Perburuan Global Asset Bashar al-Assad Dimulai, Nilainya 12 Miliar Dolar AS
- Nilai asset dan uang tunai Keluaga al-Assad diperkirakan mencapai 12 miliar dolar AS, atau Rp 192 triliun.
- Asset Keluarga Makhlouf, bendahara Keluarga al-Assad, tak diketahui.
JERNIH — Banyak orang membuat prediksi masa depan Suriah pasca Bashar al-Assad. Sedikit orang fokus melacak kekayaah Keluarga al-Assad yang disembunyikan di luar negeri.
The Wall Street Journal melaporkan kekayaan itu berupa uang tunai dalam jumlah sangat besar, properti mewah, dan investasi di banyak negara.
Andre Tabler, mantan pejabat Gedung Putih yang mengidentifikasi asset anggota Keluarga al-Assad, mengatakan perburuan asset rezim telah dimulai secara internasional. Ini berkaitan dengan sanksi AS terhadap Suriah selama sekian tahun.
“Sebelum revolusi, mereka punya banyak waktu untuk mencuci uang,” kata Tebler. “Mereka punya Rencana B, untuk melengkapi hidup di pengasingan.”
Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember, saat serdadu opoisi memasuki Damaskus dan mengakhiri kekuasaannya. Asma, istri Bashar al-Assad, dan tiga anak — plus sejumlah orang kepercayaannya — lebih dulu tiba di Moskwa.
Jumlah pasti kekayaan Bashar al-Assad dan keluarga tak diketahui. Perkiraan sementara menyebutkan, mantan orang kuat Suriah itu memiliki kekayaan antara 1 miliar dolar sampai 12 miliar dolar AS, atau Rp 16 triliun sampai Rp 192 triliun.
Yang juga tidak diketahui adalah siapa anggota Keluarga al-Assad yang mengelola dan mengendalikan kekayaan itu. Laporan Deartemen Luar Negeri AS tahun 2022 menyebutkan uang itu berasal dari monopoli negara dan perdagangan naroba, terutama amfetamin captagon.
Sebagian uang diinvestasikan kembali di wilayah hukum di luar jangkauan internasional. Hanya sedikit yang diinvestasikan, atau digunakan untuk membangun fasilitas publik.
Akibatnya, menurut laporan Bank Dunia tahun 2022, selain Keluarga al-Assad dan jenderal-jenderalnya, 70 persen penduduk Suriah hidup dalam kemiskinan.
The Wall Street Journal menulis kebanyakan tokoh berkuasa reziam al-Assad berpikiran bisnis. Asma, istri Bashar al-Assad, memanfaatkan pengalaman sebagai mantan bankir di JP Morgan untuk mengelola sebagian keuangan keluarga.
“Keluarga Bashar al-Assad tidak hanya hali dalam kekerasan kriminal tapi juga piawai melakukan kejahatan keuangan,” kata Toby Cadman, pengacara hak asasi manusia yang berbasis di London dan terlibat dengan Guernica 37 International Justice Chambers yang menyelidiki asset al-Assad.
Menemukan Kekayaan Keluarga al-Assad
Namun, menemukan dan membekukan asset Keluarga al-Assad bukan sesuatu yang mudah. Ketika AS melancarkan kampanye sanksi yang panjang terhadap Suriah, membuat pemodal berpikir keras menyembunyikan kekayaan di luar negara-negara Barat.
Hanya sedikit cerita tentang sukses menemukan dan membekukan asset kekayaan al-Assad. Tahun 2019, misalnya, Pengadilan Prancis membekukan propeti senilai 90 juta euro — setara dengan 95 juta euro (Rp 1,6 triliun) saat ini. Asset itu atas nama Rifaat al-Assad, paman Bashar al-Assad, yang mengawasi tindakan keras dan brutal terhadap kelompok oposisi tahun 1982.
Pengadilan Prancis mengatakan asset itu diperoleh melalui pencucian uang, yang terorganisasi dari dana publik yang digelapkan.
William Bourdon, pengacara hak asasi manusia yang mengajukan kasus tersebut, mengatakan uang di surga panjak akan jauh lebih sulit untuk dipulihkan. Penyidik perlu meminta perintah pengadilan untuk membekukan aset dan menegakan pemulihannya. Yang juga sulit adalah setelah asset dipulihkan siapa yang menerima dana itu.
Keluarga Makhlouf
Klan al-Assad mulai mengumpulkan kekayaan sejak tahun pertama Hafez al-Assad berkuasa di Suriah lewat kudeta tak berdarah.
Hafez menugaskan Mohammad Makhlouf, saudara iparnya yang saat itu hanya karyawan maskapai penerbangan kecil, memegang tanggung jawab monopoli impor tembakau.
“Keuntungan dari impor tembakau sangat besar dan mengisi kas Keluarga Hafez al-Assad,” kata Abdel Nour, rekan kuliah Bashar al-Assad.
Mohammad Makhlouf menikmati komisi besar dari sektor konstruksi yang berkembang pesat. Ia menjadi kaya raya dan dipercaya sebagai penasehat Bashar al-Assad tanpa dibayar.
Tahun 2000, setelah Hafez al-Assad meninggal dan Bashar al-Assad menggantikannya, Mohammad Makhlouf mewariskan kekayaannya kepada putranya; Rami Makhlouf.
Bashar al-Assad menuntut Keluarga Makhlouf menghasilkan uang atas nama presiden dan membiayai rezim, dan keluarga para jenderal. “Jadi, Keluarga Makhlouf adalah bendahara Keluarga al-Assad dan kroninya,” kata Bourdon.
Rami Makhlouf piawai memainkan duit. Ia menjadi pemodal utama rezim dengan asset di perbankan, media, toko bebas bea, maskapai penerbangan, dan telekomunikasi, dengan nilai investasi mendapai 10 miliar dolar AS (Rp 160 triliun), menurut Departemen Luar Negeri AS.
Pemerintah AS menjatuhkan sanksi kepada Rami Makhlouf tahun 2008, karena mengambil keuntungan dari dan membantu korupsi publik yang dilakukan pejabat rezim al-Assad.
Penyelidikan kelompok antikorupsi Global Witness tahun 2019 menemukan anggota Keluarga Makhlouf memiliki properti senilai 40 juta dolar AS (Rp 640 miliar) di gedung pencakar langit mewah di Moskwa.
Tahun 2020, hubungan ekonomi di jantung rezim Suriah retak. Bashar al-Assad secara terbuka menyingkirkan Rami Makhlouf. Penyebab keretakan itu tak diketahui. Yang pasti, Bashar al-Assad mengambil kendali atas tuas-tuas ekonomi Suriah yang gagal. Rami Makhlouf ditempatkan di tahanan rumah, dan kepentingan bisnisnya di bawah pengawan negara.
Bourdon mengatakan; “Kami punya kewajiban mendapatkan uang-uang Keluarga al-Assad, Keluarga Makhlouf, dan kroni mereka, untuk rakyat Suriah.” Benarkah seperti itu? Kita tidak tahu.