Solilokui

Morowali dari Hutan Terpencil Menjadi Pusat Industri Nikel Global

Morowali, sebuah kabupaten di Sulawesi Tengah meruyak. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin geram sampai ia bilang, “tidak boleh ada negara dalam negara.” Ada apa di Morowali?

JERNIH –  Tak hanya geram, pak menteri bahkan memerintah TNI untuk melakukan pengamanan bandara, jika operasi militer diperlukan. Morowali seperti punya tuan tanah sendiri. Ini barangkali yang dimaksud Sjafrie sebagai ada pengelolaan sebuah kawasan dengan jaringan kekuasaan yang beroperasi secara independen.

Ada dua bandara di Molowari yang merupakan akses cepat memasuki daerah tersebut. Keduanya menghadap ke Laut Banda. Pertama, Bandara Maleo yang berada di sisi utara Molowari. Kedua, Bandara IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di selatan. Jarak keduanya sejauh 104 km. Tidak terlalu jauh sebenarnya, bisa ditempuh dalam tempo 2 – 3 jam.

Namun, bandara IMIP yang didirikan 10 tahun setelah Maleo Airport punya nilai strategis. Bandara yang dibangun selama 2 tahun itu belakangan ramai dibicarakan dan disebut-sebut sebagai pintu masuk yang bebas, yang tidak selayaknya sebuah bandara di Indonesia di mana seluruh sistem dan kewenangan negara ada di sana.

Jika Anda googling, tersebutlah dua nama, yakni Bandara IMIP – Indonesia Morowali Industrial dan IMIP Private Airport. Keduanya ternyata merujuk pada satu lokasi, alias sama. Hanya Google seolah membelah jadi dua nama.

Tentu saja yang menarik adalah julukan IMIP Private Airport. Ini karena bandara tersebut dimiliki dan dioperasikan secara pribadi oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), bukan oleh pemerintah, sehingga tidak dibuka untuk umum dan hanya diperuntukkan bagi keperluan perusahaan.

Jadi jelas lah jika area di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali tersebut ada aktivitas pertambangan yang membutuhkan keprivasian di dalamnya, hingga membutuhkan bandara tersendiri.

Pendirian kawasan IMIP sesungguhnya telah dilakukan 12 tahun silam. Kala itu ditandatangani oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok di Jakarta, tanggal 3 Oktober 2013. Sementara awal beroperasinya kawasan industri IMIP diresmikan oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo pada tanggal 29 Mei 2015.

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) adalah perusahaan pengelola kawasan industri berbasis nikel yang terletak di beberapa desa di Kecamatan Bahodopi. Dengan kata lain IMIP menjadi lokomotif utama yang mengubah Morowali.

PT IMIP didirikan sebagai perusahaan patungan. Pemegang saham utamanya meliputi entitas dari China, yaitu Shanghai Decent Investment Group (49,69%), serta perusahaan domestik seperti PT Sulawesi Mining Investment (25%) dan PT Bintang Delapan Investama (25,31%).

Kawasan IMIP mulanya seluas 1.350 hektare, kemudian diperluas menjadi 2.000 hektare, dan pada tahun 2022 telah mencapai sekitar 4.000 hektare.

Sejarah Tambang Morowali

Morowali bak kawasan tambang prioritas sebagaimana halnya Bangka Belitung yang punya timah. Aktivitas penambangan di Morowali sebenarnya memiliki akar sejarah yang panjang, jauh sebelum era industrialisasi modern.

Pada abad ke-17 (1600-an) diperkirakan telah ada aktivitas perdagangan bijih besi bercampur nikel yang dilakukan oleh Kerajaan Mori dan diperdagangkan dengan pedagang Belanda dan Inggris di Pelabuhan Kolonedale. Pemanfaatan bahan tambang skala kecil telah dipraktikkan oleh pengrajin lokal untuk membuat peralatan perang seperti mata tombak dan pedang.

Industri nikel modern mulai berkembang secara signifikan di Morowali dan mencapai puncaknya dengan pendirian kawasan industri terpadu. Pembangunan smelter nikel modern pertama di kawasan ini dimulai pada awal tahun 2014.

Hal ini sejalan dengan kebutuhan Nikel yang melinjak gila-gilaan. Tadinya lebih banyak untuk industri baja tahan karat yang meminta 70 persen dari keseluruhan produk nikel. Era mobil listrik (EV) menambah permintaan akan nikel.

Nikel digunakan sebagai katoda pada baterai Lithium-ion jenis NMC (Nikel Mangan Kobalt) dan NCA (Nikel Kobalt Aluminium) karena kemampuannya menyimpan energi listrik yang besar dan tahan lama. Permintaan sektor ini tumbuh paling signifikan (proyeksi mencapai 4 juta ton lebih di 2040).

Dari dua kebutuhan di atas, China adalah konsumen nikel terbesar di dunia. China adalah produsen baja tahan karat terbesar secara global. Selain itu, China adalah pemimpin dunia dalam manufaktur kendaraan listrik dan memiliki ekosistem baterai yang sangat besar, menjadikan permintaan nikel di negara ini sangat dominan.

Sehingga tidak heran pula bila di kawasan IMIP terbagi menjadi tiga kluster. Kluster Stainless Steel (Baja Tahan Karat), Kluster Carbon Steel (Baja Karbon) dan Kluster Komponen Baterai (untuk Kendaraan Listrik).

Kawasan IMIP mengintegrasikan seluruh rantai pasok industri nikel, mulai dari penambangan, pengolahan (smelting), hingga produksi barang jadi. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 50 tenant (penyewa) di kawasan ini.

Di satu sisi Morowali memberi devisa yang jumlahnya miliaran dolar per tahun, serta meningkatkan PDB khususnya kawasan setempat. Namun di sisi lain, juga menimbulkan berbagai persoalan. Yang paling krusial tentu saja soal pelanggaran dan kerusakan lingkungan.

Kembali kepada persoalan tentang bandara yang eksklusif tersebut muncul pula pertanyaan lain. Di tengah upaya Presiden Prabowo membersihkan pengelolaan tambang di Indonesia, Morowali rupanya tidak melulu bicara tentang nikel yang jadi primadona.

Ada mineral lain yang tersimpan di perut bumi Morowali. Untuk yang logam misalnya, ada kromit, mineral yang merupakan bijih utama untuk menghasilkan kromium, yang digunakan dalam pembuatan baja tahan karat, pigmen, dan bahan kimia. Lalu mangan yakni mineral penting yang sebagian besar digunakan dalam produksi besi dan baja (sebagai zat pemurni dan pemadu). Juga bijih besi  yang kendati tidak sebesar nikel, potensi bijih besi juga tercatat di Morowali, termasuk adanya kandungan besi pada sedimen perairan pesisir di sekitar area pertambangan nikel.

Belum lagi yang non logam. Barangkali itulah yang hendak diberantas pemerintah, tambang-tambang ilegal.(*)

BACA JUGA: Raksasa Nikel Australia Kelimpungan, Indonesia Dominasi Pasokan Dunia

Back to top button