Veritas

25 Tahun Pembantaian Srebrenica: Kami Percaya Serbia akan Membantai Lagi

  • Orang Bosnia merayakan pembantaian dengan doa, air mata, dan isak tangis.
  • Orang Serbia berpesta merayakan pembebasan Srebrenica, dan memuji setinggi langit Jenderal Mladic Sang Pembantai.
  • Bagi orang Bosnia, ketakutan akan pembantaian itu abadi.

Srebrenica — Hari itu, 11 Juli 1995 pukul 16:15, Srebrenica — zona aman yang dilindungi PBB dengan 50 tibu pengungsi Bosnia — jatuh ke tangan Serbia, yang mengklaim kota itu sebagai bagian dari Serbia Raya.

“Kita di sini, di Srebrenica Serbia,” kata Jenderal Ratko Mladic di depan kamera TV. “Jelang liburan Serbia yang lain, kita memberikan kota ini kepada orang-orang Serbia sebagai hadiah.”

Mladic melanjutkan: “Akhirnya, setelah pemberontakan melawan para dahl, saatnya telah tiba untuk balas dendam pada orang-orang Turki di wilayah ini.”

Dahl merujuk pada perwira militer pemberontak yang memerintah Serbia selama Kekaisaran Ottoman.

Orang Turki yang dimaksudkan Mladic adalah Muslim. Pada hari-hari berikutnya, pasukan Serbia — bersama unit paramiliter — membantai 8.000 pria dan anak-anak Bosnia, yang dicatat PBB sebagai genosida pertama sejak akhir Perang Dunia II.

Menggunakan buldoser, Serbia melemparkan mayat-mayat itu ke lubang besar kuburan massal. Orang Bosnia yang lolos masih dicari untuk dihabisi.

Sekitar 30 ribu perempuan dan anak-anak Bosnia dideportasi dalam dua hari. Ribuan wanita Bosnia lainnya diperkosa serdadu Serbia dan paramiliter-nya.

Hari ini, 11 Juli 2020, ketika keluarga korban pembantaian serta mereka yang selamat larut dalam kesedihan, orang-orang Serbia di Srebrenica memasang poster bertuliskan; “Terima Kasih Jendearl untuk tanggal 11 Juli Hari Pembebasan Srebrenica.”

Srebrenica adalah ironi. Kota terpecah menurut garis etnis, dengan masing-masing merayakan 11 Juli dengan cara bertolak belakang; menangis dan berpesta.

Tidak hanya di Srebrenica. Di Bratuac, situasi serupa juga terlihat. Orang-orang Serbia melampiaskan suka cita atas kehebatan Mladic membantai orang Bosnia.

Bagi Almasa Salihovic, korban selamat pembantaian Srebrenica, situasi ini amat menakutkan. “Anda hidup di tengah orang yang berpura-pura baik. Itulah yang menakutkan saya,” kata Salihovic.

Almasa dan keluarganya beruntung. Mereka selamat. Serbia memindahkannya ke wilayah yang dikuasai pasukan Alija Izetbegovic, yang kemudian menjadi presiden pertama Bosnia.

Dalam perjalanan dengan bus, Almasa menyaksikan bagimana orang-orang Serbia membuka jendela dan meludahi mereka.

Kini, setelah 25 tahun dan orang-orang Serbia terlibat baik dengan warga Bosnia, apakah segalanya telah berakhir. Tidak, bagi Almasa — saksi selamat kekejian Serbia — ketakutan itu abadi.

“Kami memiliki orang-orang yang entah kapan akan membantai kami lagi,” kata Almasa. “Jika tidak kami, anak-anak mereka akan membantai anak-anak kami.”

Back to top button