Spiritus

Sabda Nabi Tentang Uwais al-Qarani

“Maukah engkau bila aku kirim surat untuk wali kota di sana agar dia membantumu memenuhi kebutuhanmu?” “Saya lebih suka menjadi rakyat jelata yang tidak terkenal.”

JERNIH– Ketika Umar bin Khatthab menerima serombongan orang-orang Yaman, dia bertanya kepada mereka: “Siapakah di antara kalian yang bernama Uwais bin Amir?”

Ketika telah berhadapan dengan orang yang dicarinya, Umar terus bertanya: “Kamukah Uwais bin Amir?”

“Ya.”

“Apakah dahulu kulitmu belang dan sekarang sudah sembuh dan tinggal hanya sebesar dirham?”

“Ya.”

“Masih adakah ibumu?”

“Ya.”

Kemudian Umar berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: Akan datang kepadamu seorang bernama Uwais bin Amir dari suku Murad. Dulunya dia terkena penyakit belang, kemudian sembuh semua kecuali hanya sebesar dirham. Dia masih memiliki ibu dan sangat berbakti kepada ibunya. Kalau dia menghendaki sesuatu, Allah SWT akan memberinya. Kalau engkau berjumpa, mintalah istighfar padanya dan jangan kau lepaskan dia.”

“Bacakanlah istighfar untukku,”kata Umar meminta.

Maka Uwais membacakan istighfar untuk Umar.

Kemudian Umar bertanya, “Kamu hendak pergi ke mana?”

“Ke Kufah.”

“Maukah engkau bila aku kirim surat untuk wali kota di sana agar dia membantumu memenuhi kebutuhanmu?”

“Saya lebih suka menjadi rakyat jelata yang tidak terkenal.”

Pada tahun berikutnya, seorang terkemuka dari Kufah pergi haji dan bertemu dengan Umar. Lalu Umar bertanya tentang Uwais.

“Setahu saya, dia berbaju compang-camping dan tidak berkecukupan,” jawab orang itu.

“Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang nanti kepadamu Uwais bin Amir bersama rombongan orang-orang Yaman. Dia berasal dari suku Murad di Oaran. Dahulunya dia belang, kemudian sembuh kecuali hanya sebesar dirham ….”

Sepulangnya orang ini ke Kufah, dia menjumpai Uwais dan memohon kepadanya seperti yang dilakukan Umar sebelumnya,“Bacakanlah istighfar untukku.”

“Apa kau bertemu dengan Umar?”tanya Uwais.

“Ya.”

Lalu Uwais membacakan istighfar untuknya.  Uwais menjadi terkenal setelah itu. Namun dia memilih menjauhkan diri dari khalayak supaya ibadahnya tak terganggu. [ ]

Dari : “An Nawadir”, tulisan Syeikh Shihabuddin as-Salamah al-Qalyubi

Back to top button