Veritas

Uni Eropa Segera Stop Produksi Kendaraan Ber-BBM

Beberapa eksekutif memperingatkan transisi yang terlalu cepat akan menaikkan harga dan menguntungkan pesaing mereka dari Cina yang memiliki kemajuan dalam teknologi baterai listrik.

Industri otomotif negara-negara Uni Eropa bersiap menghadapi masa transisi dari mobil berbahan bakar fosil ke listrik. Tantangan besar dari Cina yang dinilai lebih maju dalam teknologi ini.

Masa operasional mobil bermesin bahan bakar minyak bumi di Eropa sepertinya tinggal menghitung hari. Para produsen mobil di benua ini tengah mempertimbangkan untuk tidak lagi memproduksi kendaraan yang berbahan dasar fosil tersebut.

Pada Rabu (14/7) pekan depan, Komisi Eropa akan mengungkap rencananya untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan baru menjadi nol dalam dekade berikutnya untuk memerangi perubahan iklim.

Peraturan baru yang akan dibuat itu diperkirakan akan lebih memicu tren pembelian mobil bertenaga baterai, karena peraturan tersebut tidak hanya akan membawa kerugian bagi motor berbahan bakar bensin dan diesel klasik, tetapi juga secara efektif memicu produksi model hibrida.

Seorang sumber di Brussel mengatakan, Komisi UE berencana untuk mengakhiri registrasi bagi kendaraan barbahan bakar fosil mulai tahun 2035. Uni Eropa memang tengah berencana menjadi netral karbon pada tahun 2050, tetapi mobil berbahan bakar bensin dan diesel tetap menjadi moda transportasi utama di benua itu dengan merek-merek yang punya penggemar secara global.

Eropa menerapkan batas emisi kurang dari 95 gram CO2 per kilometer, dan akan dikurangi lagi sebesar 37,5 persen pada tahun 2030, namun angka pastinya masih dalam pembahasan.

Brussel saat ini diperkirakan akan mengupayakan pengurangan 60 persen pada tahun 2030 dan pengurangan 100 persen pada lima tahun setelahnya, yakni di tahun 2035.

Kemunduran ekonomi akibat pandemi virus corona telah merusak pasar otomotif di Eropa secara keseluruhan, tetapi mobil listrik merupakan pengecualian dengan pertumbuhannya yang semakin cepat.

Dalam lima bulan pertama tahun 2021, tercatat sekitar delapan persen pendaftaran baru untuk mobil di Eropa barat adalah untuk mobil bertenaga baterai yang setara dengan 356.000 kendaraan baru. Jumlah ini, kata analis Matthias Schmidt, mewakili lebih dari keseluruhan tahun 2019.

Transisi besar

Perubahan dari mesin berbahan bakar fosil ke bahan bakar energi terbarukan ini akan menjadi transisi teknologi terbesar bagi produk unggulan benua itu. Sekitar 14,6 juta orang di Eropa bekerja untuk sektor ini.

Sejauh ini lobi dari industri otomotif tengah mengikuti perubahan tersebut, tetapi pihaknya menginginkan bantuan dari Eropa, khususnya dalam hal pengembangan jaringan titik pengisian ulang untuk mobil baterai. “Dalam kondisi yang tepat, kami terbuka untuk target pengurangan CO2 yang lebih tinggi lagi pada 2030,” kata Oliver Zipse, presiden asosiasi pembuat mobil ACEA dan kepala eksekutif BMW.

Namun sikap industri pembuat mobil masih terpecah mengenai masalah ini. Beberapa eksekutif memperingatkan transisi yang terlalu cepat akan menaikkan harga dan menguntungkan pesaing mereka dari Cina yang memiliki kemajuan dalam teknologi baterai listrik.

Tetapi produsen raksasa asal Eropa, Volkswagen, yang merupakan salah satu dari empat produsen mobil terbesar di benua itu, telah mengikuti langkah-langkah produsen mobil dari Amerika Serikat, yaitu Tesla dalam mendukung masa depan yang serba listrik. Dan pada tahun 2015, perusahaan yang berada di jantung skandal atas uji emisi palsu pada motor diesel ini ingin mengembalikan citranya di mata publik dan regulator.

“Ada konflik besar yang terjadi di tingkat ACEA,” analis pasar Schmidt menjelaskan. “Volkswagen terpaksa masuk lebih awal ke kendaraan listrik karena (skandal) Dieselgate, untuk meningkatkan citra mereka. Mereka telah melakukan investasi besar dan sekarang mereka telah menyiapkan produk untuk memenuhi undang-undang CO2.”

“Mereka berada dalam posisi yang sempurna untuk mendapatkan pangsa pasar, dan mereka akan senang melihat orang lain menghadapi tantangan,” ujarnya.

Volkswagen sudah berencana menghentikan penjualan kendaraan dengan mesin pembakaran internal antara tahun 2033 dan 2035. “Secara umum, sebuah mobil bisa tetap berada di jalan selama 15 tahun. Jika kita ingin transportasi bebas karbon pada tahun 2050, kita membutuhkan mobil dengan pembakaran (BBM) terakhir yang akan dijual paling lambat pada tahun 2035,” kata Diane Strauss, dari lembaga nonpemerintah di bidang lingkungan, Transport and Environment.

Laporan terbaru lembaga tersebut yang diterbitkan pada bulan Juni, memberi nilai bagus kepada persiapan Volkswagen dan Volvo untuk bertransisi ke tenaga listrik. Sementara Renault dan Hyundai masih berada sedikit di belakang kedua merek itu.

Namun lembaga ini menilai bahwa BMW, Daimler (yang memiliki merek Mercedes), Stellantis (Peugeot, Citrion dan Fiat) dan Toyota dipandang kurang berambisi dan tetap terlalu terikat pada hibrida.

MEP Pascal Canfin, ketua komite lingkungan di Parlemen Eropa, mengatakan tanggal target 2035 adalah kompromi yang baik. Dia mengatakan 2030 akan terlalu cepat bagi industri dan pekerja untuk beradaptasi, sementara 2040 akan terlalu terlambat untuk tujuan iklim Eropa. [AFP]

Back to top button