Veritas

Setelah Episode Ning Imaz, Masihkah Eko Kunthadi ‘The Untouchable’?

Apakah Eko, dengan sekian rekam jejaknya yang tampak di atas angin dan seolah kebal hukum, akan tetap tak tersentuh juga setelah kasusnya dengan Pondok Lirboyo ini?

JERNIH–Berbulan ke depan hingga Ning Imaz Fatimatuz Zahra melahirkan, hati Gus Rifkil dan istrinya itu mungkin senantiasa berdebar kuatir. Siapa mau anak mereka memiliki postur kecil, paras, atau malah perangai laiknya Eko Kunthadi? Bukan apa-apa, adat lama mempercayai bahwa jabang bayi yang lahir akan menyerupai orang yang dibenci ibunya semasa mengandung.

Sementara, paling tidak dalam pandangan publik, Eko bukanlah figur laiknya aktor Hollywood Tom Cruise atau Brad Pitt, yang pesonanya diharapkan para ibu turun kepada bayi-bayi mereka. Dari pembawaan, Eko juga jauh dari kesantunan Ustadz Quraisy Shihab, sementara tak ada pula catatan ia sedermawan seleb Baim Wong. Sementara dalam konteks ini, Eko sangat mungkin menjadi figur yang tak disukai—kalau pun bukan yang paling dibenci–kedua bakal orang tua si bayi yang kelak lahir itu.

Jika mulut pedas Eko Kunthadi adalah harimau, mulut itu kini memang seolah tengah mengerkah kepala dirinya sendiri. Persoalan yang menimpa Eko sejatinya bisa dibilang hasil karyanya sendiri. Bermula dari cuitan Eko di Twitter pribadinya, mengunggah potongan video ceramah Ning Imaz, ustazah muda sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, salah satu pondok pesantren terkemuka di Jawa Timur. Kepada video ceramah yang diproduksi NU Online–media resmi PBNU–yang menjelaskan tafsir Surat Ali Imran ayat 14, berjudul “Lelaki di Surga Dapat Bidadari, Wanita Dapat Apa?” tersebut, dengan ‘kreatif’ Eko ikut cawe-cawe. Ia menambahkan ungkapan bernada kasar, dari menyebut ‘kadal’ hingga ‘selangkangan’ seiring mengunggah potongan video tersebut. “Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan”. Masih berhubungan dengan urusan itu, Eko juga mencuit,”Ternyata pikiran gue bener. Lelaki dapat bidadari. Perempuan dapatnya Tupperware.” Saat itu tentu saja dengan gagah berani.

Eko lupa, dia jauh dari karakter Abu Dzar Al-Ghifari yang berani mempertanggungjawabkan lisan dan ucapannya dengan nyawanya sendiri. Kepalanya juga tak sampai terpikir bahwa Ning Imaz punya suami, pendamping yang tak hanya pasti mencintai, tapi juga akan mempertanggungjawabkan sang istri dunia dan akhirat nanti. Sikap Eko, bagi laki-laki sejati jelas menghina seorang suami.

Wajar kelakuan Eko itu membuat suami ustazah Imaz, Gus Rifkil Muslim Suyuthi, berang. Apalagi saat menyadari istrinya itu direndahkan orang saat sedang mengandung anak pertama mereka. “Bayangkan, Anda sebagai laki-laki, mempunyai istri yang sedang hamil anak pertama, kemudian mendapati istri Anda dicaci maki, apalagi dengan kata-kata yang tidak layak,” kata Rifkil kepada Inilah.com.

Kepada Inilah.com Rifkil mengaku, untuk bisa mengendapkan masakah itu,  berkali-kali ia harus disabarkan sang istri.  “Waktu itu saya bilang oke, saya belum lihat HP. Saya ke kamar mandi,” kata Rifkil. Setelah dari kamar mandi itu, emosinya kembali mendidih manakala telepon selularnya kembali ia buka. “Saya lihat, saya cermati lagi. Saya bilang ke istri saya, “Kalau kayak gini aku nggak bisa sabar!”

