Mekkah Kota Kemuliaan
“Ya Roddadu urdudni ila baitika hadza, warzuqnil auda tsummal auda karrotin ba’da marrotin. Ya Alloh yang Maha Kuasa mengembalikan, kembalikanlah aku ke Ka’bah ini dan berilah aku rizki untuk mengulangi kedatanganku berkali-kali, berkali-kali.”
Oleh : Usep Romli H.M.
Sekadar mengungkap kenangan dan harapan, karena tahun 2020 ini tak akan ada jamaah haji Indonesia berangkat ke Mekah. Semoga Covid 19 segera sirna dari muka bumi dan umat leluasa kembali berziarah ke tanah suci.
Terutama ke Mekkah, kota tersuci pertama umat Islam. Karena di situ ditu-runkan wahyu paling awal kepada Nabi Muhammad Saw, berupa lima ayat per-tama Surat al ‘Alaq. Di situ pula, selama 13 tahun, Nabi Muhammad Saw berjuang meletakkan dasar-dasar ajaran Islam : aqidah, ibadah dan ahlak, di tengah ancaman dan tentangan hebat kaum kafirin-musyrikin yang menolak Islam dan kerasulan Muhammad Saw.
Baru setelah hijrah ke Madinah, Nabi Saw berhasil mewujudkan kesempurnaan Islam (ash shumuliyatul Islam), secara lengkap. Meliputi hal-hal bersifat ukhrowiyah dan dunyawiyah. Karena di Madinah, umat Islam mampu bergerak merambah bidang-bidang mu’amallah (sosial kemasya-rakatan) seperti ekonomi (perdagangan), politik (pemerintahan), pertahanan dan keamanan (pasukan siaga perang), dan lain-lain. Kesemuanya tetap berpusat pada poros aqidah tauhid, ibadah yang sahih dan ahlak mulia.
Setelah 10 tahun, umat Islam di bawah pimpinan Nabi Saw, kembali ke Mekkah. Membebaskan Mekkah dari cengkeram kaum kafirin-musyrikin. Membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala sembahan mereka. Keberhasilan umat Islam yang terusir dari Mekkah dulu, kembali masuk kota Mekkah, disebut sebagai “Fathul Mubina”. Kemenangan nyata dari Allah SWT yang berkehendak memberi ampunan, dan menyempurnakan nikmatNya (bagi umat Islam), serta memimpin ke jalan lurus dan memberi kekuatan (Q.s.al Fath : 1-3).
Kota Mekkah menjadi ciri khusus keunggulan Islam yang tak terungguli oleh apa pun dan siapa pun (al Islamu ya’lu wa la yu’la alaihi). Kota yang disebut “baladul amin” (Q.s.at Tin : 3). Kota yang aman sentosa sejahtera. Kota yang dido’akan oleh Nabi Ibrahim As, agar menjadi kawasan aman sentosa, pendu-duknya berlimpah rejeki buah-buahan (Q.s.al Baqarah : 126).
Di kota Mekkah terdapat tempat-tempat yang menjadi rukun dan wajib haji. Seperti Ka’bah tempat tawaf, Shafa-Marwah tempat sa’i, Arafah tempat wukuf, Mudzalifah tempat mabit, Mina tempat jumroh. Semuanya merupakan tempat-tempat mustajab (makanul mustajabah) untuk berdo’a, memohon ampunan dan segala keinginan kepada Alloh SWT. Terutama di Multazam sebagai inti Ka’bah, yang letaknya antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.
Maka ketika memasuki kota Mekkah, selalu berpakaian ihrom yang dimulai di miqot, dianjurkan membaca do’a :
“Allohumma hadza haromuka wa amnuka faharrim lahmi wa dammi wa sya’ari wa basyari alannar, wa aminni mindzanbika yauma tab’atsuibadaka waj’alni min auliyaika wa ahli tho’atika.
Ya Alloh, kota ini adalah tanah haramMu, dan tempat yang aman. Maka hindarkanlah daging, darah, rambut bulu dan kulitku dari neraka. Amankanlah aku dari siksaMu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-hambaMu. Masukkanlah aku ke dalam golongan wali-waliMu dan ahli ta’at kepadaMu.”
Di Mekkah pula, di lingkungan Masjidil Haram, terdapat air Zamzam yang memancar sejak ribuan tahun lalu. Dianugerahkan Alloh SWT kepada istri Nabi Ibrohim As, Siti Hajar dan putranya, Ismail, yang ditempatkan di lembah Bakkah. Berkat adanya mata air Zamzam itu, lembah Bakkah yang gersang kering kerontang, berangsur-angsur menjadi pemukiman ramai, dilintasi kafilah-kafilah dari berbagai negara. Sehingga menjadi kota besar yang “mukarromah”. Penuh kemuliaan, baik secara mental-spiritual, maupun material-finansial. Hingga hari ini, debit air Zamzam tak pernah berkurang. Padahal setiap saat, digunakan berjuta-juta orang, terutama pada musim haji, untuk segala keperluan sehari-hari.
Setiap jamaah haji, pasti akan terkesan dan terkenang oleh Mekkah. Maka pada do’a tawaf wada (perpisahan), selalu terselip permohonan agar dapat kembali ke Mekkah, ke Ka’bah : “Ya Roddadu urdudni ila baitika hadza, warzuqnil auda tsummal auda karrotin ba’da marrotin. Ya Alloh yang Maha Kuasa mengembalikan, kembalikanlah aku ke Ka’bah ini dan berilah aku rizki untuk mengulangi kedatanganku berkali-kali, berkali-kali.”
Tentu saja, dalam kondisi yang lebih mantap daripada sebelumnya. Mantap aqidah, mantap ibadah, mantap ahlak dan mantap amal soleh. [ ]