Solilokui

Membicarakan “Ndasmu Etik”

Akhlak memiliki empat pilar utama, yaitu al-hikmah, iffah, syaja’ah, dan ‘adil. Al-hikmah adalah kebijaksanaan dan kesabaran dalam menghadapi segala situasi dan kondisi. Iffah adalah menjaga kehormatan dan kesucian diri dari segala hal yang tercela dan haram. Syaja’ah adalah keberanian dan keteguhan dalam berjuang di jalan Allah dan menegakkan kebenaran. ‘Adil adalah keseimbangan dan kesetaraan dalam memberi dan menerima hak dan kewajiban.

Oleh      :   Rahmat Mulyana

JERNIH– Karena belakangan urusan etika ini menjadi perhatian serius banyak orang, seiring umpatan itu mengemuka setelah sempat jadi pertanyaan di momen Debat Capres 1, seorang sahabat bertanya, apa pandangan Islam soal etika?

Jawabannya sangat bernuansa. Tetapi jelas bahwa secara keseluruhan, dengan memakai definisi yang mana pun, etika adalah hal yang sangat serius dalam agama. Baiklah saya jelaskan.

Rahmat Mulyana

Jika memakai definisi etika Islam, maka cakupannya sangat luas, melibatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip moral yang telah ditetapkan oleh ajaran agama Islam. Ada beberapa prinsip utama yang terkandung dalam etika Islam, antara lain:

-Tauhid: Prinsip ini menekankan keyakinan akan keesaan Tuhan dan ketaatan kepada-Nya. Tauhid berkaitan erat dengan etika, karena meyakini keesaan Tuhan mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan sesama makhluk ciptaan-Nya.

-Ihsan: Merupakan konsep untuk membuat kebaikan dalam segala aspek kehidupan, baik secara materi maupun non-materi. Penanaman pahala serta melakukan segala tindakan dengan keikhlasan dan kebaikan hati, termasuk dalam prinsip ini.

-Adil: Etika Islam menitikberatkan pada prinsip keadilan dalam hubungan antarsesama manusia. Menjalankan keadilan artinya memberikan hak-hak yang seimbang dan adil kepada semua orang, tanpa memandang ras, suku, atau agama.

-Amar ma’ruf nahi munkar: Prinsip ini mengajarkan kita untuk mendorong tindakan-tindakan baik dan mencegah tindakan buruk di dalam masyarakat. Ini berarti, sebagai Muslim kita diberi tanggung jawab moral untuk menghargai nilai-nilai positif dalam Masyarakat, dan menentang segala bentuk kejahatan atau kerusakan yang dapat mengganggu ketenteraman sosial.

-Akhlak terpuji: Etika Islam mencakup pentingnya mengembangkan akhlak terpuji dalam diri kita, seperti kesabaran, kejujuran, keadilan, ketulusan, dan tolong-menolong.

Jika memilih pertengahan, dalam arti definisi yang luas, maka padanannya adalah akhlak atau bisa disebut budi pekerti. Akhlak adalah satu dari tiga unsur pokok agama selain Aqidah dan Syariah. Ini merupakan padanan dari Iman, Islam dan Ihsan. Aqidah adalah keyakinan dan kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku seorang Muslim. Syariah adalah hukum dan aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam.

Akhlak adalah nilai-nilai moral dan etika yang menjadikan manusia berakhlak mulia. Akhlak merupakan salah satu pilar penting dalam Islam, karena akhlak adalah buah dari aqidah dan syariah. Baginda Rasulullah ﷺ adalah manusia teragung. Beliau memiliki akhlak terbaik, berkepribadian termulia.

Allah SWT sendiri yang menyatakan, “Sungguh engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang sangat agung.” (QS: al-Qalam: 4).

Sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan Al-Baihaqi, dikatakan “Innama buistu li utammima makarimal akhlak. Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”  

Akhlak adalah cerminan dari iman dan amal saleh seorang Muslim. Akhlak juga merupakan tujuan dari syariah, yaitu untuk membentuk manusia yang beradab dan bermartabat. Akhlak adalah kriteria utama yang akan menentukan keselamatan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Akhlak memiliki empat pilar utama, yaitu al-hikmah, iffah, syaja’ah, dan ‘adil. Al-hikmah adalah kebijaksanaan dan kesabaran dalam menghadapi segala situasi dan kondisi. Iffah adalah menjaga kehormatan dan kesucian diri dari segala hal yang tercela dan haram. Syaja’ah adalah keberanian dan keteguhan dalam berjuang di jalan Allah dan menegakkan kebenaran. ‘Adil adalah keseimbangan dan kesetaraan dalam memberi dan menerima hak dan kewajiban.

Dalam pembahasan tentang etika, perlu kita ungkap istilah lain yang juga sering terkait, yakni “adab”. Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq (أخلاق) yang berarti tingkah laku, tabiat, watak, atau perangai. Akhlak juga dapat diartikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang, yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Adab pun berasal dari bahasa Arab, yaitu adab (أدب) yang berarti sopan santun, tata krama, atau tata cara. Adab dapat diartikan sebagai aturan atau norma yang mengatur perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun agama.

Dari pengertiannya, dapat disimpulkan bahwa akhlak lebih bersifat internal, yaitu berkaitan dengan sifat dan watak seseorang. Sedangkan adab lebih bersifat eksternal, yaitu berkaitan dengan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dalam definisi yang lebih sempit, maka etika bisa disejajarkan dengan Iffah dalam poin sebelumnya, yakni menjaga kehormatan atau menjaga kesucian diri. Ini sesuatu yang juga sangat fundamental dalam Islam. Sebutlah saja sabda Nabi SAW,”Sifat malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan.”(HR Buhari 5.652 dan HR Muslim 53). “Jika kamu tidak (punya) malu maka berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari 3225, 3225, 5655; HR Abu Daud 4164).    

Iffah memiliki arti “kekhususan” atau “kesucian” dalam bahasa Arab. Dalam Islam, Iffah merujuk pada kemurnian, kesucian, dan kehormatan dalam hubungan antara pria dan wanita. Iffah menekankan pentingnya menjaga batas-batas dalam pergaulan, menjauhi zina, dan mencintai pasangan dengan tulus dan penuh penghormatan. Salah satu contohnya adalah menahan amarah.

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Imran ayat 134: “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Dengan memiliki rasa malu, seseorang tidak akan mudah terjerumus pada perkara-perkara yang haram. Dengan adanya sifat tersebut, maka malu dapat menjadi rem bagi seseorang dalam bertindak. Contoh iffah dalam penerapan kehidupan adalah menjaga pandangan, menjaga lisan, menjaga kesucian wanita dengan menutup aurat. Begitu pula dengan menjaga kemaluan, menjaga diri dari harta haram, menjaga diri dari perilaku-perilaku yang tidak baik, menahan nafsu dan amarah.

Dalam pandangan Islam, akhlak adalah salah satu pilar penting yang membentuk perilaku manusia. Nabi Muhammad SAW dijelaskan sebagai contoh yang sempurna dalam hal etika, dan Al-Qur’an menyatakan bahwa beliau memiliki akhlak yang agung. Hadis Nabi juga menekankan pentingnya sifat malu yang muncul dari praktik kebaikan.

Selain perspektif agama, etika juga bisa dilihat dalam kacamata ilmu psikologi dan sosial. Dalam ilmu psikologi, sifat malu dipahami sebagai respons psikologis terhadap norma sosial dan nilai-nilai moral. Di sisi lain, ilmu sosial memeriksa bagaimana etika memengaruhi dinamika sosial dan interaksi manusia dalam masyarakat.

Dengan demikian, etika dalam Islam bukan hanya konsep moral, tetapi juga mencakup aspek spiritual, psikologis, dan sosial. Memahami dan mengamalkan etika dalam Islam adalah bagian dari upaya untuk mencapai kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Etika Islam memberikan kerangka kerja yang kokoh untuk membimbing perilaku manusia menuju kebaikan, keadilan, dan akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran agama.

Dalam dunia yang terus berkembang, pemahaman dan praktik etika dalam Islam menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Dengan menjadikan etika sebagai pedoman dalam tindakan dan interaksi sehari-hari, umat Islam dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan harmonis, sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut. [  ]

Back to top button