aku mengira-ngira bagaimana cara khatam Quran selama Ramadhan, sementara di siang hari aku kerja tanpa ada jeda makan siang. Otomatis aku tidak bisa mencicil baca Quran setelah shalat duhur maupun ashar. Tapi, pengalaman menunjukkan kaum Muslim bisa menamatkan Quran dengan membawakannya satu juz satu malam waktu shalat tarawih selama sebulan penuh — cuma jangan bayangkan jadi berapa lama waktu shalatnya.

Secara teknis niat khatam Quran di bulan Ramadhan sangat wajar. Kaum muslimin mendedikasikan bulan Ramadhan jadi bulan penuh kebaktian dan ibadah. Jadi target khatam Quran sebenarnya patut diutamakan.

Kalau kita dengarkan murottal Quran, rata-rata butuh satu jam untuk menamatkan satu juz. Dengan begitu, pada dasarnya kita bisa menamatkan Quran dalam waktu 30 jam. Tapi waktu selama itu hanya bisa dilakukan oleh para pelantun dan penghapal Quran tingkat dewa, yang kemampuannya sempurna. Bagi orang seperti aku yang masih berjuang baca Quran, tamat satu  lempir (satu halaman bolak-balik) saja bisa butuh beberapa belas menit. Sering aku mengulang bacaan karena masih merasa salah pengucapannya, bunyinya, penekanannya, panjang-pendeknya, atau nadanya… sebelum akhirnya merasa benar dan melanjutkan dengan lebih lancar.

Karena ada 30 juz, sangat wajar bila target awal khatam Quran ialah dengan mulai menamatkan satu juz satu hari. Caranya? Optimalkan waktu luang. Prioritaskan baca Quran. Banyak celah waktu luang selama selama Ramadhan. Contoh: waktu menjelang buka (sebelum azan magrib), setelah shalat magrib (menunggu isya), setelah shalat tarawih, bila terbangun dini hari, setelah selesai sahur (sambil menunggu subuh), dan setelah shalat subuh. Apalagi di akhir pekan, waktu luang bagi pekerja kantoran jauh lebih lapang lagi.

Di bulan Ramadhan, sangat mungkin kaum Muslim menunda hobi. Misalnya gowes. Di hari biasa, orang bisa menghabiskan waktu lebih dari empat jam untuk gowes. Kini waktu selama itu bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan baca Quran. “Ngapain baca Quran selama itu?” tanya sebagian orang . Lha? Coba sekarang di balik. “Ngapain gowes selama itu?” Ya buat kesenangan dan kesehatan. Nah, baca Quran juga bisa bikin senang dan sehat. Baca Quran malah juga bisa bikin tenang.

Membaca Quran dengan tajwid yang benar bikin pernapasan lancar dan berpengaruh pada kesehatan jantung. Menyelami makna Quran bisa menimbulkan efek perenungan dan relaksasi yang luar biasa.

Menjelang Ramadhan aku terpikir akan rajin gowes ngabuburit menjelang buka, misalnya ke masjid-masjid besar di Bandung. Tapi dugaanku tak jadi kenyataan. Aku benar-benar tak pernah ngabuburit, akhirnya lebih memilih baca Quran daripada gowes. Setiap pulang kerja aku segera bebersih dan mencicil baca Quran. Kondisi ini ditunjang betapa nyaris tak seorang pun mengajak aku buka bersama ke  kafe atau warung makan — kecuali sekali dengan grup pengajian Masjid Al-Ikhlas. Berkahnya aku punya waktu luang buat mendaras Quran, dan hampir setiap magrib ikut buka bareng sangat sederhana dan shalat jamaah di masjid itu.

Bagiku, baca Quran di juz-juz awal hingga juz belasan merupakan perjuangan yang butuh daya tahan dan kesabaran. Surat di juz-juz awal  terdiri dari ratusan ayat, sementara satu ayat bisa terdiri dari kalimat kompleks yang panjang.

Buat menuntaskannya saja berat, perlu menghela napas berkali-kali, meski sudah dibantu dengan tanda berhenti. Kadang-kadang perlu diperbaiki. Baca Quran bukan balapan, jadi lebih baik kita mengulang-ulang bacaan setiap kali melakukan kesalahan sebelum meneruskan dengan benar dan lancar.

Aku mendapati membaca dengan panjang-pendek sebagaimana mestinya, penekanan bunyi dan ejaan yang benar ternyata membantu kelancaran membaca, jadi tidak kagok atau terbata-bata. Napas dan pengucapan jadi terasa lancar. Setelah melewati juz-juz awal yang berat, memasuki juz 15 dan setelahnya lebih terasa ringan, sebab ayat-ayatnya lebih pendek dan banyak yang terdengar sangat berima, hingga enak terdengarnya.

Alhamdulillah akhirnya aku khatam Quran di hari ke-23 Ramadhan 1442 H. Untuk pertama kali dalam hidupku sebagai Muslim dewasa menjelang umur 50 tahun, aku bisa menamatkan Quran di bulan suci. Aku sulit percaya sendiri. Aku yang kurang religius, kerap berbuat dosa, suka sinis dan pesimistik menilai dunia, bisa menamatkan firman Allah yang isinya kadang-kadang mencengangkan dan masih sulit aku pahami.

Aku bisa menggunakan hari-hari terakhir puasa untuk membaca lebih baik terjemahan Quran, mengulang atau bagian tertentu surat yang ingin aku ulang-ulang, seperti Al-Bayyinah, Ar-Rahman, atau Yaa Siin.

Menjelang Lebaran aku dapat kejutan hadiah Al-Quran ukuran besar dan mewah dari seorang teman. Quran itu dilengkapi terjemahan per kata dan “asbabun nuzul”. Sungguh menggembirakan. Aku sudah lama ingin beli Quran ukuran besar biar lebih nyaman buat mataku. Semua kejadian ini membuat aku perlu terus memperbaiki bacaan Quran dan memperbaiki diri — perjuangan yang harus dilakukan konsisten sampai mati. [ ]

Back to top button