“Percikan Agama Cinta”: L’aveugle et le paralytique
“Orang buta menggendong orang lumpuh di punggungnya. Mereka saling meminjamkan kaki dan mata.”
JERNIH– Saudaraku,
Selembar foto orang buta menggendong orang lumpuh. Foto yang sempat viral di media sosial itu, diabadikan seorang fotografer asal Italia, Tancrede Dumas, di Damaskus, Suriah, pada 1889. Foto tersebut kemudian dimiliki Library of Congress, dengan judul “Arabs siriens. Aveugl portent un paralitique/Dumas Ph” (Seorang pria buta menggendong seorang pria cacat di punggungnya).
Ketahuilah. Kisah tentang orang buta dan lumpuh banyak beredar dalam pelbagai literatur, umumnya merupakan hikayat kehidupan. Seperti sebuah dongeng sangat terkenal “L’aveugle et le paralytique” (Orang Buta dan Orang Lumpuh) karya penyair Perancis Jean-Pierre Claris yang hidup dalam rentang masa 1755-1794 M.
Tema tersebut mula sekali disebutkan dalam bahasa Yunani pada sekitar abad pertama SM, dan muncul perdana di Asia, Eropa, Amerika Utara. Nun jauh sebelumnya, filsuf Yunani kuno, Plato, juga mengisahkan orang buta dan orang lumpuh dalam dua baris dari sekumpulan empat epigram Antologi Yunani.
“Orang buta menggendong orang lumpuh di punggungnya. Mereka saling meminjamkan kaki dan mata.”
Renungkanlah. Di atas panggung kehidupan kiwari, bukankah kita juga masih mengalami hal demikian? Kita lumpuh dalam ilmu hidup, teramat sering bertumpu pada mereka yang buta pada jula-juli dunia. Melenakan pandangan mata. Semoga kita bisa memetik pelajaran berharga dari hidup yang dianugerahkan Tuhan, Sang Mahacinta. [Deden Ridwan]