Spiritus

Setetes Embun: Photeine

Selangkah demi selangkah Yesus telah membimbing wanita yang terpinggirkan ini dalam perjalanan Imannya, dengan tanggapannya yang antusias, dalam semangat pribadi yang kuat dan kesaksian yang berani. Dan hasilnya luar biasa. Orang-orang berbondong-bondong datang menemui Yesus sebagai Mesias.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

JERNIH-Tidak ada yang mengetahui pasti siapa wanita Samaria yang dijumpai Yesus di sumur pada siang hari. Tapi dalam perjalanan sejarah Gereja dia dipuja dan dikenang dengan sangat baik.

Di kalangan Ortodoks Yunani dia dikenal dengan nama Photeine. Gereja Ortodoks Rusia memberinya nama Svetlana. Kedua nama itu berarti bercahaya atau bersinar (dari kata benda Yunani phos atau cahaya).

Wanita di sumur ini telah banyak dipuji oleh Origenes, Yohanes Chrysostom, Agustinus, dan Teresa dari Avila sebagai: (1) seorang “rasul,” (2) orang yang “meninggalkan kendi airnya di sumur untuk pergi dan memberitakan Injil,” (3) “rasul yang pertama bagi orang bukan Yahudi yang mengundang tetangganya untuk ‘Mari dan lihatlah’.”

Legenda lain mengatakan bahwa ketika wanita itu meninggalkan Samaria untuk memberitakan Kabar Baik, dia akhirnya pergi ke Cartago di Afrika di mana dia dipenjara karena Iman dan mati sebagai martir.

Legenda lain, yang dikenal di Spanyol, mengatakan bahwa Photeine ​​(juga Photina) mempertobatkan dan membaptis putri Nero dan 100 pelayannya.

Terlepas dari legenda dan tradisi yang menarik, wanita dari Samaria ini menjadi contoh bagi orang beriman tentang dinamika dan bervariasinya hidup beriman. Di dalam dinamika itu kita melihat keterbukaan Allah terhadap orang berdosa, tanggapan orang berdosa yang bertumbuh dalam iman dan pertobatan, serta semangat untuk mewartakan kabar gembira kepada orang lain.

baca juga: Setetes Embun: Di Puncak Gunung

Wanita Samaria itu datang ke sumur karena membutuhkan air (Yoh 4,5-42). Dia haus dan hendak minum. Yesus juga datang ke sumur dengan alasan yang sama.  Wanita itu haus akan air tetapi jauh di dalam hatinya ada kehausan lain yang tak kan pernah bisa dipuaskan. Yesus tahu itu. Karena itu Yesus menawarkan air hidup yang akan memuaskan dahaganya seumur hidup.

Air hidup ini adalah “kasih Allah yang dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rom 5,5). Kasih inilah yang ditunjukkan oleh Yesus dan menggerakkan hati wanita ini kepada pertobatan. Tanpa kasih sejati dari Allah, tak mungkin wanita itu mau meninggalkan hidupnya yang menarik walau kelam: berganti-ganti pasangan pria, sampai enam kali.

Selangkah demi selangkah Yesus telah membimbing wanita yang terpinggirkan ini dalam perjalanan Imannya, dengan tanggapannya yang antusias, dalam semangat pribadi yang kuat dan kesaksian yang berani. Dan hasilnya luar biasa. Orang-orang berbondong-bondong datang menemui Yesus sebagai Mesias.

baca juga: Setetes Embun: Sirene

Kita semua pasti pernah menghadapi saat-saat ketika rasa bersalah mengganggu kita; ketika kita kesal karena jatuh pada godaan yang sama berulang kali; ketika kita membuat pilihan yang ternyata semuanya salah; ketika hubungan kita dengan orang lain berantakan; saat kita merasa kesepian, sakit, dan lelah dengan cara orang memperlakukan kita; ketika kita tertekan dan jengkel dan tidak dapat melihat sesuatu yang baik dalam diri kita; ketika Iman kita berada di titik terendah dan kita merasa seolah-olah Gereja dan agama tidak melakukan apa pun untuk kita; ketika kita menyalahkan diri sendiri karena kurang semangat untuk menjadi murid sejati Yesus yang siap melakukan apapun untuk-Nya; ketika kita meninjau hari-hari yang telah berlalu tanpa sepatah kata doa pun; ketika yang kita rasakan hanyalah kegagalan dan kekalahan.

Pada saat-saat seperti itu, sangat bagus membaca cerita tentang Yesus dan cinta serta penerimaannya terhadap wanita Samaria di sumur Yakub.

Di saat itulah kita beristirahat, dan membangun keyakinan bahwa Yesus masih ada di sana untuk menerima kita dengan hangat dan membantu serta memberi kita kekuatan dan gairah yang kita butuhkan untuk mengatasi apa pun yang melumpuhkan kita. Dia ada disana menawarkan air hidup dan segar di tangannya, pada kita yang kehausan.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula Sumba, Indonesia Selatan).

Back to top button