Spiritus

Daud Ath-Thai, Wali Sufi yang Meninggal Karena Ayat Quran Tentang Neraka

Daud memberi Sufyan sebuah nasihat: “Jika engkau meminum air yang dingin, dan memakan makan yang baik dan enak, dan engkau berjalan di bawah tempat yang teduh, maka kapan engkau menyukai kematian dan bertemu dengan Allah?” Lalu menangislah Sufyan.

JERNIH—Masih tentang wali sufi terkemuka, Daud Ath Thai, yang bernama lengkap Abu Sulaiman Daud bin Nushair ath-Tha’I dan berasal dari Kufah.

Sempat tercatat, Daud  yang pernah menjadi murid Abu Hanifah itu, manakala menemukan jalan sufi setelah perkenalannya dengan Habib ar- Ra’i, membuang semua buku yang ia milikinya ke Sungai Euphrat. Meski hal tersebut sangat mungkin diperdebatkan, tentu saja beliau punya alasan dan pemikiran sendiri untuk melakukannya.

Konon, sejak kecil pun batin Daud senantiasa dicekam duka, sehingga ia sering menghindar dari pergaulan. Yang menjadi sebab pertaubatannya adalah seorang wanita yang sedang berkabung, yang melantunkan syair:

“Pipimu yang manakah yang telah mulai kendur? Dan matamu yang manakah yang mulai kabur?”

Para ulama sepakat memasukan Daud ke dalam masa pertengahan Tabi’ut Tabi’in, yang mana Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Seorang yang tsiqah (terpercaya) ahli fiqih dan seorang yang zuhud.”

Tetangga beliau Ummu Sa’id bercerita tentang ibadah Daud: “Diantara (keluarga) kami dan Daud terdapat dinding yang pendek, aku mendengar isak tangisnya di tengah malam tidak henti-hentinya. Sepertinya dia melantunkan Al-Quran dan terbawa olehnya, maka aku melihat kenikmatan telah berkumpul pada lantunannya.”

Hafsh Al-Ja’fi berkata tentang kezuhudan Daud dalam kehidupan dunia. “Daud Ath-Thai telah mewarisi dari ibunya sebanyak empat ratus dirham, ia menggunakan itu untuk kebutuhannya selama tiga puluh tahun. Setelah uang itu habis maka ia mengambil atap rumah kecilnya lalu menjualnya.”

‘Atha bin Sulaiman berkata: “Daud hidup selama dua puluh tahun hanya dengan tiga ratus dirham”.

Diriwayatkan dari Qubaishah, dia berkata: “Telah menceritakan kepadaku seorang sahabat kami bahwa seorang wanita dari keluarga Daud membuat tsarid (Roti yang dicampur dengan daging) yang dioleskan dengan miyak, kemudian wanita tersebut mengirimkan roti itu melalui budaknya kepada Daud pada waktu berbuka puasa.

Di antara budak itu dan keluarga Daud ada ikatan sepersusuan. Budak itu bercerita: “Aku datang kepada Daud dengan membawa nampan kemudian aku meletakkannya di hadapannya di dalam kamarnya. Ia pun ingin memakannya. Namun datanglah seorang peminta-minta dan berdiri di hadapan pintu rumah. Daud pun membawa makanan tersebut kepada si pengemis, lalu ia duduk bersamanya di dekat pintu, hingga si pengemis memakan roti itu.

Setelah itu masuklah Daud dan mencuci nampan tersebut. Lalu menuju kurma yang tadi ada di hadapannya. Budak perempuan itu bercerita: “Aku mengira dia menyiapkan kurma itu untuk makan malamnya, namun ia menaruhnya di nampan, lalu memberikannya kepadaku dan berkata: “Ucapkan salamku pada majikanmu.”

Jadi Daud memberikan kepada si pengemis apa yang kami bawa untuknya, dan memberikan kepada kami apa yang ia siapkan untuk berbukanya. Aku berfikir bahwa dia tidur dalam keadaan lapar.”

Diriwayatkan dari Hammad bin Abi Hanifah, ia berkata: “Aku mendatangi (rumah) Daud, tiba-tiba pintu rumahnya dipukul-pukul(dari dalam), maka aku pun mendengar ia berkata: “Engkau ingin memakan daging maka aku pun memberimu, kemudian engkau ingin memakan daging dan kurma, kiranya engkau tidak memakannya selama-lamanya. Kemudian aku (Hammad) meminta ijin dan memberikan salam, kemudian aku masuk, ternyata ia sedang menyalahkan dirinya sendiri”.

Daud memberi Sufyan sebuah nasihat: “Jika engkau meminum air yang dingin, dan memakan makan yang baik dan enak, dan engkau berjalan di bawah tempat yang teduh, maka kapan engkau menyukai kematian dan bertemu dengan Allah?” Lalu menangislah Sufyan.

Diriwayatkan dari Rabi’ah, ia berkata: “Aku mendatangi Daud Ath-Thai, dia tidaklah keluar dari rumahnya sampai muadzin berkata untuk memulai shalat. Shalat didirikan, maka ia pun keluar dan shalat. Jika imam telah salam maka ia pun mengambil sandalnya dan masuk ke rumahnya.

Ketika hal itu berulang kali terjadi, maka aku menemuinya pada suatu hari, kemudian aku berkata: “Wahai Abu Sulaiman (Daud) berilah aku nasihat.” Maka ia berkata: “Bertakwalah kepada Allah, dan jika kamu mempunyai kedua orang tua, maka berbaktilah kepada keduanya (ia mengulanginya tiga kali kemudian berkata:) berpuasalah di dunia, dan jadikanlah (hari) berbukamu seperti (hari) kematianmu, dan jauhilah manusia selain yang meninggalkan jama’ah.”

Tentang wafatnya, Hafshu bin Umar Al-Ja’fi berkata: “Daud Ath-Thai sakit beberapa hari, yang mana sebab sakitnya adalah karena ia membaca ayat yang padanya disebutkan tentang neraka, kemudian ia mengulang-ulangnya pada malam harinya. Maka pada paginya ia jatuh sakit, kemudian orang-orang mendapatinya telah wafat dengan kepala tergeletak di atas batu.

Ketika orang-orang dari saudara dan tetangganya masuk ke dalam rumahnya, masuk bersama mereka Ibnu As-Samaak, merekapun membawanya ke pemakaman, manusia berbondong-bondong mengiringi jenazahnya, hingga kaum wanita demikian, berkata Ibnu As-Samaak: “Wahai Daud, engkau memenjarakan dirimu sebelum engkau dipenjara, dan engkau membuat perhitungan dengan (kesalahan-kesalahanmu) terhadap dirimu sebelum (kesalahanmu itu) diperhitungkan (oleh Allah). Pada hari ini engkau akan melihat balasan atas apa yang engkau harapkan (dari amalan-amalanmu yang telah engkau kerjakan).” [  ]

Back to top button