Spiritus

Setetes Embun: Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

Setiap orang pasti bernilai dan berharga di mata Tuhan asalkan mau datang menjumpai Tuhan dan lebih baik lagi mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

JERNIH-Gereja Katolik pada hari Minggu ini merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Darimanakah perayaan ini berasal dan mengapa baru dirayakan hari ini?

Pada abad keempat, seorang wanita bernama Etheria mengadakan perjalanan ziarah ke Yerusalem. Ziarahnya itu ditulis dalam catatan hariannya. Buku catatan harian ini baru ditemukan tahun 1887, 14 abad setelah meninggalnya.

Di dalam buku harian ini dikisahkan perayaan liturgi masa itu di Yerusalem. Beberapa yang disebutnya adalah perayaan Epifania, perayaan Kelahiran Yesus atau Natal dan prosesi perayaan Yesus Dipersembahkan di Bait Allah 40 hari setelah perayaan Kelahiran Yesus.

Hal ini ternyata masuk akal bila dihubungkan dengan Kitab Suci yakni hukum Musa bahwa seorang wanita yang melahirkan anak dianggap secara ritual “tidak bersih” sampai 40 hari. Pada hari yang ke-40 itu wanita tersebut mendatangi imam dan membawa persembahan untuk penyucian dirinya.

Kebetulan sekali dalam kalender modern kita, tanggal 2 Pebruari dihitung 40 hari setelah Natal atau kelahiran Yesus atau lebih tepat lagi hari Maria melahirkan Yesus.

Kisah tentang Maria yang datang ke Bait Allah bersama suaminya Yosef dan putera mereka Yesus merupakan kisah penyucian sekaligus persembahan. Maria menyucikan diri setelah melahirkan Yesus dan Yesus dipersembahkan kepada Allah sebagai putera sulung. Tetapi disitu juga ada kisah perjumpaan antara saksi Perjanjian Baru yakni Yesus dan saksi Perjanjian Lama yakni Simeon dan Anna. Yesus sebagai Bait yang baru memasuki Bait yang lama.

Karena kisah sekaligus perayaan ini sangat kaya makna rohani maka Paus Yohanes Paulus II menetapkan Pesta ini sebagai Hari Hidup Bakti Sedunia (Annual World Day of Consecrated Life). Hari ini merupakan saat para biarawan-biarawati (pastor, suster, frater, bruder) mengenangkan kembali saat-saat pertama mengalami Tuhan memanggil untuk hidup khusus ini, dan memilih mengikuti dia secara total dan radikal. Dengan kata lain mengenangkan kembali saat para biarawan-biarawati mempersembahkan diri kepada Tuhan.

Setiap orang bisa memilih cara yang terbaik untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan. Membawa anak-anak ke Gereja dan memberi ruang bagi mereka untuk mengenal Tuhan yang kita imani, itu adalah cara Keluarga Kudus terhadap Yesus. Hidup dan berbakti hanya kepada Allah di Bait-Nya, itu juga adalah ekspresi iman yang tak kalah bernilai seperti dibuat Simeon dan Anna.

Singkat kata, setiap orang pasti bernilai dan berharga di mata Tuhan asalkan mau datang menjumpai Tuhan dan lebih baik lagi mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki. Persembahan itu bisa berupa barang-barang terbaik, bisa berupa anak-anak, bahkan bisa diri sendiri. Orang yang hidup dengan cara semacam ini adalah orang yang dinaungi oleh Roh Kudus.

(SETETES SALJU, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Redemptoris Bonn, Jerman).

Back to top button