RS Indonesia di Gaza, Warisan Tak Ternilai dr Joserizal Bagi Palestina
Jakarta – Indonesia tak pernah diam melihat perjuangan kemerdekaan warga Palestina. Dari mulai peran diplomasi di berbagai tingkatan hingga sidang yang digelar di Perserikatan Bangsa-bansa (PBB). Beragam bantuan kemanusiaan juga terus mengalir ke negara itu.
Salah satu bentuk bantuan riil bagi perjuangan warga palestina adalah Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. Pembangunan rumah sakit ini semula seperti sebuah mimpi mengingat jalan terjal yang berliku untuk mewujudkannya. Apalagi membangun rumah sakit di sebuah wilayah yang tidak pernah berhenti didera konflik. Sebuah mission impossible, ketika itu.
Rumah sakit ini diberi nama Indonesia karena memang berkat peran banyak pihak di Tanah Air, rumah sakit ini bisa berdiri sebagai tempat berobat warga Palestina. RSI ini dananya 100 persen berasal dari sumbangan rakyat Indonesia yang dihimpun lembaga medis kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) tanpa bantuan dan campur tangan pihak asing. Bahkan masalah pembangunannya pun dikerjakan oleh para relawan yang berasal dari Indonesia.
Dana untuk pembangunannya dikumpulkan dari koin-koin receh yang diterima dari jalanan, dari para abang becak, supir hingga pria berdasi dan majelis taklim ibu-ibu. Dari recehan, lembaran uang sepuluh ribu lusuh hingga ratusan juta yang mengalir untuk menegakkan bangunan megah rumah sakit satu-satunya di Jalur Gaza itu. Pembangunan RSI ini menghabiskan dana Rp126 miliar
Rumah sakit yang terletak 2,5 kilometer dari perbatasan Israel itu berdiri di atas tanah wakaf seluas 1,6 hektar. Bangunannya terdiri dari 2 lantai dan 1 lantai basement dengan kapasitas 100 tempat tidur, 4 kamar operasi, 10 bed ICU, Ruang Radiologi, Laboratorium, Bank Darah, IGD dengan dilengkapi peralatan medis terbaik saat ini.
RS Indonesia telah beroperasi sejak Desember 2015, dan secara simbolis diserahterimakan dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina, pada 9 Januari 2016. Saat ini masih dibutuhkan departemen dan layanan medis baru untuk melengkapi pelayanan di RS Indonesia seperti bedah vaskuler, unit jantung, bedah syaraf, cuci ginjal, dan sebagainya. Untuk itu kami membangun dua lantai tambahan, menambah kapasitas ruang perawatan menjadi 200 tempat tidur, serta menambah peralatan medis yang dibutuhkan.
Rumah Sakit Indonesia sempat mengalami kerusakan akibat serangan udara Israel ke jalur Gaza pada 28 Oktober 2018. Tidak ada korban dalam serangan udara Israel ini, namun kerusakan materi sangat besar melihat jumlah roket yang diluncurkan mencapai 100 roket lebih.
Rumah sakit ini sangat megah berdiri. Bahkan rumah sakit ini sudah memecahkan dua rekor di sana sebagai pengecoran terbesar. Prestasi dari rumah sakit Indonesia di Gaza ini ternyata tidak hanya sampai di situ. Buktinya beberapa waktu yang lalu bangunan hasil sumbangan Indonesia itu mendapatkan sebuah penghargaan baru. RSI dinobatkan sebagai tempat berobat yang paling bersih dan higenis di sana.
Meskipun banyak rumah sakit yang ada di areal Gaza, RSI jadi tempat berobat utama di kawasan Utara. Pasalnya selain didukung dengan bangunan yang sangat besar juga peralatan yang ada di sana juga lengkap tersedia. Meskipun kadang kiriman dari Indonesia sering telat karena mengalami berbagai hambatan.
Beberapa dokter dari Amerika dan beberapa negara lainnya yang berkunjung ke sana pun mengaku takjub dengan rumah sakit buatan Indonesia. Alhasil kini beberapa negara lainnya juga mengikuti langkah rakyat Indonesia berbondong-bondong membangun rumah sakitnya pula untuk membantu warga Palestina.
Keberhasilan membangun rumah sakit ini tak terlepas dari peran dr Joserizal Jurnalis Sp.Ot, pendiri sekaligus Dewan Pembina Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Sosok dokter berusia 56 tahun itu tutup usia di RS Harapan Kita, Jakarta pada Senin 20 Januari 2020, pukul 00.38.
“Kita diberikan kelapangan hidup ada suatu rahmat bagi kita, itu tidak pantas kalau nikmati sendiri. Banyak orang yang menderita di luar sana. Bukan hanya negara kita, tetapi di luar negara kita,” ungkap Joserizal, dalam sebuah wawancara televisi.
Saat ini tidak ada lagi ruang yang cukup bagi pasien. MER-C pun bermaksud untuk menambah lantai bangunan rumah sakit hingga dua lantai lagi. Diharapkan pula nantinya bila dana terkumpul dan perluasan rumah sakit terwujud, akan ada 300 kamar yang bisa menampung pasien.
Rumah sakit ini menjadi sebuah warisan berharga dari dr Joserizal bagi seluruh rakyat Palestina. Sehingga diharapkan rakyat Palestina bisa terjaga kesehatannya dan menyokong kemerdekaan dari Israel. [dari berbagai sumber]