Noor Inayat Khan, Putri Seorang Sufi yang Memerangi Nazi
- Noor Inayat Khan adalah putri Inayat Khan, musisi dan pengkhotbah sufi.
- Ia menjadi mata-mata dengan nama sandi Madeleine, dan diterjunkan ke Prancis.
- Jerman mengagumi keberanian Noor Inayat, yang bungkam meski mengalami siksaan pedih.
- Prancis mengakui kehebatannya, publik Inggris melupakan sekian dekade.
Perang Dunia I melahirkan Margaretha Geertruida “Grietje” Zelle, pelacur dan penari erotis dengan nama panggung Mata Hari yang menjadi legenda spionase. Perang Dunia II punya Noor Inayat Khan.
Peran Mata Hari masih menjadi perdebatan. Sebagian mengatakan dia agen Jerman, lainnya menyebut agen ganda. Yang pasti, dia direkrut Jerman dan Prancis untuk menjadi mata-mata.
Keduanya bernasib sama; tertangkap dan dihukum mati di depan regu tembak. Mata Hari dihukum tembak Prancis. Noor Inayat Khan tewas di depan regu tembak Nazi Jerman.
Yang membedakan adalah Mata Hari populer, Noor Inayat Khan terlupa. Ada belasan buku biografi Mata Hari, tapi sangat sedikit biografi Noor Inayat Khan.
Biografi Mata Hari ditulis orang berbagai bangsa. Dua penulis Indonesia; Remy Sylado dan Dukut Imam Widodo juga menuliskannya dalam Bahasa Indonesia.
Peran Noor Inayat Khan sebagai mata-mata baru diketahui setelah Shrabani Basu menulis biografi berjudul Spy Princess tahun 2006.
Kehidupan Mata Hari kali pertama diangkat ke layar lebar tahun 1931 dengan judul Mata Hari, dengan Greta Garbo sebagai pemerannya. Prancis membuat film versi sendiri tentang Mata Hari dengan judul Agen H21 (1964), dan terakhir Mata Hari versi ketiga dirilis tahun 1985.
Baru satu film tentang Noor Inayat Khan, berjudul A Call To Spy, dan dirilis 2 Oktober lalu. Film dibuat untuk memberi penghormatan, setelah pemerintah Inggris memberi penghargaan tertinggi kepada Noor Inayat Khan.
Noor Inayat Khan, perempuan asal India dan keturunan Tipu Sultan — penguasa Muslim abad ke-18 dari Mysore, India — tergabung dalam Operasi Khusus Eksekutif (SOE) di Prancis. Dia tertangkap Gestapo, polisi rahasia Nazi Jerman, di Paris, dibawa ke Karlsruhe, Jerman, dan dieksekusi tahun 1944.
Tahun 1946, setahun setelah usai Perang Dunia II, Prancis menjadi pihak pertama yang menganugerahi bintang kehormatan Croix de Guerre. Inggris menganugerani George Cross, bintang penghargaan tertinggi, tiga tahun kemudian.
Meski demikian nama Noor Inayat tetap terlupa. Ketika tahun 2004 sebuah perangko dan koin Noor Inayat muncul, publik Inggris mulai mencari tahu sepak terjang Noor Inayat selama Perang Dunia II.
Banyak orang membandingkannya dengan Mata Hari. Padahal, keduanya adalah figur berbeda. Mata Hari adalah agen ganda. Noor Inayat tidak. Tahun ini Inggris menganugerahkan Plakat Biru kepadanya.
Radhika Apte, pemeran Inayat Khan dalam A Call To Spy, mengatakan kepada Al Jazeera; “Saya pikir Noor Inayat salah satu perempuan luar biasa yang pernah saya temui.”
“Dia berada di saat yang menarik sebagai seorang pasifis dan juga ketidak-aktifannya. Ia tidak melakukan apa-apa yang dapat menimbulkan konsekuensi bagi perang,” lanjut Apte.
