Haredim, Kaum Yahudi yang Menolak Dikirim Membunuh Warga Palestina di Gaza
Banyak Haredim juga anti-Zionis, karena mereka percaya bahwa negara Israel hanya dapat didirikan setelah kedatangan sang mesias. Beberapa sekte ultra-Ortodoks bahkan menjadi pendukung utama perjuangan Palestina.
JERNIH–Dalam beberapa hari terakhir, kelompok pria Yahudi, Haredim, sering dikabarkan terlibat bentrok dengan polisi, seiring protes mereka menentang pengiiman palsa meteka sebagai personel militer ke Gaza. Mereka juga tak ragu menunjukkan kemarahan pada perwakilan mereka di parlemen Israel. Ahad (30/6), sekelompok orang menyerang mobil kepala partai Persatuan Torah Yudaisme, yang mewakili kelomok itu.
Di negara yang memberlakukan wajib militer, mengapa kelompok ultra-Ortodoks dikecualikan? Mengapa pula mereka begitu marah terhadap upaya untuk mengubah hal tersebut?
Siapakah Yahudi ultra-Ortodoks? Siapa Haredim? Haredim (Haredi dalam bentuk tunggal) adalah istilah Ibrani untuk orang Yahudi ultra-Ortodoks. Mereka adalah sekte Yudaisme yang paling taat, yang memisahkan diri dari masyarakat untuk mengabdikan diri pada doa dan ibadah.
Mereka memiliki pakaian yang khas. Kaum wanita mengenakan pakaian panjang dan sederhana serta penutup kepala. Sedangkan pria mengenakan jas atau mantel hitam dan topi bulu besar.
Mereka juga mempunyai cara hidup yang berbeda, menjaga diri dan komunitas mereka sebisa mungkin terisolasi dari dunia luar, menghalangi interaksi ekonomi yang diperlukan agar tetap “murni” dan tidak ternoda kepentingan duniawi.
Gerakan ini telah ada sejak abad ke-19 di Eropa sebagai reaksi terhadap modernisasi dunia. Kaum Haredim khawatir hal itu akan mengalihkan perhatian orang-orang Yahudi dari pembelajaran agama mereka.
Mengapa Haredim tidak menjalankan tugas militer? Ada pengaturan pengecualian khusus, torato umanuto (yang berarti “mempelajari Taurat sebagai tugas”), yang disepakati sebelum negara Israel dibentuk.
Pengecualian itu, sejumlah kecil siswa senior dibebaskan dari wajib militer selama yang mereka lakukan hanyalah mempelajari kitab suci Yahudi di sekolah agama yang dikenal sebagai yeshivas –yang bergantung pada pendanaan pemerintah.
Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa mempelajari Taurat, atau membacanya, melindungi bangsa Israel dari ancaman. Dan karena kelompok ultra-Ortodoks merupakan kelompok yang relatif kecil di Israel, maka hal itu tidak dipandang sebagai masalah besar.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah Haredim di Israel meningkat pesat. Saat ini, sekitar 13.000 pemuda ultra-Ortodoks mencapai usia wajib militer 18 tahun. Namun, sekitar 90 persen dari mereka tidak mendaftar wajib militer. Tahun lalu, 66.000 Haredim tidak mendaftar wajib militer.
Ketika semakin banyak tentara Israel yang terbunuh dan terluka saat justru ditugasi membunuhi Muslim di Gaza, keluarga mereka menjadi marah karena ada begitu banyak pemuda sehat yang tidak ikut serta dalam perang.
Tapi itu bukan satu-satunya pemicu. Selama bertahun-tahun, pemerintah Israel-– terutama yang dipimpin oleh partai sekuler -–telah mengangkat debat untuk mengakhiri pengecualian menyeluruh seiring dengan bertambahnya jumlah komunitas ultra-Ortodoks. Pada 25 Juni lalu, Mahkamah Agung Israel memutuskan militer boleh merekrut siswa yeshiva.
Sebelumnya juga telah diputuskan bahwa yeshivas yang siswanya tidak mendaftar untuk tugas militer, tidak akan menerima dana pemerintah.
Hal ini menimbulkan kemarahan komunitas Haredi. Namun warga Yahudi Israel lainnya juga marah pada Haredim, karena mereka hidup dari tunjangan negara yang disubsidi warga Israel lainnya. Hal itu menyebabkan beberapa serangan terhadap pengunjuk rasa Haredi oleh yahudi lain.
Mengapa Haredim sangat menentang dinas militer?
Ada berbagai alasan mengapa mereka tidak mau ikut wajib militer. Terutama, mereka percaya bahwa bergabung dengan tentara akan mengalihkan perhatian mereka dari mempelajari Taurat, yang menurut mereka adalah tujuan utama hidup. Mendaftar juga akan menghilangkan unsur-unsur isolasi yang dimiliki komunitas ultra-Ortodoks dari masyarakat luas. Banyak pula yang percaya bahwa prinsip-prinsip Haredi bertentangan dengan prinsip-prinsip militer.
Akomodasi khusus juga perlu disediakan, seperti bertugas di unit khusus laki-laki, memastikan mereka tidak melakukan kontak dengan perempuan, memperbolehkan waktu ibadah yang diperpanjang, dan kondisi perumahan yang ketat.
Banyak Haredim juga anti-Zionis, karena mereka percaya bahwa negara Israel hanya dapat didirikan setelah kedatangan sang mesias. Beberapa sekte ultra-Ortodoks bahkan menjadi pendukung utama perjuangan Palestina. [Al-Jazeera]