Bagaimana Seharusnya Kita?
Oleh: Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi
BARU saja selesai menyampaikan kuliah subuh di sebuah masjid elite Surabaya. Banyak orang yang memiliki kesadaran terlambat akan hakikat hidup, tertipu oleh ego dan ambisi yang tidak jelas tujuan akhirnya. Saat nafas terakhir sudah ada di tenggorokan, barulah sadar dan berucap “kalau masih ada umur, saya akan begini dan begitu.” Penyesalan tinggal penyesalan, kematian tak bisa maju mundur.
Ada tulisan bagus karya Bronnie Ware berjudul “The Top Five Regrets of the Dying” yang saya sampaikan sebagai pemula atau latar belakang kuliah subuh itu. Sesuai dengan judulnya, ada 5 hal yang paling banyak disesalkan oleh orang yang sedang sekarat, yang andai dia masih bisa hidup maka berniat betul mengubahnya menjadi hal yang lebih membahagiakan dirinya. Satu minggu ini saya mencoba menghatamkan tulisan apik ini. Apa saja yang lima?
Ijinkan saya menuliskan sebagian saja, sebagaimana yang saya sampaikan dalam kuliah subuh tadi. Pertama adalah “andai saya masih bisa hidup, saya tak akan bergaya hidup berdasarkan apa yang yang diinginkan orang lain, melainkan berdasarkan apa yang saya butuh dan inginkan.”
Mengikuti selera orang itu tidak akan pernah selesai, setiap orang memilik ekspektasi yang berbeda. Kita akan kecewa karena ternyata banyak hal paling esensial bagi kita yang kita tinggalkan demi mengikuti gaya dan harapan orang lain. Ini panjang penjelasan dan contohnya. Ada orang yang terus gonta ganti model pakaian dan lainnya demi mengikuti trend sampai berani mengorbankan hal yang paling perlu bagi dirinya. Demi gengai dan kepuasan ego.
Yang menarik adalah yang kedua, yakni bahwa orang yang sekarat rata-rata berkata “Harusnya saya tidak terlalu ngoyo dalam bekerja selama ini.” Mereka menyesal menghabiskan waktunya hanya untuk kerja demi tuntutan gengsi dan trend gaya hidup sampai melupakan kebutuhan ruhaninya, melupakan pentingnya keakraban dengan keluarga, melupakan pentingnya tegur sapa dan senyuman. Lalu harusnya bagaimana kita? Panjang juga uraian dan contohnya. Cobalah contoh gaya hidup manusia terbaik dalam hubungannya dengan kerja, yakni Rasulullah Muhammad SAW.
Dari paparan di atas lalu saya masuk pada ayat-ayat al-Qur’an yang bercerita tema yang sama dengan di atas. Andai masih bisa hidup atau andai hidup lagi, maka saya akan begini dan begitu. Ada banyak ayat tentang ini. Kapan-kapan kita berbincang. Salam, Ahmad Imam Mawardi. [*]
* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya dan Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.