Spiritualitas Kemakmuran
Sang guru menukas, “Wahai muridku, mengapa pandanganmu tertuju pada burung yang menanti belas kasih, tidak pada elang perkasa yang membebaskan derita yang papa?”
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, seekor burung bersayap patah hinggap di dahan; berkicau rintih menahan lapar. Seekor elang menghampiri memberinya makan. Seorang pencari di jalan spiritual memandangnya takjub, mengukuhkan niat memunggungi dunia.
Di depan sang guru ia bersaksi, “Sedang seekor burung yang sayapnya patah pun masih bisa mendapat rezeki, apalagi manusia. Mengapa aku ragu meninggalkan pekerjaan menuju jalan spiritual?
Sang guru menukas, “Wahai muridku, mengapa pandanganmu tertuju pada burung yang menanti belas kasih, tidak pada elang perkasa yang membebaskan derita yang papa?”
Jalan spiritual itu bukanlah jalan pelarian, melainkan jalan perjuangan di tengah rintihan. Sesungguhnya, kedermawanan kemakmuran tangan di atas itu lebih mulia dari tangan di bawah. [ ]