“Percikan Agama Cinta”: Mujahadah Hening Malam
lakukan kebaikan sekecil apa pun
karena engkau tidak pernah tahu kewangian mana yang akan membawamu ke alam keabadian..
JERNIH–Saudaraku,
suara hati meratap
di suatu sudut malam hening
ditemani gemercik air kolam di lantai bawah..
berkemelut dalam kegelisahan membuncah..
menusuk batin terdalam
tempat kebenaran bersemayam
menembus batas-batas kebekuan..
teringat pesan abahku:
jika pikiran merasa gelabah
bersegeralah bermujahadah
bertanya pada-Nya
meminta petunjuk langit
bersujud
bersimpuh
di hadapan cinta-Nya
menumpahkan segala kegelisahan:
apa sebenarnya yang terjadi pada bungaku?
aku tergores dalam sunyi
menyelami nurani
berbicara pada bayang-bayang cahaya di lorong waktu
merusuk makna komitmen
di era gila kebohongan
terdiam…
bisikan-bisikan sanubari menyelusup sangat kuat..
menerobos garis-garis imajinasi
meneguhkan pikiranku:
oh, matahariku
terpesona fantasi kemewahan
ketika detak ini kusampaikan pada bijak tempat aku bertanya tentang cinta..
kudengar:
suara hati
kurasakan
merupakan isyarat kesahihan..
dia mengoyak jiwaku karena terobsesi kenikmatan ego demi menumpuk banda..
aku merintih dalam kesyahduan gelap
tanpa terasa
air mata kesadaranku mengambung..
melawan kesetiaan palsu berkedok cinta..
Wahai para pecinta
meski dalam lekapan getir
teruslah engkau bergerak
lakukan kebaikan sekecil apa pun
karena engkau tidak pernah tahu kewangian mana yang akan membawamu ke alam keabadian..
ingatlah
ketundukan hati
keikhlasan diri
hadir menemani setiap takahmu
tatkala engkau bersungkawa dengan pujian manusia
bersukacita dengan celaan..
pun pengkhianatan [Deden Ridwan]