Spiritus

Setetes Embun: Merasa tak Pantas

Kerendahan hati dan merasa tidak layak kadang secara mengejutkan membuat kita justru dipilih oleh Tuhan untuk suatu tugas atau misi tertentu. Mereka yang merasa diri mampu dan pantas malah tidak dipilih. Tuhan selalu mempunyai cara tersendiri melihat siapa yang Dia butuhkan dan bagaimana membentuk dan memampukan orang pilihan-Nya itu.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

JERNIH- Kisah Injil hari ini (Luk 5,1-11) terjadi di Danau Galilea (Gennesaretin dalam bahasa Yunani dan Tiberiasin dalam bahasa Latin).

Ketika pengajaran telah berakhir, Yesus menyuruh Petrus untuk mendorong perahu ke dalam air yang lebih dalam untuk menangkap ikan. Dalam hal memancing, Petrus adalah seorang ahli, sedangkan Yesus hanyalah seorang tukang kayu.

Secara halus Petrus menolak tapi dengan ungkapan yang diplomatis. Dia berkata, “Guru, kami telah bekerja keras sepanjang malam, dan kami tidak menangkap apa-apa.” Petrus bisa saja menambahkan bahwa ikan muncul ke permukaan di Laut Galilea hanya pada malam hari, atau kehadiran dan kebisingan orang akan menakuti ikan yang tersisa. Akan tetapi sebaliknya, dia berkata, “Tetapi karena perintahMu, aku akan menebarkan jala juga”

Pernyataan Petrus yang merupakan ungkapan kepercayaan itulah yang membuat keajaiban berikutnya menjadi mungkin. Petrus dan Andreas mendapati bahwa jaring itu akhirnya terisi penuh, dan mereka harus meminta bantuan rekan mereka, putra Zebedeus, Yakobus dan Yohanes, untuk membantu mereka membawa tangkapan.

Simon Petrus memahami stuasi itu dengan sangat cepat. Melihat jumlah tangkapan ikan yang tidak biasa, dia mengenali kehadiran Tuhan di hadapannya. Di hadapan orang ini dia tidak berarti apa-apa karena kuasanya yang dahsyat. Dia merasa sangat tidak layak.

Petrus memohon kepada Yesus untuk pergi; “Tuhan, tinggalkan aku, karena aku orang yang berdosa.”

Merasa tidak layak adalah juga sikap Yesaya dan Paulus dalam bacaan lain hari ini. Yesaya yang melihat kemuliaan Allah dalam penglihatannya, berkata, “Betapa malangnya keadaan saya! Aku tersesat, karena aku adalah orang yang najis bibir… dan mataku memandang Raja, Tuhan semesta alam.”

Paulus, yang tidak terlalu dikenal karena kerendahan hatinya, bahkan berkata, “Aku adalah rasul yang paling hina dari semua rasul” (1 Kor 15,9)

Petrus menjadi orang pertama dalam Injil yang mengakui keberdosaannya. Ia juga rasul pertama yang dipanggil oleh Yesus. Kesadaran diri Petrus justru membuat Yesus memberi peluang lebih besar dan tugas agung baginya: ”Mulai sekarang, engkau akan menjala manusia!”

Injil hari ini diakhiri dengan gambaran komitmen yang mengilhami yang semua hadir: “Ketika mereka membawa perahu mereka ke pantai, mereka meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia” (Luk 5:11).

*

Kerendahan hati dan merasa tidak layak kadang secara mengejutkan membuat kita justru dipilih oleh Tuhan untuk suatu tugas atau misi tertentu. Mereka yang merasa diri mampu dan pantas malah tidak dipilih. Tuhan selalu mempunyai cara tersendiri melihat siapa yang Dia butuhkan dan bagaimana membentuk dan memampukan orang pilihan-Nya itu.

*

Seorang pastor sangat suka memancing dan merupakan hobbynya sejak kecil. Sejak bertugas di paroki itu dia berusaha untuk menahan diri sampai suatu malam dia tidak tahan lagi. Dia bilang kepada pastor rekannya bahwa dia kurang enak badan dan besok dia tidak bisa misa minggu pagi. Malam itu diam-diam dia ke pantai untuk memancing.

Baru lima menit memancing dia sudah mendapat ikan besar. Tiga puluh menit kemudian dia mendapat lagi ikan yang jauh lebih besar. Dia makin bersemangat. Jelang pagi hari dia mendapat ikan terbesar yang pernah dipancing dan merupakan rekor dunia.

Dari surga Tuhan Yesus dan Petrus mengamati ulah pastor ini. Petrus berpaling kepada Tuhan: “Pastor ini berbohong dan tidak merayakan misa hari Mingggu. Bagaimana bisa Tuhan memberi dia hadiah besar seperti ini?”

Tuhan menjawab: “Ikan-ikan ini adalah hukuman untuk dia. Coba setelah ini, kepada siapa dia harus cerita pengalaman ini? Tidak mungkin dia diam lalu sembunyikan ikan-ikan raksasa ini.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Redemptoris dan Gereja Novena, Thomson Road, Singapura).

Back to top button