Veritas

Pasca-Corona, Tampaknya Meksiko Akan Gantikan Cina Sebagai Pusat Manufaktur Global

Menurut Signorelli, perekonomian Cina secara nyata terpukul wabah Corona jauh lebih keras daripada apa yang mereka akui saat ini

BEIJING— Beberapa pekan terakhir kita mulai mendengar pengamat mengatakan, wabah Virus Corona mungkin saja akan membuat ‘keseimbangan baru’ di dunia, terutama dalam posisi kekuatan politik dan ekonomi negara-negara yang ada. Tampaknya hal itu bukan sekadar pemikiran, bahkan bisa dipandang sebuah prediksi.

Vladimir Signorelli, presiden Bretton Woods Research, perusahaan riset investasi makro yang berpusat di New Jersey, AS, menyatakan  wabah virus Corona diprediksi akan mengakhiri peran Cina yang selama hampir 30 tahun ini menjadi pusat manufaktur terkemuka dunia. “Cina akan sulit untuk bertahan sebagai pusat manufaktur, dan itu akan terjadi dalam pekan-pekan mendatang ini, saya kira,” kata Signorelli.

Ia menduga, peran itu akan digantikan Meksiko, negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat, yang hingga kini sudah menjalin kerja sama dagang secara erat dengan AS dan menampung sejumlah perusahaan manufaktur global.

Menurut Signorelli, perekonomian Cina secara nyata terpukul wabah Corona jauh lebih keras daripada apa yang mereka akui saat ini. Wall Street, kata dia, tampaknya menjadi pihak terakhir yang menyadari hal itu pekan lalu. Indeks pasar saham S&P 500 turun lebih dari 8 persen, menjadi pasar dengan kinerja terburuk dari semua negara besar yang terinfeksi virus corona. Bahkan Italia, yang telah menunjukkan lebih dari seribu kasus hingga kini, pekan lalu menghasilkan performa yang lebih baik daripada pasar Amerika Serikat.

Sementara menurut Direktur Pelaksana China Beige Book, Shehzad H. Qazi, sebenarnya aspek paling menakutkan dari merebaknya wabah virus corona bukanlah kerusakan ekonomi jangka pendek yang ditimbulkannya. “Yang lebih mengkhawatirkan justru potensi gangguan jangka panjang pada rantai pasokan,” tulis Qazi di majalah keuangan Barron’s, Jumat (28/2) lalu.

Seorang pekerja wanita di pabrikan mobil di Tijuana, Meksiko

Dia menulis, pabrik mobil dan pabrik-pabrik kimia Cina telah melaporkan penutupan yang lebih banyak dibanding sektor lain. Sementara para pekerja di bidang teknologi informasi (IT) sebagian besar belum lagi kembali ke perusahaan-perusahaan mereka hingga pekan lalu. Perusahaan pelayaran dan logistik pun melaporkan tingkat penutupan yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional. “Efek riak dari gangguan yang begitu parah ini akan terasa secara global di bidang suku cadang mobil, alat-laat elektronik, dan rantai pasokan farmasi selama beberapa bulan mendatang,” tulis Qazi.

Bahwa Cina telah kehilangan kedigdayaannya di bidang manufaktur, kini sudah menjadi kenyataan. Namun, kerugian itu bergerak dengan kecepatan lambat dan sebagian besar karena berbagai perusahaan melakukan apa yang selalu mereka lakukan, yakni mencari biaya produksi terendah di seluruh dunia. Hal itu mungkin berarti biaya tenaga kerja, regulasi, atau sejenisnya.

Menurut laporan Forbes, di bawah kepemimpinan Donald Trump, kecepatan yang lambat itu bergerak sedikit lebih cepat. Berbagai perusahaan yang tidak menyukai ketidakpastian tarif lantas melakukan alih pabrik ke berbagai tempat lain. Para mitra Cina mereka pindah ke Vietnam, Bangladesh, hingga seluruh Asia Tenggara.

Benarkah Meksiko akan menggantikan?

