Veritas

WHO Sangsikan Indonesia Siap Hadapi Virus Corona

“Bahkan dokter itu tidak mengukur suhu tubuh, tekanan darah, atau mengambil sampel darah saya,” kata bule tersebut kepada Daily Mail. “Jadi, apa saya harus pergi saja dan mati?”

SYDNEY– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyesalkan cara Indonesia dalam penanganan yang dilakukan terhadap virus corona. Organisasi PBB itu menyatakan Indonesia tidak cukup siap untuk menangani wabah penyakit.

Menurut WHO, pihaknya telah mendesak pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengawasan, deteksi kasus, dan fasilitas kesehatan yang dimiliki.  Namun sampai saat ini Indonesia belum melaporkan satu pun kasus, hal mana menimbulkan kekhawatiran adanya kasus yang mungkin tidak terdeteksi.

Perwakilan WHO di Indonesia Dr Navaratnasamy Paranietharan mengatakan, Indonesia telah mengambil ‘langkah konkret’ untuk mempertahankan diri dari potensi insiden yang bisa terjadi. Namun demikian ia menilai masih sangat banyak yang harus diupayakan.

Dia menyebutkan Indonesia telah menyiapkan fasilitas untuk merawat pasien yang terinfeksi, mulai memeriksa dan menyaring orang-orang yang akan masuk dan keluar negeri. “Namun, metode diagnostiknya masih lemah,” kata Paranietharan. Tetapi kepada Sydney Morning Herald yang mewawancarainya, ia mengatakan Indonesia sedang melakukan upaya-upaya untuk mempersiapkan penanganan virus corona baru  tersebut.

“Masih banyak yang harus dilakukan di bidang pengawasan dan deteksi kasus, persiapan fasilitas kesehatan, pencegahan infeksi, dan langkah-langkah pengendalian yang memadai untuk dapat mengatasi beban pasien jika skenario wabah terjadi,” kata dia. Ia menilai, dengan ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi 2019-nCoV yang telah ada pekan ini, menurutnya itu sebuah kemajuan yang signifikan. Paranietharan menggunakan nama yang sudah disepakati untuk virus corona baru tersebut yakni 2019-nCoV.

Pekan lalu, petugas medis hanya memiliki akses ke tes pan-virus corona yang dapat mengidentifikasi virus dalam keluarga corona, seperti flu biasa, SARS, dan MERS, tetapi tidak satu pun kasus 2019-nCoV yang terdeteksi. Sementara pengurutan gen tambahan, yang dapat memakan waktu hingga lima hari, sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi kasus-kasus virus corona baru yang berasal dari Wuhan ini.

Dr Paranietharan menyatakan, WHO khawatir mengingat tidak ada kasus yang teridentifikasi, sementara petugas medis menyatakan telah memverifikasi pengujian laboratorium mereka berfungsi dengan baik.

Desakan kepada Indonesia untuk segera bertindak ini muncul setelah salah satu ekspatriat Australia yang tinggal di Bali takut dirinya terjangkit virus corona. Saat memeriksakan dirinya ke rumah sakit, ia mengkritik tajam perawatan yang diterimanya di fasilitas kesehatan setempat.

Pria yang tidak ingin disebutkan Namanya itu mengatakan kepada Daily Mail Australia,  ia periksa ke Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, pada 26 Januari karena merasa sakit setelah pulang dari perjalanan ke Singapura.  Orang Australia itu menjelaskan, sebelumnya dia ditolak di rumah sakit lain, yang kemudian merekomendasikan RS Sanglah karena rumah sakit tersebut merupakan satu-satunya rumah sakit yang memiliki fasilitas yang dilengkapi untuk pengujian penyakit yang tengah mewabah  itu.

Namun, begitu dia tiba di RS Sanglah, dia terus dipingpong dari satu ke lain bagian. “Tidak ada staf yang memakai masker atau menganggap (saya kena penyakit) serius. Saya diminta mengisi formulir dan (diberitahu) untuk periksa ke dokter dengan  biaya Rp500 ribu,” kata ekspatriat itu.

Begitu dia bertemu dokter,  sang dokter itu mengatakan dia tidak perlu menjalani tes karena dia tidak mengunjungi Cina baru-baru ini. “Bahkan dokter itu tidak mengukur suhu tubuh, tekanan darah, atau mengambil sampel darah saya,” kata bule tersebut kepada Daily Mail. “Jadi, apa saya harus pergi saja dan mati?”

Pria itu, yang kemudian didiagnosis menderita radang paru-paru alias pneumonia, menyebutkan dirinya justru lebih khawatir dengan kurangnya laporan resmi, mengingat prosedur pengujian yang tidak memadai.

Menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, lebih dari satu juta orang Australia berlibur di Indonesia setiap tahun. Sementara pada 2019 lalu, lebih dari dua juta turis Cina berkunjung ke Indonesia. Indonesia saat ini telah melarang semua perjalanan dari dan ke Cina. Pengunjung yang telah tinggal di Cina selama 14 hari atau lebih, tidak diizinkan masuk ke Indonesia.

Sementara itu, kasus-kasus virus corona telah tercatat di negara-negara tetangga, termasuk Australia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja dan Filipina. [sydneymorningherald]

Back to top button