Solilokui

Yang Tergoda Memiliki ‘Ishmul Adzom’

“Seorang lainnya pemilik Ishmul Adzam adalah Ashaf bin Barkhaya, pembantu Nabi Sulaiman Alahissalam, yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis di negara Saba, ke istana  Nabi Sulaiman, di Yerusalem, sebelum mata mengedip.” Syek Ali mengutip ayat dan tafsir Quran, Surat An Naml ayat 40.

Oleh   : Usep Romli H.M.

Seseorang mendatangi Syekh Ali di Khurasan. Menyatakan ingin memiliki “Ishmul Adzom”. Nama Allah yang Teragung.

“Jika Anda mampu memenuhi syarat-syaratnya, Insya Allah,”kata Syekh Ali yang terkenal sebagai ulama ahli ibadah yang zuhud (sederhana) dan wara (apik), yang berderajat waliyulloh itu. Orang itu siap memenuhi segala syarat yang ditentukan.

“Hanya segelintir orang di dunia ini yang dikaruniai Ishmul Adzom. Antara lain  Bal’am bin Baura, seorang ulama pada zaman Nabi Musa Alaihissalam. Tapi Allah mencabut ilmunya, karena ia menentang dakwah tauhid Nabi Musa. Bahkan ketika mati, kepalanya berubah menjadi anjing yang menjulurkan lidah,” kata Syekh Ali, mengutip ayat 175-177 surat Al Araf, serta menjelaskan tafsirnya panjang lebar.

“Aku bersumpah akan menjauhi kelakuan Bal’am jika aku sudah memiliki Ishmul Adzam,” orang tersebut berkukuh.

“Seorang lainnya, pemilik Ishmul Adzam adalah Ashaf bin Barkhaya, pembantu Nabi Sulaiman Alahissalam, yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis di negara Saba, ke istana  Nabi Sulaiman, di Yerusalem, sebelum mata mengedip.” Syek Ali mengutip ayat dan tafsir Quran, Surat An Naml ayat 40.

“Nah, sekarang engkau pergilah ke jalan raya dekat pasar. Saksikan kejadian yang paling unik di situ, lalu melapor kepadaku. Aku akan menilai sarat kemampuanmu belajar “Ishmul Adzom” dari apa yang engkau laporkan kepadaku.”

Orang itu pergi ke tempat yang ditunjukkan Syekh Ali. Berdiri berjam-jam di bawah terik matahari. Menahan haus dan lapar. Tapi rasanya tak ada kejadian unik apa pun.

Menjelang senja, lewatlah seorang kakek tua. Berjalan tertatih-tatih. Memanggul seikat kayu bakar. Payah sekali nampaknya.

Tiba-tiba datang opas kerajaan. Merenggut badan kakek-kakek itu, hingga terjengkang. Kayu bakarnya berserakan karena ikatannya putus.

“Kau harus membayar cukai kayu bakar itu!” bentak opas.

“Insya Allah, nanti, jika kayu bakar ini sudah terjual,”jawab Si Kakek terengah-engah.

“Tidak bisa!” teriak opas sambil melecutkan cemetinya ke badan Si Kakek. “Kau sudah berkali-kali menjual kayu bakar tak pernah membayar cukai.”

Empat-lima kali pukulan cemeti, membuat Si Kakek pingsan.

Menyaksikan hal demikian, orang yang akan belajar Ishmul Adzom naik darah. Ia menerjang opas. Namun disambut pukulan cemeti bertubi-tubi.Tubuhnya pun ter-sungkur di sisi tubuh Si Kakek.

Beberapa saat kemudian, Si Kakek bangkit. Mengusap tubuh orang itu, dan meneteskan air ke mulutnya.

“Bangunlah, anakku. Bersabarlah atas perlakuan opas kepadamu. Aku sudah berkali-kali mengalami kekejiannya.”

Setelah bugar, orang itu segera  menghadap Syek Ali. Menceriterakan kisah unik yang dialaminya : kekejaman opas, kesabaran Si  kakek, dan kemarahan dirinya menyaksikan ketidakadilan tersebut.

“Engkau tidak memenuhi syarat untuk mempelajari Ishmul Adzom. Si Kakek penyabar itulah pemilik Ishmul Adzom”, yang mustahil dapat dipelajari oleh orang pemarah seperti engkau.“ Syekh Ali memutuskan.  [  ]

Sumber : “Jami Karamatul  Awliya” Syekh Yusuf Mansyur* (1946). *Bukan YM     

Back to top button