“Ngubek Leuwi” Sungai Cipasarangan
“Ngubek Leuwi Cipasarangan” sekaligus juga menghidupkan kembali cara menangkap ikan tradisional, seperti “marak”, “ngagogo” menggunakan tangan kosong, serta menggunakan alat-alat tangkap sederhana, seperti “sair”, “lambit”, “sirib”, “ayakan”, “bubu”, “badodon”, yang nyaris terlupakan.
Oleh : Usep Romli H.M.
Kawasan selatan Kabupaten Garut amat kaya dengan wisata alam. Sepanjang bentangan pesisir berpasir putih terdapat berbagai jenis obyek wisata. Mulai dari sebelah timur, yang berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, ada hutan Sancang, Pantai Cijeruk, Sayang Heulang, Santolo, Taman Manalusu, Gunung Geder, Guha Lalay, hingga Rancabuaya di barat, yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Malah, sejak tahun 2010, obyek wisata unik menarik di selatan Garut itu, bertambah lagi berkat kehadiran event wisata budaya “Ngubek Leuwi” Sungai Cipasarangan, di Desa Cikelet, Kecamatan Cikelet.
Wisata budaya “Ngubek Leuwi Cipasarangan”, yang biasa berlangsung satu dua hari setelah hari raya Idul Fitri, ditujukan untuk mengakrabkan silaturahmi di antara para penduduk setempat yang berdatangan mudik dari kota-kota tempat berusaha atau belajar. Mengambil lokasi “leuwi” atau lubuk sungai, sebagai simbol kesadaran rohaniah, yang terkandung dalam peribahasa Sunda “ka leuwi ka geu–san mandi”. Artinya,“leuwi” tempat mandi membersihkan diri dan tempat kenangan masa kecil semasa tinggal di kampung, sebelum berangkat jauh mengembara ke mana-mana.
“Karena itu diusahakan, air sungai Cipasarangan tetap bening jernih.Bebas limbah dan perusakan habitat. Maka, wisata budaya “Ngubek Leuwi Cipasarangan”, merupakan wisata budaya berbasis pemuliaan lingkungan,”kata Iip Sarip Hidayana, pengelola “Rumah Budaya Cikelet” dan Yayasan Cipasarangan, menjelaskan latar belakang dan tujuan “Ngubek Leuwi Cipasarangan” yang se-lenggarakannya selama 10 tahun itu.
Sungai Cipasarangan, yang melintasi Kampung Adat Dukuh, merupakan salah satu sungai besar yang bermuara ke Samudra Hindia. Sehingga, atraksi wisata budaya “Ngubek Leuwi Ci Pasarangan” menjadi mata rantai wisata pantai Garut Selatan, yang pada hari-hari raya seperti Idul Fitri, banyak dikunjungi.
“Kami menyediakan beberapa leuwi yang dapat “dikubek” para peminat siapa saja. Antara lain Leuwi Haur, Leuwi Cikelet, Leuwi Peti, Leuwi Pentogan, Leuwi Tarikolot, dan Leuwi Taneuh. Di leuwi-leuwi tersebut, dua tiga bulan sebelumnya ditebar aneka jenis bibit ikan ukuran “burayak” (ikan kecil), seperti ikan mas, tawes, nila, nilem, dll, agar isi leuwi bertambah kaya. Berbaur dengan ikan-ikan liar penghuni asli Sungai Cipasarangan,” kata Iip, menambahkan.
“Ngubek Leuwi Cipasarangan” sekaligus juga menghidupkan kembali cara menangkap ikan tradisional, seperti “marak”, “ngagogo” menggunakan tangan kosong, serta menggunakan alat-alat tangkap sederhana, seperti “sair”, “lambit”, “sirib”, “ayakan”, “bubu”, “badodon”, yang nyaris terlupakan. Karena menangkap ikan zaman sekarang, memilih jalan pintas agar mudah, dengan menabur racun portas atau menggunakan alat strum yang merusak habitat sungai dan mempercepat kemusnahan ikan.
Wisata Budaya “Ngubek Leuwi Cipasarangan” berusaha menggugah kesadaran semua pihak akan pentingnya kelestarian sungai dan lingkungan pendukungnya. Unik dan menarik.
Hanya saja, pada Idul Fitri tahun ini, acara tersebut dihentikan dulu akibat wabah Covid 19. Selain mencegah keberkumpulan orang, juga karena tak ada pemudik pulang kampung. [ ]