DesportareVeritas

Jejak Perjalanan Timnas Indonesia di Ajang Sea Games

Pertandingan Indonesia vs Myanmar malam ini adalah perjalanan berat mengingat sejak 2019 selalu menggondol medali. Jika kalah, pertaruhan timnas sangat dipertayakan di ajang sepakbola ASEAN.

WWW.JERNIH.CO – Dalam sejarah perjalanan Sea Games, timnas sepakbola Indonesia baru mengemas tiga kali juara pertama. Yakni pada 1987, 1991 dan 2023. Sementara menjadi runner up sebanyak lima kali. Artinya Indonesia delapan kali masuk babak final.

Dalam sebanyak lima kali kekalahan tersebut, dua di antaranya dikalahkan Thailand, dua kali pula oleh Malaysia, dan sekali dipotong Vietnam.

Penyelenggaraan Sea Games sebanyak ke 32 kali (seharusnya 33 kali namun pada 1963 dibatalkan), Thailand lah negara yang paling banyak mengemas juara satu, dengan perolehan 16 kali.

Malaysia menyusul dengan enam kali, lalu Myanmar (yang dulu bernama Burma) lima kali. Barulah Indonesia yang berbagi jumlah sama dengan Vietnam (termasuk Vietnam Selatan kala itu) dengan tiga kali juara satu.

Secara historis, Timnas Sepak Bola Putra Indonesia menempati posisi keempat dalam daftar peraih medali emas Sea Games dengan total tiga gelar. Kemenangan terakhir yang diraih di Kamboja tahun 2023 sangat signifikan karena berhasil memutus jeda 32 tahun tanpa medali emas, menunjukkan betapa sulitnya Indonesia membangun dominasi konsisten di kawasan Asia Tenggara.

Jeda ekstrem ini sangat kontras dengan periode Era Emas Singkat di akhir 80-an dan awal 90-an. Pada masa tersebut, dua gelar beruntun (1987 dan 1991) membuktikan adanya generasi pemain yang efektif dan mampu menjadi penantang sejati, bahkan di tengah kejayaan Thailand. Serunya Thailand pernah bersama Burma menjadi juara pertama bersama pada 1965 karena skor imbang 2-2.

Analisis mendalam terhadap perolehan medali menyingkap pola yang menunjukkan Indonesia sebagai “Spesialis Runner-up”. Meskipun Indonesia tertinggal jauh dari Thailand dalam jumlah gelar emas, tim Garuda telah mengumpulkan lima medali perak (Juara 2), mendekati jumlah perak yang dimiliki Thailand (enam perak). Pola ini, yang juga mirip dengan Vietnam (lima perak), menggarisbawahi kesulitan Indonesia untuk menyempurnakan performa hingga partai puncak. Indonesia seringkali tampil meyakinkan, namun secara konsisten gagal di garis finis—sebuah kecenderungan yang menjadi hambatan mental dan strategis selama tiga dekade.

Kini, dengan koleksi tiga emas, lima perak, dan empat perunggu, tantangan bagi Indonesia adalah menjadikan gelar tahun 2023 sebagai titik balik strategis, bukan hanya blip kebetulan sejarah.

 Jika dominasi Thailand dibangun atas konsistensi, maka Indonesia perlu mengubah pola dari “tim yang menang sesekali” menjadi kekuatan yang secara reguler mampu mencapai dan memenangkan partai final. Keberhasilan terbaru ini memberikan modal mental yang kuat untuk menghindari pengulangan jeda panjang dan menempatkan Indonesia secara permanen di antara tiga kekuatan utama sepak bola ASEAN.(*)

BACA JUGA: Daftar Pelatih Timnas Indonesia Sejak Lama

Back to top button