Hanya karena keduanya sama-sama orang muda yang paham agama dan dibesarkan etika, suami-istri itu akhirnya bisa tenang. Apalagi saat istrinya menjelaskan bahwa Eko memang sosok yang kerap memancing masalah, terutama kepada ulama. Belakangan, saat Eko Kunthadi datang dan meminta maaf melalui mediasi Guntur Romli, keduanya mengaku memaafkan.  Melupakannya? Belum tentu juga.

Ning Imaz sendiri mengaku telah memaafkan Eko Kuntadhi. Hal itu menurutnya dilakukan karena mematuhi keluarga dan ajaran agama. “Cuma karena saya diajari, kalau ada orang minta maaf, kita maafkan,”ujar Ning Imaz.

Yang membuatnya agak berat, Ning Imaz merasa penghinaan Eko sebenarnya bukan dilakukan kepada dirinya pribadi. “Saya tidak punya ketersinggungan secara personal. Jujur saja, tidak ada yang mengganjal, (atau) sakit hati dikata-katai. Tidak ada ke diri saya (secara) personal,”kata dia.

Ning Imaz mengaku, niat awal dirinya bicara di video pun bukan untuk aktualisasi diri. “Murni ingin bermanfaat, karena kita tahu apa yang disampaikan Rasululllah, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”,”kata Ning Imaz kepada Inilah.com. Itu yang membuat Ning Imaz melihat unggahan kebencian Eko Kuntadhi itu merendahkan martabat seorang perempuan.

“Saya perempuan. Jika kita diam saja, tidak bergerak dan membela diri, ya akhirnya kita menormalisasi perempuan dikata-katain demikian,”kata dia. Menurut Ning Imaz, tidak layak perempuan layak diperlakukan seperti apa yang Eko lakukan.

Dengan hanya melakukan sedikit googling, terekam jelas, kisruh dengan Ning Imaz bukan merupakan pengalaman pertama Eko Kunthadi berperkara. Dunia digital mencatat, pegiat medsos yang sering dianggap sebagai buzzer peliharaan Istana itu terlibat perseteruan yang kadang mengarah kepada proses hukum.

Eko terekam pernah mengolok-olok Ustad Abdul Shomad (UAS) saat yang bersangkutan ditolak masuk Singapura, Mei 2022 lalu. Saat itu, juga lewat Twitter, Eko Kunthadi menyarankan agar UAS jalan-jalan saja ke Dunia Fantasi atau Kebun Binatang Ragunan. “Kalau ditolak liburan ke Singapura. Kan bisa ke Dufan. Naik ontang-anting atau kora-mora. Foto sama badut disana.  Atau ke Ragunan juga bisa. Foto sama gajah. Jangan lupa bawa kacang. Buat ngasih makan monyet. Seru lho.” tulis Eko, Rabu, 18 Mei 2022.

Sebelumnya, pada 2021, Eko juga menuding Ustaz Adhi Hidayat (UAH)  mengggelapkan dana donasi untuk warga Palestina. Saat itu UAH menyebut lembaganya berhasil mengumpulkan donasi kurang lebih Rp30 miliar untuk rakyat Palestina dalam waktu enam hari. UAH pun menyatakan uang tersebut telah disalurkan kepada rakyat Palestina.

Tiba-tiba Eko berkicau, menyebut UAH telah mengumpulkan donasi sebesar Rp60 miliar, namun yang disalurkan hanya Rp14 miliar. “Alhamdulillah. Terkumpul Rp60 M. Diserahkan Rp14 M,” cuit Eko, Selasa, 25 Mei 2021.

Cuitan itu kontan membuat UAH yang berpembawaan kalem itu naik pitam. Merasa telah difitnah Eko, dalam video di kanal YouTube-nya, UAH menegaskan bisa saja pihaknya menempuh jalur hukum. “Kami tidak mengambil sedikit pun. Ini murni untuk diberikan dan mudah-mudahan Allah berikan kelancaran kepada kita semua. Tapi kami juga ingatkan, hati-hati bagi yang sengaja mencari keributan, ingin memecah belah, bahkan menghadirkan unsur-unsur fitnah. Awas hati-hati ya! Kami pun akan melakukan tindakan tegas dengan menempuh langkah hukum,” kata UAH.

