Supermarket Kuwait Tarik Produk India Karena Penghinaan Kepada Nabi Muhammad
Universitas Al-Azhar, salah satu institusi Islam yang paling penting, mengatakan bahwa penghinaan pejabat India terhadap Islam dan Nabi Muhammad itu adalah “terorisme yang sebenarnya” dan “dapat menjerumuskan seluruh dunia ke dalam krisis dan perang yang mematikan”. Dewan Kerja sama Teluk, sebuah kelompok payung untuk enam negara Teluk, “mengutuk, membantah dan mencela” penghinaan itu.
JERNIH–Sebuah supermarket Kuwait menarik produk-produk India dari rak-raknya, sementara Iran menjadi negara Timur Tengah lain yang memanggil duta besar India, seiring pernyataan pejabat partai yang berkuasa yang terindikasi kuat menghina Islam dan Nabi Muhammad.
Para pekerja di toko Al-Ardiya Co-Operative Society, menumpuk teh produk India lainnya ke dalam troli, untuk dimasukkan ke Gudang, sebagai protes terhadap komentar pejabat partai penguasa India, Nupur Sharma, yang berindikasi kuat sebagai sikap “Islamofobia”.
Arab Saudi, Qatar dan negara-negara lain di kawasan itu, serta Universitas Al-Azhar yang berpengaruh di Kairo, telah mengutuk pernyataan juru bicara partai Perdana Menteri India Narendra Modi itu, meski kini telah diskors.
Di jaringan supermarket tersebut, karung beras dan rak rempah-rempah dan cabai ditutupi dengan lembaran plastik. Tercetak dalam bahasa Arab, yang berbunyi: “Kami telah menghapus produk India”.
“Kami, sebagai Muslim Kuwait, tidak menerima penghinaan terhadap Nabi,” kata Nasser Al-Mutairi, CEO toko tersebut. Seorang pejabat di jaringan tersebut mengatakan boikot di seluruh jaringan perusahaan tersebut sedang dipertimbangkan.
Komentar Nupur Sharma, juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP), yang menyatakan bahwa Nabi telah menikahi seorang anak enam tahun, dan melakukan hubungan seksual dengan istrinya itu saat berusia sembilan tahun, selain beberapa penghinaan lain kepada Islam, segera menyulut ketegangan tidak hanya di India. Pernyataan Sharma yang dilontarkannya pekan lalu bahkan menjadi sebab atas bentrokan di negara-negara bagian India, dan mendorong tuntutan untuk penangkapannya.
Partai Modi, yang sering menindas dan meminggirkan kepentingan minoritas Muslim di negara itu, pada Ahad lalu men-skors Sharma karena mengungkapkan “pandangan yang bertentangan dengan posisi partai”. Partai juga mengatakan “menghormati semua agama”.
Kemarahan bahkan segera menyebar ke luar negeri ke negara-negara Muslim. Pada Ahad lalu, Qatar menuntut agar India meminta maaf atas komentar “Islamofobia”, ketika Wakil Presiden India Venkaiah Naidu mengunjungi negara Teluk yang kaya gas itu dalam upaya untuk meningkatkan perdagangan.
Iran mengikuti Qatar dan Kuwait dengan memanggil duta besar India untuk memprotes atas nama “pemerintah dan rakyat”, sebagaimana dilaporkan kantor berita negara itu, IRNA.
Universitas Al-Azhar, salah satu institusi Islam yang paling penting, mengatakan komentar itu adalah “terorisme yang sebenarnya” dan “dapat menjerumuskan seluruh dunia ke dalam krisis dan perang yang mematikan”.
Liga Muslim Dunia yang berbasis di Saudi mengatakan pernyataan itu dapat “menghasut kebencian”, sementara Kepresidenan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Arab Saudi menyebutnya sebagai “tindakan keji”.
Perselisihan tersebut menyusul kemarahan di seluruh dunia Muslim pada tahun 2020 setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, membela hak majalah satir untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad, Charlie Hebdo.
Sementara seorang guru bahasa Prancis, Samuel Paty, mati tanpa kepala, setelah dipenggal pada Oktober 2020 oleh seorang pengungsi Chechnya. Paty menunjukkan kartun itu ke kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara. Gambar Nabi Muhammad sangat dilarang dalam Islam.
Dalam kritik lebih lanjut terhadap pejabat India, Dewan Kerja sama Teluk, sebuah kelompok payung untuk enam negara Teluk, “mengutuk, menolak dan mencela” penghinaan itu. Bahrain menyatakan menyambut baik keputusan BJP untuk menangguhkan Sharma atas “provokasi terhadap perasaan Muslim dan hasutan untuk kebencian agama”.
Negara-negara Teluk adalah tujuan utama bagi pekerja luar negeri India, yang terhitung 8,7 juta dari total 13,5 juta di seluruh dunia, sebagaimana ditunjukkan Kementerian Luar Negeri India. Negara Teluk juga merupakan importir besar produk dari India dan tempat lain, dengan Kuwait mengimpor 95 persen makanan dari India. [South China Morning Post]