Spiritus

Setetes Embun: Fratres Pontifices

Yesus tidak hanya mengajarkan Kasih tetapi Ia sendiri mempraktekkannya. Di atas kayu salib, dalam derita yang tak terkira, Yesus berdoa: “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Penulis: by P. Kimy Ndelo, CSsR

JERNIH-Pada tahun 1191 Paus Clemens meresmikan sebuah Serikat Pekerja yang baru. Anggotanya macam-macam. Ada bangsawan, para imam dan seniman. Anggota dari Serikat ini mengenakan pakaian dengan gambar dua hal: salib dan jembatan.

Pekerjaannya adalah membersihkan jalan-jalan yang berbahaya dan membangun jembatan di atas sungai dan lembah bagi para peziarah. Nama serikat ini adalah Fratres Pontificies, yang berarti persaudaraan para pembangun jembatan.

*

“Fratres Pontifices” sesungguhnya adalah nama lain dari kekristenan. Yesus datang, dengan teladan dan ajaran-Nya, bukan untuk menambah hukum yang sudah banyak melainkan untuk menunjukkan apa yang sesungguhnya menjadi keutamaan kemanusiaan dan setiap orang diajak untuk masuk di dalamnya.

Mengasihi musuh, memohon berkat bagi yang mengutuk, berdoa bagi yang mencaci adalah sebuah keutamaan hidup tapi sekaligus pilihan bebas.

Tidak membalas jika ditampar bahkan menyerahkan pipi yang satunya lagi adalah sebuah keutamaan dan pilihan. Memberikan lebih kepada yang meminta juga adalah keutamaan dan pilihan

Yesus mengajarkan sebuah revolusi moral dalam rangka relasi antar manusia. Ungkapan kunci, yang dikenal sebagai Hukum Emas:

“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Luk 6,31).

Disini ada ada etika kristiani yang tidak hanya menghindari kejahatan melainkan aktif melakukan kebaikan; bukan hanya kepada sahabat melainkan juga kepada musuh. Inilah perwujudan nyata dari kasih Agape.

Kasih AGAPE mempunyai perhatian mendalam kepada sesama karena mereka diciptakan dalam gambar Allah. Kasih macam ini menginginkan yang baik bagi sesama karena demikianlah yang dikehendaki Allah.

Yesus tidak hanya mengajarkan hal ini tetapi sendiri mempraktekkannya. Di atas kayu salib, dalam derita yang tak terkira, Yesus berdoa: “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Apakah ini berarti kita membiarkan kejahatan? Tentu sebuah kesalahan jika kita tidak membela orang yang tak bersalah ketika kita mempunyai tanggungjawab untuk itu. Juga adalah sah jika kita membela diri kita dari musuh yang tidak benar.

Tetapi merupakan sebuah KEUTAMAAN jika menanggung penderitaan yang tidak adil bahkan menjadi martir demi Kristus dan Injil-Nya. Menjadi sebuah KEUTAMAAN jika kita harus memikul salib yang tak pantas kita terima demi Kerajaan Allah.

Seperti Allah, yang kasih dan pengampunan-Nya turun bagi orang baik maupun orang jahat, demikianlah kita yang menyebut dirinya anak-anak Allah. Untuk mencapai tingkatan ini, kita perlu selalu berdoa memohon Roh Kudus agar mengajar dan menguatkan kita.

Tapi pertama-tama kita harus menentukan PILIHAN. Pilihan akan memperlihatkan siapa kita sesungguhnya.

Seorang pastor Episcopal, Dr. Joseph Fort Newton, suatu ketika berkata: “Orang-orang kesepian karena mereka membangun tembok, bukannya jembatan.”

Hukum Emas yang diajarkan Yesus lebih berorientasi membangun jembatan yang menghubungkan umat manusia ketimbang tembok yang memisahkan mereka.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris, Weetebula Sumba tanpa Wa).

Back to top button