Dengan Roy Suryo pun Eko Kunthadi terlibat perkara. Hanya sebulan setelah berperkara dengan UAH, pada Juni 2021 , mantan Menpora Roy Suryo melaporkan Eko ke Polda Metro Jaya atas dugaan pencemaran nama baik dan fitnah. Roy Suryo menilai, Eko telah mencemarkan nama baiknya dalam sebuah video berjudul “Dewa Panci Roy Suryo Berulah Lagi, yang diunggah di channel YouTube 2045 TV.

Tapi, sekian laporan hukum itu tampaknya bagai air di daun  keladi. Paling tidak, hingga saat ini publik tak melihat ada kemajuan yang bisa mereka lihat dan amati. Wajar bila Eko pun–entah karena rumor  buzzer Istana itu—seolah tak tersentuh tangan hukum. Ia laiknya bandit besar dalam sejarah gangster AS, Al Capone, ‘The Untouchable’.

Bukan tak ada suara miring tentang dirinya dan mereka yang disatubarisankan oleh public. Misalnya dari aktivis dunia maya cum oposan, dokter Tifauzia Tyassuma atau dr Tifa. Ia mengaku bingung dengan motivasi para buzzer tersebut. “Kadang suka mikir, buzzer-buzzer seperti Denny Siregar, Abu Janda, Eko Kuntadi, yang hari-hari tak henti adu domba rakyat. Mereka dapat apa sih? Kaya juga tidak.” Ia menambahkan,”12 tahun tidak ada perubahannya. Tetep kucel. Dosa numpuk, sementara tuan mereka makin kaya raya. Sadar nggak sih mereka itu?”

Bekas mentor Eko, mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR)—partai yang jadi saluran Eko pernah mencalonkan diri jadi anggota DPR—Bursah Zarnubi, juga tak kalah pusing. Bursah mengaku hanya bisa prihatin.

“Mungkin dia lagi kurang kerjaan. Kita doakan saja dia kembali ke jalan yang lurus,”ujar Bursah saat dihubungi Inilah.com.

Akankah tetap tak tersentuh?

Pertanyaan menarik, apakah Eko, dengan sekian rekam jejaknya yang tampak di atas angin dan seolah kebal hukum, akan tetap tak tersentuh juga setelah kasusnya dengan Pondok Lirboyo ini?

Bursah mengatakan, hal itu tergantung apakah ada masyarakat yang membuat laporan kepada polisi atau tidak. Apalagi kedua pihak sudah saling memaafkan. “Kalau ada yang lapor polisi karena merasa agamanya dilecehkan, saya kira Polri wajib menindaklanjuti,”ujar Bursah.

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Kyai Khalilurrahman menilai Eko sudah bisa dijerat pasal penghinaan agama.

“Penghinaan terhadap Ning Imaz jika hanya menyerang pribadi Ning Imaz merupakan suatu penghinaan pada seseorang. Namun, jika Eko Kuntadhi berniat menghina Alquran, maka bisa masuk pada penistaan kitab suci Alquran,” kata Khalilurrahman kepada Inilah.com. Ia sendiri menilai penghinaan terhadap Ning Imaz itu jauh dari bijaksana. “Melabeli seseorang dengan kata-kata tolol, bodoh, dan lain sebagainya, menunjukkan buruknya kepribadian seseorang,”ujar dia.

Senada dengan NU, ormas Islam terbesar lainnya, Muhammadiyah, menyatakan justru pemerintah perlu bertindak tegas dan proaktif. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, menilai hinaan yang dilontarkan Eko itu harus ditindak tegas.Sunanto yang biasa dipanggil Cak Nanto menekankan, ungkapan-ungkapan tak bermoral yang disampaikan Eko cenderung sudah di luar batas. Untuk itu, perlu ada tindakan tegas dari pemerintah untuk meminimalisasi kejadian seperti ini. Bila tidak, kampanye pemerintah memberantas hoaks dan ujaran kebencian bisa dianggap publik tong kosong tanpa arti. Lebih-lebih, menurut dia, hinaan yang bersinggungan dengan agama yang dilakukan Eko itu bukan terjadi sekali atau dua kali.

“Harus ada penegasan bahwa hukum itu tidak pandang bulu,” kata dia.

Setelah maaf-memaafkan di Lirboyo, apakah cara itu manjur membuat Eko kembali menjadi ‘Yang Tak Tersentuh’? [Inilah.com]

Back to top button