Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Tatkala Terbasuh Cinta-Mu

Ketika aku terbuai bayang-bayang pesona indah kuasa-dunia, kenikmatan hatiku seketika terdiam. Berubah menjadi batu-batu kerikil hitam yang terus-menerus melawan cahaya-Mu. Aku terperangkap dalam bebatuan itu, tertidur pulas: tak sanggup menikmati kelezatan hati yang selalu merindu pada garis-garis cinta-Mu.

JERNIH– Saudaraku,

Mataku terasa-asa nikmat tatkala melihat gambar-gambar indah. Telingaku terbuai-buai asyik ketika mendengar bebunyian merdu. Lidahku terharap-harap maknyus selagi menyantap makanan lezat. Hidungku terimpi-impi bungah saat mencium wewangian harum. Ya, semua anggota badanku merasa ceria sesuai lokus dan tabiatnya.

Ketahuilah. Hatiku merasakan getaran dahsyat ketika mengenal cahaya-Mu. Karena Tuhan ciptakan segumpal hati demi menggapai dan merawat asaku supaya tetap terhubung dengan cinta-Mu. Ketika aku terbuai bayang-bayang pesona indah kuasa-dunia, kenikmatan hatiku seketika terdiam. Berubah menjadi batu-batu kerikil hitam yang terus-menerus melawan cahaya-Mu. Aku terperangkap dalam bebatuan itu, tertidur pulas: tak sanggup menikmati kelezatan hati yang selalu merindu pada garis-garis cinta-Mu.

Deden Ridwan

Renungkanlah. Tatkala terbangun bergerak mengenal-Mu, aku merasakan kebahagiaan spiritual yang turun dari langit, membasuh ruang-ruang kosong. Tiba-tiba aku menyadari. Ketika bermimpi sampai pada titik makrifatullah, aku merasa senang dan tak sabar untuk menyaksikan-Nya. Tuhan pun hanya bisa aku temui  dengan cinta.

Sadarlah. Kenikmatan hati adalah makrifat Allah. Setiap kali makrifat menjalar, maka nikmat pun meluas. Tak ada satu eksistensi di alam ini yang lebih mulia dari Allah, Sang Mahacinta. Karena kemuliaan makhluk berasal dari-Nya. Semua keajaiban alam adalah karya-Nya. Tak ada  makrifat yang lebih mulia selain makrifat tentang-Nya. Tak ada kenikmatan yang melebihi nikmat makrifat-Nya. Tak ada pemandangan indah yang melebihi hadirat-Nya.

Selamilah. Semua nikmat nafsu-duniawi, tergantung pada jiwa. Ia akan berakhir bersama kematian. Sedangkan  makrifat tentang ketuhanan tergantung pada hati. Ia takkan lenyap bersama kematian. Hati tidak akan hancur dan bahkan kenikmatannya akan terus menguat. Cahayanya membesar: menerangi ruang-angksa. Karena ia keluar dari rahim kegelapan menuju titik Cinta. [Deden Ridwan]

Back to top button