Shrabani, yang mendirikan tugu peringatan atas nama Noor tahun 2012, mengatakan Noor Inayat tidak harus berperang. Ia menjalankan prinsip non-kekerasan, universalitas agama, serta memerangi fasisme dan pendudukan.
Penulis Cerita Anak-anak
Sebelum perang, Noor Inayat menjalani kehidupan serba damai. Ia tumbuh sebagai penulis cerita anak-anak yang produktif. Ia berkontribusi secara teratur untuk radio dan majalah lokal di Prancis.
Karyanya yang paling terkenal adalah Twenty Jataka Tales, terjemahan ke dalam Bahasa Inggris cerita reinkarnasi Buddha.
Noor Inayat Khan lahir di Moskwa. Ayahnya, Inayat Khan adalah musisi dan pengkhotbah sufi. Ibunya, Amina Begum sebelumnya bernama Ora Ray Baker. Keluarganya pindah ke Inggris tak lama setelah Perang Dunia I meletus.
Di Inggris, keluarga Inayat Khan diawasi karena pandangannya yang mendukung kemerdekaan India. Inayat Khan merelokasi diri dan keluarganya ke Prancis tahun 1920. Di negeri ini, Noor Inayat tinggal selama 26 tahun.
Tipu Sultan, kakek Noor Inayat Khan, tewas dalam perang melawan Inggris di India tahun 1799.
Setelah Nazi merebut Prancis tahun 1940, kehidupan Noor Inayat Khan berhenti. Dia melarikan diri ke Inggris dengan ribuan penduduk Prancis.
Tiba di Inggris, Noor Inayat mendaftar ke Women’s Auxiliary Air Force, yang bertugas membantu Royal Air Force sebagai operator nirkabel. Shrabani mengatakan pekerjaan ini sangat dia kuasai.
“Bagi Noor Inayat, ideologi Nazi dan pogrom terhadap Yahudi sangat menjijikan dan bertentangan dengan prinsip semua agama,” tulis Shrabani di Spy Princess.
Noor Inayat adalah Muslim sejak lahir, tapi mencintai pria Yahudi. Ia mendapat doronganmelakukan sesuatu untuk membantu upaya perang.
Dalam Spy Princess, Shrabani menulis Noor Inayat sangat percaya pada ideologi non-kekerasan semua agama, sebuah konsep yang diinternalisasi saat tumbuh dewasa.
Inayat Khan meninggal tahun 1927 dalam perjalanan ke India, meninggalkan Noor yang berusia 13 tahun. Sebagai anak tertua, Noor Inayat harus membantu ibu dan saudar-saudaranya.
Tanpa Pamrih
Pir Zia Inayat Khan, keponakan dan pemimpin Ordo Inayati, mengatakan sejak usia muda Noor Inayat sudah menjadi seorang yang tanpa pamrih dan pemurah.
“Ia selalu membela orang yang ditaklukan,” kata Pir Zia. “Ia tidak pernah melihat latar belakang orang yang dibantu.”
Ordo Inayati adalah organisasi yang didedikasikan untuk menyebarkan ajaran sufi Inayat Khan. Ordo ini memperkenalkan sufisme Islam ke Eropa tahun 1910 lewat musik dan mistik.
Noor Inayat sangat percaya pada perjuangan Mahatma Gandhi, untuk mengakhiri kolonialisme Inggris. Sikap ini diperlihatkan ketika mendaftar ke militer Inggris, dengan memberi tahu atasannya jika perang berakhir dirinya akan mendukung perjuangan India melawan kolonialisme.
Saat Inggris membentuk SOE, Noor Inayat direkrut karena memiliki kemampuan Bahasa Prancis sempurna. Tugasnya, membantu gerakan perlawanan di Prancis dan di negara-negara yang diduduki Jerman.
Sadar sepenuhnya akan tugas penuh bahaya dengan taruhan nyawa, Noor Inayat menerima tugas itu. Ia berangkat ke Prancis, Juni 1943, dengan nama sandi Madeleine.
Noor Inayat hanya membawa sedikit uang. Ia tercatat sebagai operator nirkabel pertama yang dikirim ke wilayah lawan.
