Veritas

Menjelang “Hari Kemenangan 9 Mei”, Rusia Terus Bombardir Ukraina

Deklarasi perang habis-habisan akan memungkinkan Putin untuk memberlakukan darurat militer dan memobilisasi pasukan cadangan untuk menebus kerugian pasukan yang signifikan. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak spekulasi itu sebagai “omong kosong.”

JERNIH—Seraya terus memprotes Barat yang “memenuhi Ukraina dengan senjata”, Rusia tak henti menggempur stasiun kereta api dan titik jalur pasokan lainnya di seluruh negeri. Hal itu dilakukan ketika Uni Eropa bergerak untuk menghukum Moskow lebih lanjut, dengan pada Rabu lalu mengusulkan larangan impor minyak yang merupakan sumber pendapatan paling penting Moskow.

Pertempuran sengit juga berkecamuk di pabrik baja Azovstal di Mariupol, yang mewakili kantong terakhir perlawanan Ukraina di kota pelabuhan selatan yang hancur. Tetapi seorang pejabat Rusia membantah bahwa pasukan Moskow menyerbu pabrik itu, seperti yang diklaim komandan pasukan Ukraina sehari sebelumnya.

Militer Rusia pada Rabu lalu mengatakan bahwa mereka menggunakan rudal yang diluncurkan dari laut dan udara untuk menghancurkan fasilitas tenaga listrik di lima stasiun kereta api di seluruh Ukraina, sementara artileri dan pesawat juga menyerang markas pasukan serta depot bahan bakar dan amunisi.

Kesibukan Rusia untuk terus melakukan gempuran itu datang seiring Rusia bersiap untuk merayakan Hari Kemenangan pada 9 Mei, menandai kekalahan Nazi Jerman atas Uni Soviet. Dunia sedang mengamati apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggunakan kesempatan itu untuk mendeklarasikan kemenangan atau memperluas apa yang disebutnya “operasi militer khusus.”

Deklarasi perang habis-habisan akan memungkinkan Putin untuk memberlakukan darurat militer dan memobilisasi pasukan cadangan untuk menebus kerugian pasukan yang signifikan.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak spekulasi itu sebagai “omong kosong.”

Ketika daerah-daerah di seluruh Ukraina diserang baru-baru ini, Belarus, yang digunakan Rusia sebagai tempat invasi, mengumumkan latihan militer mulai Rabu lalu. Seorang pejabat tinggi Ukraina mengatakan, negaranya akan siap untuk bertindak jika Belarus bergabung dalam pertempuran.

Serangan terhadap infrastruktur kereta api dimaksudkan untuk mengganggu pengiriman senjata Barat, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov. Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan Barat “memenuhi Ukraina dengan senjata.”

Persenjataan Barat yang mengalir ke Ukraina membantu pasukannya menggagalkan upaya awal Rusia untuk merebut Kyiv dan tampaknya pasti akan memainkan peran sentral dalam pertempuran yang berkembang untuk Donbas, kawasan industri timur yang sekarang dikatakan Moskow sebagai tujuan utamanya.

Ukraina telah mendesak Barat untuk meningkatkan pasokan senjata menjelang bentrokan yang berpotensi menentukan itu. Kanselir Olaf Scholz dari Jerman, yang awalnya lambat membantu mempersenjatai Ukraina, mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk memasok howitzer, selain senjata anti-pesawat Gepard dan peralatan lain yang telah disetujui untuk dikirim.

Gubernur wilayah Donetsk timur, yang terletak di Donbas, mengatakan serangan Rusia menewaskan 21 orang pada Selasa, jumlah kematian tertinggi yang diketahui sejak 8 April, ketika serangan rudal di stasiun kereta api di Kramatorsk menewaskan sedikitnya 59 orang.

Selain memasok senjata ke Ukraina, Eropa dan AS telah berusaha untuk menghukum Moskow dengan berbagai sanksi. Pada Rabu lalu, pejabat tinggi UE meminta blok 27 negara-negara itu melarang impor minyak kepada Rusia.

“Kami akan memastikan bahwa kami menghapus minyak Rusia secara teratur, dengan cara yang memungkinkan kami dan mitra kami untuk mengamankan rute pasokan alternatif dan meminimalkan dampak pada pasar global,” kata Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, kepada Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis.

Proposal tersebut membutuhkan persetujuan bulat dari negara-negara Uni Eropa dan kemungkinan akan menjadi bahan perdebatan sengit. Hongaria dan Slovakia telah mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam sanksi minyak apa pun. Mereka bisa diberikan pengecualian.

Uni Eropa juga mulai berbicara tentang kemungkinan embargo gas alam Rusia. Blok tersebut telah menyetujui penghentian batubara Rusia. Ekonomi Rusia, termasuk pendanaan untuk militernya, sangat bergantung pada ekspor minyak dan gas alam.

Von der Leyen juga mengusulkan agar Sberbank, bank terbesar Rusia, dan dua bank besar lainnya diputuskan dari sistem pembayaran perbankan internasional SWIFT.

Pada hari Selasa, dalam salah satu pertempuran paling penting dalam perang, pejuang Ukraina mengatakan pasukan Rusia mulai menyerbu pabrik baja yang dibom di Mariupol. Tapi Kremlin mengatakan itu tidak benar.

“Tidak ada penyerangan. Kami melihat bahwa ada kasus-kasus eskalasi karena fakta bahwa para militan mengambil posisi menembak. Upaya ini ditekan dengan sangat cepat,”kata Peskov.

Selama akhir pekan, lebih dari 100 orang–termasuk wanita, orang tua dan 17 anak-anak– dievakuasi dari pabrik selama gencatan senjata dalam operasi yang diawasi oleh PBB dan Palang Merah. Tetapi serangan terhadap pabrik segera dilanjutkan, dan tidak ada evakuasi lebih lanjut yang diselenggarakan.

Tidak jelas berapa banyak pejuang Ukraina yang masih berada di dalam, tetapi Rusia menyebutkan jumlahnya sekitar 2.000 dalam beberapa pekan terakhir, dan 500 dilaporkan terluka. Beberapa ratus warga sipil juga tetap di sana, kata pihak Ukraina.

Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengatakan bahwa pasukan Rusia menargetkan pabrik dengan artileri berat, tank, pesawat, kapal perang dan “bom berat yang menembus beton setebal 3 hingga 5 meter.”

“Orang-orang pemberani kami mempertahankan benteng ini, tetapi itu sangat sulit,” katanya.

Klaimnya tidak dapat diverifikasi secara independen, dan dia mengatakan dia telah kehilangan kontak dengan para pejuang di Azovstal.

“Sayangnya, hari ini koneksi dengan orang-orang untuk memahami apa yang terjadi di sana, apakah mereka aman atau tidak, hilang, ” kata Boychenko.

Mariupol, dan khususnya pabrik baja, telah menjadi lambing kesengsaraan yang ditimbulkan oleh perang. Rusia telah menghancurkan sebagian besar kota dalam pengepungan dua bulan yang telah menjebak warga sipil dengan sedikit atau bahkan tanpa makanan, air, obat-obatan dan pemanas.

Jatuhnya kota itu akan membuat Ukraina kehilangan pelabuhan penting, memungkinkan Rusia untuk membangun koridor darat ke Semenanjung Krimea, yang direbutnya dari Ukraina pada 2014, dan membebaskan pasukan untuk bertempur di tempat lain di Donbas. [Arab News/Associated Press]

Back to top button