Itulah yang saat ini dilihat banyak futurolog ekonomi, termasuk Bretton Woods Research tadi. Posisi itu mungkin karena pasar besar dunia lainnya, AS, juga akan baik-baik saja meresponsnya. Meksiko dan Amerika Serikat telah dan akan menjalin hubungan yang baik-baik saja, karena keduanya merupakan tetangga dekat.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador ingin mengontrol lebih baik ledakan pekerja kerah biru di negaranya. Sementara Trump juga ingin mewujudkannya, mengingat peluang lebih sedikitnya orang Amerika Tengah yang datang ke AS dan menekan upah pekerja kerah biru Amerika.

Menurut 160 eksekutif yang berpartisipasi dalam survey 2020 International Trade and Trends in Mexico dari firma hukum Foley & Lardner LLP yang dirilis pada 25 Februari, para responden dari sektor manufaktur, otomotif, dan teknologi mengaku bermaksud untuk memindahkan bisnis mereka ke Meksiko. Rencana itu akan mereka lakukan dalam satu hingga lima tahun ke depan.

“Survei kami menunjukkan, sebagian besar eksekutif akan atau telah memindahkan sebagian operasi mereka dari negara lain ke Meksiko,” ujar Christopher Swift, mitra Foley dan litigator dalam Government Enforcement Defense & Investigations Practice di firma hukum tersebut.

Menurut Swift, sebelum adanya wabah Corona, langkah itu lebih disebabkan adanya perang dagang AS-Cina dan pengesahan perjanjian dagang baru Amerika-Meksiko-Kanada (USMCA). Dengan adanya wabah corona, menurut dia hal itu justru memberi tekanan baru.

Kesepakatan perdagangan fase satu antara AS dengan Cina memang dinilai positif. Tetapi, meski serangan virus corona besar kemungkinan hanya berlangsung sementara pun, tetap saja yang ada adalah fakta bahwa ketergantungan yang berlebihan kepada Cina dan produk-produknya bersifat buruk untuk bisnis.

“Perkiraan kami, kemungkinan investasi asing langsung (FDI) yang dialihkan ke Meksiko dari AS, Cina, dan Eropa berkisar antara 12 miliar dolar AS hingga 19 miliar dolar AS per tahun,”kata Sebastian Miralles, pengelola keuangan di perusahaan ekuitas Tempest Capital di Juarez, Meksiko. Menurut Miralles, setelah periode peningkatan, multiplier effect (pengaruh peningkatan pengeluaran terhadap pendapatan dan konsumsi) dari FDI manufaktur pada PDB dapat menyebabkan Meksiko tumbuh pada tingkat 4,7 persen per tahun.

Suasana pabrikan otomotif Eropa di Meksiko

Meksiko berada di posisi terbaik untuk memanfaatkan celah geopolitik jangka panjang antara AS dan Cina. Meksiko adalah satu-satunya negara perbatasan berbiaya rendah pada kesepakatan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat.

Berkat NAFTA selama lebih dari 25 tahun, Meksiko telah menjadi eksportir dan produsen truk, mobil, elektronik, televisi, dan komputer terbaik. Pengiriman kontainer dari Meksiko ke New York hanya membutuhkan waktu lima hari, sementara perlu durasi 40 hari dari Shanghai. Meksiko memproduksi barang-barang kompleks seperti mesin pesawat terbang dan semikonduktor mikro. Meksiko juga merupakan negara peringkat ke-8 dalam hal gelar pendidikan teknik.

Forbes mencatat, berbagai perusahaan multinasional telah berada di sana, misalnya General Electric, pabrikan pesawat Boeing, hingga pabrikan otomotif Kia. Meski demikian, keselamatan tetap menjadi masalah utama bagi pebisnis asing di Meksiko. Merewka harus harus khawatir tentang penculikan, kartel narkoba, dan berlapis-lapis perlindungan pribadi. Itulah kelemahan Meksiko yang harus segera ditanggulangi pemerintahnya. [Forbes/Bretton Woods Research]

Back to top button