Liburan Panjang di Tengah Pandemi Tetap Patuh Protokol Kesehatan
Titik Valentine
Semakin tinggi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan berkontribusi pada penurunan jumlah kasus Covid-19.
JERNIH-Akhir bulan Oktober ini akan berlangsung libur panjang. Libur ini merupakan gabungan tanggal merah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 29 serta cuti bersama tanggal 28 & 30 Oktober 2020.
Dalam kalender libur dimulai hari Kamis hingga Sabtu, sehingga jumlah libur tiga hari. Namun karena jadi empat hari karena ditambah hari Minggu. Dengan demikian libur terasa panjang.
Dahulu pemerintah sengaja menyatukan hari libur nasional dengan cuti bersama dengan tujuan utama mendongkrak ekonomi daerah melalui pariwisata. Jika pariwisata suatu tempat ‘hits’ maka geliat ekonomi akan dirasakan masyarakat sekitar. Mulai dari penginapan, persewaan alat transportasi, kuliner, hingga pernik-pernik oleh-oleh baik yang dibuat oleh pabrik maupun home industri.
Bukan hanya daerah yang terdongkrak secara ekonomi, kebijakan libur bersama ini juga terbukti membantu seluruh moda transportasi mengeruk keuntungan dari masyarakat mulai gemar mudik dengan alasan silaturahmi.
Sebelum terjadi pandemi Covid-19, biasanya jauh-jauh hari masyarakat sudah merencanakan bepergian. Namun saat pandemi Covid-9 seperti saat ini, apakah masyarakat masih antusias bepergian? Terlebih pada libur bersama beberapa waktu lalu menyebabkan terjadinya lonjangan angka kasus positif Covid-19 diberbagai daerah?
Jika pada libur bersama bulan Agustus lalu, pemerintah masih membatasi dan setengah hati mengijinkan masyarakat bepergian ke berbagai daerah, namun untuk libur bersama kali ini, justru pemerintah seperti mendorong terjadinya mobilitas masyarakat ke berbagai tempat. Tak dapat dipungkiri dorongan tersebut untuk membuat roda perekonomian di berbagai tempat menjadi berputar.
Bukti dorongan pemerintah agar terjadi mobilitas masyarakat dapat dilihat dari mulai ditiadakan kewajiban mengantungi rapid test bagi warga yang hendak naik moda angkutan, baik kereta api, kapal laut maupun pesawat udara.
Maskapai penerbangan pun menyambut gairah pemerintah dengan menawarkan tiket harga murah pada tujuan-tujuan yang selama ini dikenal jalur basah seperti Jogya, Semarang, dan lainnya. Ada 13 bandara yang menghapus airport tax sehingga harga tiket pesawat jadi relatif murah.
“Setiap penumpang tersebut tidak dibebani biaya PSC karena akan dikeluarkan dari komponen biaya tiket yang akan ditagih oleh operator bandar udara kepada pemerintah,” kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Novie Riyanto, dalam konferensi pers, Kamis (22/10/20) lalu.
Kepolisian bahkan telah mengantisipasi mobilitas kendaraan yang akan keluar kota dengan menyiapkan rekayasa lalu lintas lawan arus atau contraflow di ruas Tol Jakarta-Cikampek.
“Penerapan contraflow di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan pembatasan truk sumbu tiga ke atas untuk tidak melalui jalan tol,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Ahmad Ramadhan di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Selasa (20/10/2020).
Bagaimana dengan pandemi Covid-19? Presiden Jokowi telah mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 saat libur panjang akhir Oktober mendatang. Hal tersebut disampaikan dalam rapat terbatas mengantisipasi penyebaran Covid-19 saat libur panjang akhir Oktober mendatang di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2020.
“Kita memiliki pengalaman libur panjang, pada satu setengah bulan yang lalu. Setelah itu terjadi kenaikan kasus Covid-19 yang agak tinggi. Oleh sebab itu, ini perlu kita bicarakan agar kegiatan libur panjang dan cuti bersama ini jangan sampai berdampak pada kenaikan kasus Covid,” kata Jokowi dalam ratas tersebut.
Jokowi bahkan memberi lima arahan antisipasi penyebaran COVID-19 saat libur panjang akhir Oktober 2020, yang intinya mengingatkan agar tidak terjadi kenaikan kasus positif Covid-19 paska libur panjang.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian telah memerintahkan seluruh kepala daerah untuk mengantisipasi penularan virus Corona saat musim libur panjang, akhir bulan Oktober ini. Tito khawatir libur panjang akan menciptakan klaster libur panjang.
“Kita minta stakeholder mengantisipasi terhadap penyebaran Covid-19 selama libur panjang akhir Oktober 2020 sehingga nantinya tidak menjadi media penularan,”. Kata Tito dalam rapat koordinasi bersama seluruh gubernur, bupati dan wali kota se-Indonesia dan beberapa menteri terkait secara virtual, Kamis (22/10/2020).
Namun Tito tetap berharap masyarakat memanfaatkan libur panjang dengan tetap di rumah saja dan melakukan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Sehingga bisa melindungi diri dari penularan Covid-19.
Senada dengan Tito adalah Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa juga mengajak masyarakat melakukan Staycation (stay vacation) atau berlibur di rumah saja sebagai pilihan terbaik karena dinilai paling aman.
Meski berlibur di rumah saja, dapat bersama keluarga memanfaatkan internet untuk menonton konser musik, film atau membuat permainan seru bersama anggota keluarga bahkan berolahraga bersama.
Staycation bisa dijadikan kesempatan menjalankan protokol kesehatan keluarga yang telah disusun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
sebetulnya libur panjang di tengah pandemi Covid dapat menjadi uji coba sejauh mana masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan, sebab selama masyarakat tetap menjalankan tiga M yakni, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak akan meminimalisr terjadinya penularan Covid-19.
Lalu siapa yang bertanggungjawab atas kepatuhan masyarakat tersebut? Tentu saja semua pihak, baik masyarakat maupun para petugas yang diberi wewenang melakukan penegakan aturan protokol kesehatan. Termasuk diantaranya peran serta pemilik tempat kuliner, pengelola penginapan, pengelola tempat rekreasi untuk tidak segan menegur mereka yang tidak patuh pada protokol kesehatan.
Tim pemodelan epidemiologi Covid-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Muhammad N Farid mengatakan semakin banyak orang yang patuh menjalankan tiga M, berkontribusi pada penurunan jumlah kasus, dan sebaliknya. (tvl)