Harus Siap dengan Perpisahan, Kapan dan di Mana Saja
Kita akan mendatangi tempat kematian kita. Kalau takdirnya kita meninggal di suatu tempat maka kita pasti ke sana dengan apapun caranya.
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
HIDUP ini adalah ujian. Bagian ujian dengan kematian maupun ujian dengan kehidupan. Kita pasti sudah mengetahui bahwa ajal setiap orang itu sudah ditetapkan. Tanpa mengenal dimana pun, kapan pun, dan siapa pun.
Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)
Dalam keluarga tidak akan diberitahu siapa yang meninggal lebih dulu, tidak melihat umur. Boleh jadi yang muda lebih dulu, tidak mengenal adik dan kaka, boleh jadi adiknya dulu baru kakanya, seperti aa yang punya adik tapi sudah dipanggil lebih dulu oleh pemiliknya, yaitu Allah Ta’ala.
Kita akan mendatangi tempat kematian kita. Kalau takdirnya kita meninggal di suatu tempat maka kita pasti ke sana dengan apapun caranya. Kalau ada yang meninggal di masjid apa bagus atau tidak? Maka jawabannya tergantung sedang apa dia ke masjid, kalau beribadah insyaAllah jadi kebaikan, tapi kalau mencuri kotak amal atau sound system maka akan menjadi keburukan baginya.
Kemudian kita juga tidak tahu bagaimana cara kita meninggal, apakah kita meninggal dengan khusnul khotimah atau tidak? Kalau kita meninggal dengan khusnul khotimah maka itu ada rezeki yang besar. Begitu bahagia jika ada seseorang yang meninggal di masjid, dalam keadaan wudhu, kemudian sholat, dan dalam sholatnya dia dipanggil oleh Allah Ta’ala. Bukankah begitu sangat beruntung orang tersebut.
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam yang menyebutkan kalau orang yang memiliki kecerdasan adalah mereka yang selalu mengingat kematian. Seperti yang terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu yang artinya:
“Manusia yang paling utama adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang berakal.”
Umur panjang belum tentu menjadi kebaikan, namun yang terbaik adalah umur panjang tetapi penuh dengan kebaikan. Apakah kita perlu memiliki mempunyai umur yang panjang? Buat kita panjang umur? Bukankah kalau bekal kita sudah cukup untuk pulang itu lebih baik bagi kita? Agar kita bisa segera bertemu dengan pecipta kita.