Formasi Batu Al Naslaa di Arab Saudi: Misteri tak Terpecahkan
- Dua geolog ngetop punya teori masing-masing.
- Netizen mengaitkan kedatangan alien ribuan tahun lalu.
- Batu Al Naslaa kini makin populer karena misterinya.
JERNIH — Bagi yang pernah berkunjung ke Oasis Tayma dan melihat formasi batu Al Naslaa, tidak berlebihan jika mengatakan aliens pernah berkunjung ke Arab Saudi dan mengiris batu dengan sinar laser.
Batu Al Naslaa menjulang setinggi sembilan meter dan lebar 7,6 meter. Beberapa bagian batu berhias petroglif, pahatan batu menggunakan pahat dan palu, seperti manusia dan kuda.
Namun, bukan itu yang menjadi misteri. Batu terpotong menjadi dua bagian seperti kue pias ditebas pisau sedemikian jam, dan dipisahkan sedikit jarak.
Seorang ahli geologi mengatakan irisan itu bisa saja disebabkan pelapukan beku mencair. Namun geolog lain mengatakan irisan itu terlalu mulus sebagai akibat sebab alami.
Batu Al Naslaa akhirnya jadi misteri. Orang-orang datang untuk melihat langsung, berfoto, atau naik ke atasnya. Di media sosial, batu Al Naslaa menjadi perdebatan populer.
Di Reddit, misalnya, salah satu pengguna menulis; “Itu pasti alien.” Lainnya berteori bahwa alien menggunakan pointer laser, dan secara tidak sengaja memotong batu itu.
Teori kedua mengatakan peradaban kuno lebih maju dari yang diperkirakan sebelumnya. Satu video di YouTube berspekulasi bahwa formasi itu bukti awal teknologi tinggi.
Dalam nada yang sama seorang seorang bernama Ricopantalones menulis di forum online; “Mengapa kita mengaitkan dengan alien? Ada banyak bukti teknologi kuno berada pada tingkat yang jauh leibh maju dari teknologi saat ini. Kita tidak berada di kurva pertama teknologi dalam masyarakat. Kita mungkin berada di kurva kedua.”
Peserta forum lainnya membandingkan formasi piramida Mesir kuno, yang dibangun 4.500 tahun lalu. Pengguna NicholaPileggi mengklaim pemotongan itu dilakukan dengan cara sama seperti memotong balok batu untuk piramida.
Lainnya mengatakan celah batu itu dibuat seseorang dengan gergaji dan kesabaran. Ada yang menggunakan referensi film Star Wars untuk menjawab bagaimana batu Al Naslaa teriris.
Geolog Cherry Lewis mengatakan kepada MailOnline bahwa batu mungkin diiris Ibu Pertiwi, artinya oleh keajaiban alam.
Lewis adalah peneliti kehormatan di Universitas Bristol. Ia menggambarkan formasi yang tidak biasa itu sebagai pemandangan luar biasa.
“Batu itu terbentuk karena proses yang disebut pelapukan ‘beku-cair’, yang terjadi ketika air masuk ke celah kecil di batu,” katanya. “Saat suhu turun, air membeku dan mengembang, menyebabkan retakan melebar dan memanjang.”
Saat es mencair, masih menurut Lewis, air masuk semakin dalam ke celah. Proses ini terjadi selama ribuan tahun, atau mungkin jutaan tahun hingga akhirnya batu itu terbelah.
Proses ini, ditambah dengan erosi angin di lingkungan gurun, bisa menjadi penjelasan bagaimana batu itu berdiri seperti terlihat sekarang ini.
Efek ledakan pasir, masih menurut Lewis, juga menciptakan permukaan depan yang mulus jika menghadapi angin yang bertiup.
Profesor Tim Reston, ahli geologi dari Universitas Birmingham, ikutan berbagi pemikiran tentang formasi batu Al Naslaa. Menurutnya, pecahan batu itu terjadi akibat patahan alami pada batuan biasanya disebabkan oleh pelepasan tekanan dan ekspansi.
Proses itu terjadi lebih kontinyu, dan dibiarkan terbuka oleh erosi sekitarnya. “Jika itu sambungan, mungkin memiliki struktur bulu yang indah di kedua sisi retakan,” katanya.
Batu Al Naslaa terletak delapan jam berkendara dari Riyadh, dan dapat diakses dengan kendaraan roda empat. Penggalian arkeologi di wilayah itu juga menemukan batu api berasal dari milenium ke-4 SM.
Tayma kaya akan sejarah. Wilayah ini adalah kediaman Raja Nabonidus dari Babilonia pada pertengahan abad ke-6 SM. Oasis, yang berada di jalur perdagangan Madinah ke Al Jawf kini menjadi tempat paling populer.
Hamparan gurun dipetakan oleh Charles M Doughty tahun 1877. Ia menggambarkan kunjungannya ke Oasis Tayma dalam buku terbitan 1888 berjudul Travels In Arabia Deserta. Wilayah itu menarik perhatian penjelajah Prancis Charles Huber, yang mengunjungi situs itu tahun 1883.