SpiritusVeritas

Peringatan Spiritual Menag Nasaruddin: Korupsi dan Dosa Agama Bisa Jadi Pemicu Bencana Alam

Tragedi bencana, khususnya banjir bandang di Sumatera, harus menjadi pengingat spiritual bagi seluruh masyarakat. Musibah ini adalah teguran agar manusia segera “mengerem hawa nafsu” untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya.

JERNIH – Di tengah duka mendalam akibat banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan pandangan spiritual yang menohok. Menag Nasaruddin secara tegas menghubungkan praktik korupsi dan pelanggaran nilai-nilai agama dengan potensi munculnya bencana alam.

Pesan keras ini disampaikan Nasaruddin dalam peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) di Kompleks Kepatihan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (9/12/2025).

“Jangan sampai nanti itu menjadi faktor munculnya gempa bumi karena banyaknya pelanggaran-pelanggaran agama yang kita lakukan,” kata Nasaruddin saat peluncuran e-book ‘Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi dari Perspektif 6 Agama’, hasil kerja sama dengan KPK.

Menag Nasaruddin menuturkan bahwa tragedi bencana, khususnya banjir bandang di Sumatera, harus menjadi pengingat spiritual bagi seluruh masyarakat. Menurutnya, musibah ini adalah teguran agar manusia segera “mengerem hawa nafsu” untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya.

“Semoga kejadian-kejadian demi kejadian di Indonesia ini mengerem nafsu-nafsu liar kita untuk mengambil yang bukan hak kita. Semoga Allah memberkati kita semuanya,” ujarnya penuh penekanan.

Ia menambahkan belasungkawa mendalam bagi ribuan korban di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang menyebabkan kerusakan parah dan jutaan pengungsi. “Semoga peristiwa ini menyadarkan kita, betapa korupsi ini perlu dihilangkan,” tuturnya.

Dalam pandangan Islam, Nasaruddin menjelaskan bahwa para korban bencana alam dikategorikan sebagai mati syahid. Kategori ini sejajar dengan mereka yang gugur di medan perang, meninggal karena wabah, penyakit menahun, atau saat melahirkan.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap korupsi. Pemberantasan korupsi akan lebih mudah jika didukung oleh budaya yang menanamkan nilai-nilai bahwa korupsi adalah perbuatan kotor, perbuatan jahat dan musuh kemanusiaan.

“Nilai-nilai hidup dalam masyarakat kita [harus] menganggap bahwa korupsi itu adalah kotor, korupsi itu adalah jahat, dan musuh kemanusiaan,” jelasnya seraya menyerukan agar pemahaman spiritual ini menjadi modal utama dalam perang melawan korupsi.

Back to top button