Solilokui

“Nikmat Apalagi yang Kalian Dustakan?”

Salah satu pertanda orang bersyukur, sebagaimana diuraikan  Syekh Afif Fattah Tabbarah, penulis kitab “Ruhud Dienul Islam”,  adalah, seseorang yang bersyukur, lidahnya senantiasa   memuji Allah SWT, hatinya benar-benar mencintai Allah SWT, anggota tubuhnya selalu sibuk berbuat kebaikan berbagi nikmat kepada manusia, sesuai dengan ketentuan ta’at kepada Allah SWT.   

Oleh   :  H.Usep Romli HM

Hingga 30 kali Allah SWT bertanya kepada manusia “karunia nikmat Allah SWT apalagi yang kalian dustakan?” (Q.s. ar Rahman). Pada ayat lain, Allah SWT menantang : “Jika kalian hitung nikmat Allah, niscaya tidak akan terhitung” (Q.s.Ibrahim : 34, an Nahl : 18).

Usep Romli HM

Terkesan oleh “tantangan”  pada ayat di atas, seorang rekan mencoba menghitung satu aspek saja dari seluruh kehidupan manusia. Sebut saja kebutuhan akan oksigen dan nitrogen untuk bernafas setiap saat. Setiap orang menghabiskan 2.880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen sehari semalam. Jika harga oksigen Rp 25 ribu per liter, dan nitrogen Rp 10 ribu per liter,  maka untuk kedua jenis zat terpenting itu, sehari semalam kira-kira Rp 185 juta. Sebulan Rp 5,5 miliar, dan setahun Rp 6,6 miliar.

Jika usia manusia rata-rata 60 tahun, nilai uang untuk oksigen dan nitrogen, kl.Rp 8,8 triliun. Padahal semuanya dipasok gratis, semata-mata karena nikmat karunia Allah SWT.

Baru dua jenis saja sudah mendapatkan angka mentakjubkan yang mustahil akan mampu terpenuhi oleh siapapun– termasuk para konglomerat terkaya di muka bumi –seandainya Allah SWT “menjual” dan mewajibkan manusia membelinya, jika ingin terus bernafas. Untuk segala kemurahan itu, Allah SWT hanya memerintahkan manusia syukur nikmat, jika benar-benar manusia menyembah kepadaNya. Taat patuh melaksanakan perintahNya, sekaligus meninggalkan laranganNya.

Dalam proses penciptaan manusia, nikmat Allah SWT tak lepas menyertai. Manusia diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya (Q.s.at Tin : 4). Bukan hanya bentuk, melainkan juga prasarana, sarana, peran dan fungsinya. Beberapa sarjana menguraikan detail semua bagian pada tubuh manusia yang indah dan berguna itu. Telinga tersusun dari empat ribu sel yang mampu bereaksi secara otomatis menangkap berbagai suara, ditransfer ke otak untuk direaksi. Begitu pula lidah, terdiri dari Sembilan ribu bintik-bintik yang mampu menyerap berbagai rasa makanan-minuman. Mata mengandung 130 juta sel-sel penerima cahaya dan pengatur warna yang terlihat. Dilindungi bibir mata, alis, bulu mata, serta gerak membuka -memejam disertai cairan agar biji mata tidak kering.

Daya reflek tubuh manusia, dari segenap  syaraf ke otak, berkecepatan 100 meter perdetik. Degup jantung sehari semalam 103.389 kali dan putaran dari dari jantung ke seluruh organ tubuh, pulang-pergi, sehari mencapai 286 km.    

Namun hanya sedikit manusia yang bersyukur atas segala karunia nikmat tak terpermanai tersebut (Q.s.al A’raf : 10, S.Saba : 13). Sebagian malah tidak bersyukur. Abai, acuh tak acuh. Bahkan menafikan. Seolah-olah segala sesuatu yang ada pada tubuh mereka, buatan dan milik mereka sendiri. Itulah sebabnya Allah SWT menegaskan, manusia yang diciptakan sebagus-bagus ciptakan akan jatuh ke tempat serendah-rendahnya (Q.s.At-Tin: 5). Hina dina, merana sengsara, baik fisik-material, maupun mental spiritual.  

Maka tak heran, jika Allah SWT mempertanyakan dan mengeluarkan hardikan : “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhakaa) terhadap Rabbmu yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu serta menyusun tubuhmu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki dalam menyusun tubuhmu itu. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan Hari Pembalasan” (Q.s.al Infithar : 6-9).

Juga 30 kali hardikan seperti dikutip dari S.ar Rahman tadi, setelah Allah SWT memaparkan segala ciptaanNya di dunia dan akhirat, janji pahala bagi yang bersyukur dan ancaman siksa bagi yang kufur.

Salah satu pertanda orang bersyukur, sebagaimana diuraikan  Syekh Afif Fattah Tabbarah, penulis kitab “Ruhud Dienul Islam”,  adalah, seseorang yang bersyukur, lidahnya senantiasa   memuji Allah SWT, hatinya benar-benar mencintai Allah SWT, anggota tubuhnya selalu sibuk berbuat kebaikan berbagi nikmat kepada manusia, sesuai dengan ketentuan ta’at kepada Allah SWT.   

Rasa syukur harus  timbul ketika mendapat kesenangan dan keuntungan, dan ketika terhindar dari marabahaya. Disunnahkan melakukan sujud syukur. Minimal mengucapkan tahmid (hamdalah), tasbih (subhanallah) dan takbir (Allohu Akbar).

Yang jelas, dalam mensyukuri nikmat, tidak boleh mabuk kepayang, hingga lupa diri. Seolah-olah apa yang diperoleh berupa keuntungan dan kesenangan, semata-mata atas usaha sendiri. Lupa kepada Yang Maha Pencipta Maha Pemberi Nikmat. Apalagi sebagai Muslim di lingkungan NKRI, yang konsitusinya berdasarkan kepada “berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa” (alinea ketiga pembukaan UUD 1945).  Sehingga semua gerak kehidupan kita di negeri ini terikat ketat oleh berkat rahmat Allah SWT dengan segala kemaha kuasaanNya.

Kita tidak ingin mendapat hardikan “nikmat Allah apa lagi yang kalian dustakan ?”.   Insya Allah, kita semua siap menjadi orang bersyukur, agar segala karunia nikmat Allah SWT terus ditingkatkan (Q.s.Ibrahim : 7). [  ]

Back to top button