Dua Tiang Leenhoff Weergade dan Jejak Kejayaan VOC yang Tersisa di Tepi Jl Daan Mogot

- Leenhoff Weergade terletak di perkebunan Kedauong (Kedawung – red) dan dibangun Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon.
- Setelah Gubenur Jenderal Zwaardecroon meninggal, landhuis medah dan mewah itu terbengkalai.
JERNIH — Jika Anda berkendara di Jl Daan Mogot dari Grogol ke arah Tangerang, sempatkan menengok ke kanan saat memasuki kilometer 22. Anda akan melihat dua tiang warna merah dengan lencana floral bertuliskan Leenhoff dan Weergade. Itulah jejak Landhuis yang dibangun Gubernur Jenderal VOC Hendrik Zwaardecroon yang masih tersisa.
Tanah partikelir, dengan Leenhoff Weergade yang pernah ada di dalamnya, kini bernama Kelurahan Kebon Besar, Kecamatan Batuceper, Kotamadya Tangerang. Dua tiang (hek) yang tersisa dari masa lalu Leenhoff Weergade kini menjadi pintu masuk ke permukiman penduduk dari tepi Jl Daan Mogot.
Tuan Tanah Kedaung
Dibanding landhuis peninggalan era VOC, Leenhoff Weergade mungkin yang paling tragis. Bangunan itu praktis terbengkali setelah pembangunnya meninggal dunia, dan pemilik berikut yang bukan keturunan dan keluarga pembangun, cenderung mengabaikan.

Upaya penyelamatan sisa-sisa Leenhoff Weergade pernah dilakukan saat arsiparis Frederick de Haan tak sengaja menemukannya tahun 1908. Dalam Priangan I, De Haan bercerita saat dia dan fotografer J Noordhoek Hegt menyambangi reruntuhan Leenhoff Weergade.
“Empat pilar masih berdiri kokoh di posisinya,” kata De Haan. “Setiap pilar terbuat dari material bata klinker berwana kuning.”
Mushab Abdu Asy Syahid, dalam tulisan Reruntuhan Hunian Mewah Gubernur Jenderal VOC di Tangerang Abad 18, membuktikan ucapan De Haan dengan mengelupas lapisan tembok salah satu tiang. Benar saja, batu bata yang digunakan berwarna kuning.
Artinya, batu bata untuk membangun Leenhoff Weergade — seperti batu bata yang digunakan di semua bangunan VOC — dibawa dari Belanda. Tidak ada catatan berapa lama Gubenur Jenderal Zwaardecroon membangun rumah ini.
Seratus tahun lebih sebelum De Haan menemukan reruntuhan Leenhoff Weergade, Andries Teisseire — dalam Verhandelingen van Het Bataviasch Genootschap VI Deel 1792 — juga menuliskan kunjungannya ke landhuis era VOC ini.
“…….di sisi utara Mookervaart terdapat kawasan perkebunan Kedauong yang terkenal, tempat Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon menciptakan taman yang luas dikelilingi parit dalam. Ia membangun landhuis yang diberi nama Leenhoff’s Weergade, karena dibangun dengan gaya taman Hoogstede seperti di Gelderschenweg di sebelah timur gereja Portugis, yang reruntuhannya disebut Leenhoff.”
Kalimat ‘Kedauong yang terkenal’ memberikan indikasi Leenhoff Weergade berdiri di perkebunan Kedauong. Dr WI van de Wall, dalam catatan kaki salah satu tulisan dalam buku Oude Hollandsche Buitenplaatsen van Batavia, juga menyebut Kadoewang sebagai perkebunan tempat berdiri Leenhoof’s Weergade. Terakhir, Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 22 Maret 1929 menulis Kadoeang (Leenhoff’s Weergade).
Kedauong, Kadoewang, dan Kadoeang, adalah kata yang diucapkan lidah pribumi menjadi Kedaung atau Kedawung, yang kelak menginspirasi komikus terkenal Ganes TH membuat komik Tuan Tanah Kedawung, dan sutradara Lilik Sudjio mengangkatnya ke layar lebar tahun 1970.
Zwaardecroon dan Ulat Sutera
Hendrik Zwaardecroon tinggal di tanah partikelirnya tahun 1708, atau sepuluh tahun sebelum ditunjuk menjadi gubernur jenderal VOC. Ia sengaja memilih bermukim jauh dari Batavia karena lebih sehat. Maklum, Batavia saat itu mulai tak sehat, dengan wabah kolera dan malaria kerap mengancam.

