Singkirkan Macron! Erdogan Permalukan Presiden Prancis
JERNIH – Presiden Turki Tayyip Erdogan telah melakukan serangan pribadi yang menohok kepada Presiden Prancis dengan mendesak rakyat Prancis menggulingkan pemimpin mereka.
Erdogan telah melancarkan serangan pribadi yang menakjubkan terhadap Presiden Prancis setelah hubungan kedua negara terus memburuk. Pria berusia 66 tahun itu menggambarkan Macron sebagai ‘beban’ bagi negaranya dan mengklaim Prancis ‘sedang melalui periode yang sangat berbahaya’. Komentar tegasnya muncul di tengah perselisihan selama berbulan-bulan antara kedua negara mengenai Suriah dan konflik di wilayah Nagorno-Karabkah dekat Rusia.
Berbicara di Istanbul sore ini, seperti dikutip Express.co.uk, Jumat (4/12/2020), Erdogan berkata: “Macron adalah beban bagi Prancis. Macron dan Prancis sebenarnya sedang mengalami periode yang sangat berbahaya. Harapan saya adalah Prancis menyingkirkan masalah Macron secepat mungkin.”
Presiden Macron, 42, berada di bawah tekanan yang meningkat di dalam negeri atas penanganannya terhadap infeksi virus corona gelombang kedua. Dalam beberapa pekan terakhir, protes luas telah digelar di seluruh negeri terhadap pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah sehingga Macron menghadapi persaingan yang sulit untuk memenangkan masa jabatan kedua.
Dengan waktu kurang dari 18 bulan hingga pemilihan presiden berikutnya, jajak pendapat terbaru telah menyempit dengan meningkatnya dukungan untuk saingan utamanya, Pemimpin Reli Nasional sayap kanan, Marine Le Pen.
Hubungan internasional dengan Turki telah tegang karena kedua belah pihak mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik brutal antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah sengketa di Eropa Timur.
Daerah kantong Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diperintah oleh etnis Armenia. Lebih dari 1.000 orang tewas sejak pertempuran meletus pada akhir September.
Ankara memiliki pakta militer utama dengan sekutu dekatnya Azerbaijan, sementara Paris telah berpihak pada Armenia dan menyerukan agar wilayah yang tidak memiliki daratan itu diakui sebagai Republik.
Presiden Erdogan kemudian menambahkan Prancis untuk tidak ikut serta dan menyatakan statusnya sebagai mediator di kawasan itu “tidak ada lagi”.
Pemimpin Turki itu juga tampak mengejek Presiden Macron dan menggemakan pernyataan yang dibuat oleh Ilham Aliyev, Presiden Azerbaijan, yang bersikeras jika Prancis sangat khawatir mereka harus memberikan kunci kota Marseille kepada orang-orang Armenia.
Presiden Erdogan berkata: “Ilham Aliyev memiliki beberapa nasihat untuk Prancis. Apa yang dia katakan? Jika mereka begitu mencintai orang Armenia, maka mereka harus memberikan Marseilles kepada orang Armenia.”
“Saya membuat rekomendasi yang sama. Jika mereka sangat mencintai mereka, mereka harus memberikan Marseilles kepada orang-orang Armenia.” [*]