Arti Tawakal yang Sebenarnya
Orang yang paling sempurna tawakalnya, setiap perkataannya dituntun, setiap keputusannya dituntun, setiap langkahnya juga dituntun oleh Allah Ta’ala.
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar
TAWAKAL merupakan bagian dari ikhtiar, do’a juga bagian dari tawakal kita sebagai manusia, dan yakin juga bagian terpenting dari tawakal. Namun perlu diketahui tawakal merupakan ikhtiar yang paling efektif dan efisien.
Sederhananya seperti saudara-saudara ingin ngaji ke Daarut Tauhid, diterminal sudah disiapkan rute menuju Masjid Daarut Tauhiid, naik motor atau mobil yang diantar oleh driver-nya yang sudah tahu jalan secara detail, bahkan tahu jalan pintas agar tujuannya segera tercapai dengan cepat. Bandingkan dengan cara sendirian menuju ke Daarut Tauhiid yang kita tidak tahu jalannya. Kira-kira mana lebih efektif dan efisien, yang dituntun atau jalan sendiri? Maka sudah pasti lebih efektif yang dituntun.
Makanya jika disatukan ikhtiar dengan tawakal akan menjadi sempurna, seperti baginda Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang paling sempurna tawakalnya, setiap perkataannya dituntun, setiap keputusannya dituntun, setiap langkahnya juga dituntun oleh Allah Ta’ala. Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dalam sebuah hadits, bahwa ia bersabda:
“Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Tirmidzi)
Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat At-Talaq ayat 3:
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
Jadi menurut imam At-Thailah jika seseorang sudah diberi kepatuhan dan kepasrahan maka sempurnalah karunia yang ia terima dari Allah. Kita tidak perlu iri kepada orang yang diberi uang, kalau diberi uang tapi hati miskin, maka pasti tidak akan menikmati. Irilah kita kepada orang yang diberi kepatuhan kepada Allah atas semua perintahnya, dan ia pasrah atas semua ketetapan Allah yang diberikan kepadanya. Semoga kita senantiasa dalam rasa tawakal dan terus mendekatkan diri kepada kepada Allah Ta’ala. Wallahu a‘lam bishowab. [*]