Mendarat di Le Mans, Noor Inayat bergerak ke Paris. Di ibu kora Prancis inilah Noor Inayat bertemu Prosper, jaringan perlawanan bawah tanah.
Beberapa hari setelah penempatannya, semua agen Prosper berpangkat tinggi ditangkap Nazi, perangkat nirkabel disita. Noor Inayat menjadi satu-satunya operator lapangan selama beberapa bulan ke depan.
Dikhianati
Penyamaran Noor Inayat nyaris sempurna, sampai seorang rekan mengkhianatinya. Ia ditangkap Gestapo, Oktober 1943 dan dibawa ke Jerman sebulan kemudian.
Gestapo menempatkan Noor Inayat sebagai tahanan sangat berbahaya. Ia tidak pernah menyebut nama rekannya yang masih berkeliaran menyamar, dan dua kali mencoba lari.
Selama satu tahun dipenjara, Noor Inayat mengalami siksaan luar biasa dan dibelenggu. Ia dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau di Karlsruhe, dan dieksekusi bersama tiga agen lainnya.
Menurut Spy Princess, Ernst Vogt — interogator Noor Inayat di Paris — memberi tahu Jean Oberton Fuller betapa Inayat Khan wanita dengan keberanian luar biasa.
Jean Oberton Fuller adalah rekan dan penulis pertama biografi Noor Inayat Khan. Ia berbicara dengan orang-orang yang mengenal Inayat selama beroperasi di Prancis, dan mantan Gestapo di Jerman.
“Vogt pernah bertanya apakah tidak sia-sia bergabung dengan sekutu, Noor Inayat menjawab tidak masalah yang penting melayani negara,” kata Shrabani.
Kini, Semua Mengaguminya
Apte, aktris India, punya alasan saat berusaha terlibat dalam pembuatan A Call to Spy. Yaitu, kurangnya diskusi seputar kontribusi Noor Inayat Khan dalam perang.
“Saya pikir ketika kita berbicara tentang perang, kita bicara tentang laki-laki. Kita tidak pernah bicara tentang apa yang dilakukan perempuan,” kata Apte.
Setelah beberapa dekade tanpa pengakuan publik Inggris, India, bahkan dunia, kini cerita tentang Noor Inayat diangkat kembali dan dikonsumsi.
Agustus lalu, Noor Inayat menjadi wanita Asia Selatan pertama yang dihormati dengan Plakat Biru di Bloomsbury — tempat sang agen pernah tingga.
Penghargaan itu adalah skema di mana sebuah plakat seoang tokoh penting dipasang di dekat sebuah bangunan. Setiap hari orang yang lalu-lalang melihat plakat itu, dan teringat akan apa yang dilakukan sang tokoh.
“Dia berhak mendapatkan kehormatan atas keberanian dan mempertahankan prinsip-prinsipnya. Dia tidak pernah menyerah di bawah tekanan,” kata Shrabani kepada Al Jazeera.
Tahun 2012, patung Noor Inayat Khan di London diresmikan Putri Anne, sebagai penghormatan terhadap pahlawan hebat.
Shrabani mengatakan penting diketahui semua orang betapa perang tidak akan dimenangkan tanpa orang seperti Noor Inayat dan jutaan lainnya dari India — koloni Inggris. Ini adalah fakta yang sering diabaikan.
Para ahli mengatakan kontribusi orang keturunan Asia dan kulit berwarna dalam pembangunan bangsa hampir tidak diakui pada saat etnis minoritas merasa terpinggirkan di bawah pemerintahan sayap kanan.
“Pemahaman di Inggris adalah Perang Dunia II dimenangkan oleh orang Inggris. Bahwa Winston Churchil memenangkannya untuk mereka,” kata Sharabani.
“Inggris butuh 2,5 juta rakyat anak benua India yang menjadi sukarelawan untuk Perang Dunia II,” lanjut Shrabani.
Noor Inayat Khan adalah bagian dari India yang berperang untuk Inggris.