Setetes Embun: Beda Agama, Beda Kitab Suci, Beda Surga dan Beda Tuhan Allah.
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
Tiap orang sebaiknya sibuk dengan Tuhan Allah dan Surganya sendiri. Jangan bandingkan apalagi paksa orang lain atas apa yang ia percaya.
JERNIH-Sebetulnya perbedaan Agama dan Kitab Suci tidak perlu menjadi persoalan antar umat beragama. Persoalan muncul ketika orang beragama menjadikan Allah dan Surga yang diyakininya, sesuai Agama dan Kitab Sucinya sebagai Allah dan Surga yang sama dengan orang beragama lain.
Tiap agama meyakini bahwa Allah itu SATU atau ESA. Tapi ini tidak berarti Allah yang SATU dan ESA itu sama dengan yang diyakini oleh orang beragama lain. Di tempat lain juga yakin bahwa Allah itu Satu atau Esa tapi bisa jadi wujud atau hakekatnya beda. Nama dan sifat-Nya juga bisa beda.
Demikianpun halnya dengan SURGA. Masing-masing agama mengklaim bahwa ada Surga dan Neraka. Tapi Surga dan Neraka versi masing-masing agama bisa jadi beda pula.
Nah, ketika orang memaksakan versinya sebagai yang paling benar dan yang lain salah, maka terjadilah konflik.
Idealnya tiap orang sebaiknya sibuk dengan Tuhan Allah dan Surganya sendiri. Jangan bandingkan apalagi paksa orang lain percaya seperti dia.
Anggap saja selama hidup di dunia Tuhan Allah dan Surga serta Neraka itu beda-beda pada tiap agama. Aturlah ibadah dan jalan masing-masing kesana. Jangan suka lirik jalan orang lain. Nanti malah tersandung.
Jika pada akhirnya setelah kita mati Tuhan Allah memang hanya SATU, SURGA dan NERAKA juga satu dan sama, kita tinggal saling melihat siapa yang ada di Surga dan siapa yang ada di Neraka. Kalau memang nanti kita berada di Surga yang sama, ya syukuri saja dan tidak perlu protes kenapa nasib bisa sama padahal di dunia beda cara hidup. Memangnya surga milikmu pribadi?
Siapa tahu memang Tuhan Allah itu sengaja buat seperti ini, berbeda-beda Agama dan Kitab Suci, bagaikan orang yang membuang beberapa jala sekaligus supaya bisa menangkap berbagai jenis ikan?
Bijaknya, cukup mengatakan TUHAN ALLAH yang saya yakini BENAR. Dengan cara hidup ini saya bisa masuk Surga. Titik.
Bagaimana dengan si INi atau si ITU yang bilang kalian Tuhan Allahnya salah, jalannya salah dan pasti masuk Neraka? Jawab saja: Neraka yang mana dulu? Kalau Nerakanya dia, ogah ah. Surganya dia saja aku tidak mau masuk, masakan mau masuk Neraka dia lagi.
Jualan Surga dan Neraka memang lagi laris karena banyak pembelinya. Tapi jangan jualan Surgamu dan Nerakamu ke orang beragama lain. Disini juga sudah ada penjualnya, tapi tidak jualan sebagai barang murahan atau rombengan.
Surga terlalu indah, kudus dan mulia untuk dijadikan barang jualan. Apalagi jualan TUHAH ALLAH. Duh, betapa tak pantasnya.
(Salam Embun Siang dari Yogya – P. Kimy Ndelo CSsR).