Namun ia harus mondar-mandir Tangerang-Batavia untuk menjalankan tugasnya sebagai sekretaris pemerintahan tertinggi (Hoge Regering) VOC, dan anggota luar biasa Dewan Hindia atau Raad van Indie. Selama masa itu ia diperkirakan membangun Leenhoff’s Weergade, dan menggali parit untuk mengairi kebunnya.
Pada 13 November 1718 Zwaardecroon diangkat sebagai gubernur jenderal VOC ke-20. Setelah enam tahun menjabat, Zwaardecroon mengajukan pensiun dini pada 16 Oktober 1924, tapi upacara penyerahan kekuasaan ke tangan Matthaeus de Haan terjadi pada 8 Juli 1725.
Zwaardecroon banyak berkontribusi untuk VOC, terutama dalam eksploitasi tanah jajahan. Saat masih menjadi gubernur Malabar tahun 1696, Zwaardecroon mengirim bibit kopi ke Joan van Hoorn, yang menanamnya di Batavia dan Cirebon. Bibit kopi Arabika itulah yang menjadi cikal bakap kopi Preanger.
Di Leenhoff Weergade, Zwaardecroon punya proyeknya sendiri, yaitu mengembangkan ulat sutera. Ia membawa ulat sutera di Cina dan Benggala dan dikembangkan di perkebunannya, serta menjadi pelopor pengembangan ulat sutera di Pulau Jawa.
Zwaardecroon, menurut Dr WI van de Wall, membuat sampel sutra Jawa pertama yang dikagumi banyak ahli di Eropa, tapi pengembangan ulat sutera yang dimulainya tak berlanjut akibat berbagai faktor. Salah satunya, konflik internal di kalangan petinggi VOC.
Tahun 1928, setelah 20 tahun tinggal di Leenhoff’s Weergade, Zwaardecroon meninggal dunia. Tidak ada catatan siapa yang mengelola perkebunan itu, dan apa yang diupayakannya.
Ketika Andries Teisseire tiba, kawasan perkebunan Kedauong (Kedawung – red) dimiliki Jan Dat, sering pula ditulis Jean Dat. Tahun 1779, Jan Dat mengiris perkebunan Kedauong dan menjual irisannya — seluas seluas 1980 bouw atau 1.465 hektar — kepada David du Fau de La Lounge dan diberi nama Batoe Tjeper. Sepeninggal De La Lounge, Batoe Tjeper jatuh ke tangan Hendik Pieter Bangeman, pedagang papan atas VOC yang membangun landhuis di atas tanah itu.
Sebagian lagi kawasan perkebunan Kedauong atau Kedawung tak tertera di Regeeerings Almanak voor Nederlandsch-Indie sepanjang abad ke-19. Dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsch-Indie 1920, sisa tanah Kedawung muncul dengan nama Kedawong Oost, dengan luas 343 bouw atau 253 hektar dan dimiliki tuan tanah Tionghoa.
Hunian Khas Pedesaan
Saat ditemukan De Haan, Leenhoff;s Weergade benar-benar telah hancur. Yang tersia hanya tiang, sumur-sumur, puing-puing tembok dan atap rumah. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mendokumentasikannya.

Setelah kunjungan De Haan, fotografer Georg Friedrich Johannes Bley mengabadikan reruntuhan Leenhoff’ Weergade. Dr VI van de Wall — saat itu pegawai Balai Purbakala Hindia-Belanda — beberapa kali menyebut rumah kebun peninggalkan Zwaardecroon dalam bukunya.
Keduanya juga melakukan survei ke seluruh bangunan Leenhoff’s Weergade dan mempelajarinya. Tahun 1936, buletin De Ingenieur menurunkan artikel yang menyesakan dada, bahwa seluruh puing rumah kebun itu benar-benar telah hilang.
Kecuali hek (pilar) yang masih tersisa, tidak ada lagi yang bisa dilihat dari peninggalan Zwaardecroon. Kalau pun ada, mungkin catatan-catatan penelitian De Haan, tinjauan Van de Wall, dan lainnya.
Mushab Abdu Asy Syahid menulis Leenhoff’s Weergade kemungkinan dibangun dengan arsitektur campuran Baroque dan gaya Raja Louis dari Prancis. Tidak disebutkan Raja Louis ke berapa. Saya memperkirakan yang dimaksud adalah Raja Louis XV. Gaya serupa diterapkan Michiel Romp untuk Landhuis Tjengkareng.
Yang pasti, Leenhoff’s Weergade adalah bentuk hunian khas kaum borjuis Eropa abad ke-18, dengan tiang-tiang besar dan lanskap taman yang sedemikian luas.