Setetes Embun: Mandara
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
Mukjizat itu diawali dari kerelaan seseorang yang memberikan apa yang dipunyainya.
Ekaristi bukan sekedar mengenangkan pemberian diri Yesus melainkan peringatan untuk selalu berbagi dengan sesama.
JERNIH-Orang Kodi di Pulau Sumba mengenal satu kearifan lokal yang disebut MANDARA. Ini adalah konsep berbagi yang biasanya terjadi antar keluarga, tanpa memandang asal-usul atau status.
Bila musim panen tiba, entah jagung atau padi, tentu tidak semua panen secara bersamaan. Yang panen terlebih dahulu akan dikunjungi oleh sahabat atau keluarga untuk meminta sedikit hasil panennya sambil menunggu saat panen di ladangnya sendiri.
Bisa juga terjadi ada yang berhasil dan ada yang gagal panen. Mereka yang sukses akan menyisihkan sebagian dari hasilnya untuk saudara-saudara yang datang meminta.
MANDARA bukan konsep pinjaman atau berutang. Ini adalah bentuk kerelaan berbagi dan terjadi dalam sukacita kekeluargaan. Siapa yang punya akan berbagi dengan yang tidak punya.
Salah satu kemiripan nabi Elia dan Yesus adalah mukjizat memperbanyak makanan. Dengan modal 20 roti jelai Elia memberi makan 200 orang. (2 Raj 4,42-44). Yesus pun lebih spektakuler. Dengan bermodalkan 5 roti jelai dan dua ekor ikan Yesus memberi makan 5000 orang dan masih sisa 12 bakul. (Yoh 6,1-15).
Sebuah mukjizat tidak dimulai dari ketiadaan atau bukan seperti sebuah kisah penciptaan. Mukjizat selalu mengandaikan sesuatu sebagai bahan dasar, entah yang kelihatan, seperti roti dan ikan, atau yang tidak kelihatan, seperti iman atau kepercayaan.
Kisah Elia memberi makan 200 orang dan Yesus memberi makan 5000 orang tentu merupakah sebuah mukjizat besar. Tapi mukjizat itu diawali dari kerelaan seseorang yang memberikan apa yang dipunyainya, seorang hamba Elia dan seorang anak di tengah orang banyak.
Keduanya adalah orang sederhana dan nyaris tak dilihat. Apa yang mereka berikan pun bukan makanan mewah, justru yang paling sederhana. Tapi justru orang-orang macam ini dan dengan bahan sederhana macam ini Tuhan menunjukkan kuasa-Nya lewat mukjizat.
Kehendak dan kewajiban untuk berbagi selalu dikenangkan dan diingatkan melalui perayaan Ekaristi. Ekaristi bukan sekedar mengenangkan pemberian diri Yesus melainkan peringatan untuk selalu berbagi dengan sesama.
Seperti kita mendapatkan makanan dari roti yang satu lalu dipecah-pecah, demikianlah rejeki yang kita miliki didapatkan dari satu Bapa Pemberi segala sesuatu yakni Allah sendiri.
Memperbanyak roti dan ikan adalah ekaristi Yesus bersama orang banyak yang mengikutinya. Ekaristi yang sama bisa dihidupi setiap orang dalam kemauan berbagi.
Karena Covid-19 tak ada perayaan ekaristi di gereja. Tapi justru karena cCvid-19 kita bisa merayakan ekaristi yang hidup dengan berbagi kepada sesama. Mandara adalah salah satu wujud ekaristi yang hidup.
(Setetes Embun, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara MBSM-Gereja Novena Weetebula, Sumba tanpa Wa)