Veritas

Walikota Budapest Ganti Nama Jalan di Kampus Cina Masa Depan dengan “Dalai Lama” dan “Uyghurs”

Menurut rencana walikota, satu jalan akan diganti namanya dengan “Dalai Lama”, pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan, yang dianggap sebagai separatis berbahaya oleh Cina. Yang lain akan disebut “Jalan Martir Uyghur” merujuk kelompok etnis mayoritas Muslim yang dikatakan Barat telah menjadi korban genosida Cina.

JERNIH– Walikota Budapest, Gergely Karacsony, saingan berat Perdana Menteri Viktor Orban, mengatakan dirinya akan mengganti nama jalan-jalan di sekitar kampus masa depan–sebuah universitas Cina di Budapest—dengan nama-nama korban pelanggaran hak asasi manusia oleh Beijing.

Kampus Universitas Fudan Cina di Budapest yang direncanakan, telah menjadi rebutan antara walikota liberal dan pemerintah perdana menteri populis sayap kanan. Sementara yang terakhir dituduh menyesuaikan diri dengan kepentingan Cina dengan mengorbankan pembayar pajak Hungaria.

https://www.rferl.org/0ecc1332-ff84-41d3-9e14-38d08080d5a9

Orban adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan telah mempertahankan hubungan dekat dengan Cina dan rezim otoriter lainnya, hingga memicu kemarahan Uni Eropa dengan mengekang independensi peradilan dan media.

Menurut rencana walikota, satu jalan akan diganti namanya dengan “Dalai Lama”, pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan, yang dianggap sebagai separatis berbahaya oleh Cina. Yang lain akan disebut “Jalan Martir Uyghur” merujuk kelompok etnis mayoritas Muslim yang dikatakan Barat telah menjadi korban genosida Cina. Jalan ketiga akan disebut “Jalan Bebas Hong Kong”, sedangkan jalan keempat akan dinamai menurut nama seorang uskup Katolik Cina yang dipenjara.

“Proyek Fudan ini meragukan banyak nilai-nilai Hungaria berkomitmen pada dirinya sendiri 30 tahun lalu” setelah jatuhnya komunisme, kata Karacsony, yang berencana mencalonkan diri tahun depan untuk menggulingkan Orban.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa kampus Cina itu akan membebani pembayar pajak Hungaria hampir 2 miliar dolar AS dan bertentangan dengan kesepakatan sebelumnya dengan pemerintah untuk membangun asrama dan fasilitas bagi mahasiswa Hungaria di distrik tersebut.

Universitas Fudan Cina berencana untuk membuka kampus yang menawarkan program master dalam seni liberal, kedokteran, bisnis, dan teknik untuk 6.000 mahasiswa. Beijing telah mempertajam fokusnya pada pendidikan dan budaya dalam beberapa tahun terakhir dalam fase baru keterlibatan Cina di Eropa.

Universitas Eropa Tengah, universitas swasta terkemuka di Hongaria, terpaksa meninggalkan negara itu dan memindahkan sebagian besar operasinya ke Wina pada tahun 2019 setelah pemerintah Orban mendorong undang-undang yang secara drastis mengekang kebebasannya dan dan meluncurkan kampanye kebencian publik terhadap pendirinya, dermawan miliarder AS, George Soros — penduduk asli Budapest asal Yahudi.

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada 1 Juni oleh lembaga pemikir liberal Republikon Institute menemukan 66 persen orang Hongaria menentang kampus dibandingkan dengan dukungan 27 persen yang ada.

Orban juga menghadapi kritik atas persetujuan jalur cepatnya terhadap vaksin virus corona Cina yang masih belum disetujui di UE. [Radio Free Europe Radio Liberty /rferl.org]

Back to top button