POTPOURRI

Roman Polanski Jadi Sutradara Terbaik Oscar Prancis, Para Aktor Walk Out

Polanski adalah sutradara hebat. Masa lalu membuat kini dirinya dipermasalahkan di luar film-filmnya yang menjanjikan kualitas

PARIS— Sutradara gaek Roman Polanski benar-benar membuktikan peribahasa Melayu, tua-tua keladi, makin tua kian menjadi, dalam konotasi baik. Polanski menyabet sutradara terbaik dalam ajang festival film Césars, yang sering disetarakan sebagai Academy Awards versi Prancis. Sayangnya, kemenangan besar Polanski lewat film yang tak hanya menyabet satu penghargaan, ‘Jaccuse’ (‘Maaf’), itu disambut walk-out sebagian aktor-aktris yang hadir.

‘Jaccuse’—dalam versi Inggris film itu berjudul ‘An Officer and a Spy’, bercerita tentang Alfred Dreyfus, perwira militer Yahudi yang dihukum karena pengkhianatan. Kasus itu sendiri hingga kini di Prancis masih dianggap sebagai sebuah kesalahan penghukuman oleh pengadilan.

“Sangat sedikit orang yang memuji penghargaan sutradara terbaik untuk Polanski itu,” tulis surat kabar Prancis, Le Monde, mengomentari walk-outnya banyak hadirin yang marah manakala Polanski memenangkan penghargaan bergengsi itu.

Polanski dalam sebuah ajang festival film

Adèle Haenel, salah satu aktris muda Prancis yang terkenal, merupakan salah seorang dari mereka yang meninggalkan ruangan upacara Cesar tersebut. Ia terlihat melambaikan tangan dengan mimic jijik dan tampak berkata,”Sayang…” Haenel adalah aktris yang pernah mengaku mengalami pelecehan seksual di industri film negara itu.

Beberapa orang lainnya mengikuti Haenel keluar ruangan, termasuk Céline Sciamma, sutradara ‘Portrait of a Lady on Fire’, film yang dibintangi Haenel dalam ajang tersebut. Sebuah akun media social dari seseorang yang tampaknya berada di dekat jalan keluar Haenel menulis, aktris berusia 31 tahun itu juga berteriak, “Bagus sekali, pedofilia!” saat dia meninggalkan ruangan.

Bulan ini, jauh sebelum hari H penganugerahan, Haenel memang mengeluhkan nominasi yang diterima Polanski. Hal itu terekam dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, bulan ini.

“Menjijikkan, Polanski meludahi semua korban,”katanya saat itu, seiring nominasi yang diterima Polanski. “(Nominasi) Itu berarti memperkosa seorang wanita tidaklah buruk.”

Film yang mendudukkan Polanski pada kursi sutradara terbaik itu memenangkan dua penghargaan lain, setelah memimpin nominasi dengan 12 nominasi untuk banyak penilaian berbeda. Polanski juga meraih penghargaan untuk skenario terbaik yang diadaptasi bersama dengan Robert Harris, novelis Inggris. Film itu juga memenangkan katagori desain kostum terbaik. Film itu bahjkan dinominasikan pula sebagai film terbaik. Tetapi kehormatan itu melayang ke “Les Misérables”—entah versi film keberapa, sebuah drama kejahatan yang ditulis penulis klasik Victor Hugo.

Tetapi Polanski sendiri tidak berada di Paris untuk menerima—bahkan mengumpulkan, hadiah. Kamis lalu, hanya sehari sebelum perhelatan, Polanski mengumumkan bahwa dirinya tidak akan menghadiri upacara penganugerahan, karena, “Takut akan hukuman mati tanpa pengadilan.” Selama proses penjurian, massa yang marah pada kasus lamanya sehubungan dengan pelecehan seksual anak, hampir setiap hari mendatangi lokasi perhelatan dan menggelar demonstrasi.

“Kami sudah tahu bagaimana malam ini akan terungkap,” kata Polanski dalam sebuah pernyataan setelah pengumuman pemenang. Sebelumnya, pada 2017 lalu Polanski juga menarik diri untuk hadir dalam penghargaan yang sama, karena alasan yang sama.

Pada Jumat siang, polisi Prancis menembakkan gas air mata di luar aula konser Paris yang menjadi tuan rumah César Film Awards. Polisi bentrok dengan orang-orang yang memprotes Polanski. Para pengunjuk rasa juga menarik penghalang keamanan di luar venue, tetapi polisi mendorong mereka kembali, sehingga mereka tidak berhasil masuk ke area karpet merah.

Demonstran lain melambaikan poster bertuliskan, “Malu pada industri yang melindungi pemerkosa.”

Pengadilan Amerika Serikat menganggap Polanski buron terhadap keadilan, meski tak juga bisa menjalankan ekstradisi. Polanski memang menghadapi beberapa tuduhan pelecehan seksual. Pada November lalu, Valentine Monnier, seorang fotografer, menuduh Polanski memperkosanya pada tahun 1975, ketika dia berusia 18 tahun, di sebuah chalet ski di Swiss. Polanski membantah tuduhan itu.

Para pengamata film memuji “Jaccuse” di Festival Film Venice tahun lalu. “Semakin lama Anda melihatnya, semakin mengesankan pertumbuhannya,” tulis Xan Brooks yang dimuat dalam The Guardian. Film itu memenangkan pujian serupa di Prancis setelah dirilis pada November lalu dan menduduki puncak box office Prancis. Tetapi itu pun tak kurang dari protes, yang membuat beberapa pelaku industri film Prancis menjauhkan diri dari Polanski.

Setelah nominasi Cesar diumumkan pada Januari lalu, sejumlah organisasi feminis Prancis mengatakan mereka akan memprotes penganugerahan tersebut. “Jika pemerkosaan adalah seni, berikan Polanski semua Cesar,” kata mereka dalam surat terbuka yang diterbitkan di sebuah surat kabar terkemuka.

Adele Haenel, aktris Prancis yang marah atas kemenangan Polanski

Polanski, meskipun absen, tampak besar sepanjang malam penganugerahan itu. Florence Foresti, aktris dan komedian yang menjadi pembawa acara, memulai acara dengan menyambut “predator” di antara hadirin.

“Ada 12 momen bermasalah yang akan kita hadapi,” kata Foresti dalam referensi ke- 12 nominasi untuk Polanski. Foresti, yang tidak berada di atas panggung ketika Polanski terpilih menjadi sutradara terbaik. Dia juga tidak kembali masuk ruangan pada akhir upacara. Dia menulis di Instagram bahwa dia ‘jijik’.

Keputusan Polanski untuk menarik diri dari upacara penghargaan tahun ini pun tidak meredakan kontroversi yang terjadi. Pada hari Jumat pagi, Menteri Kebudayaan Prancis, Franck Riester, berkata dalam sebuah wawancara televisi bahwa jika Polanski memenangkan sutradara terbaik di Cesar, itu akan menjadi,” Simbol buruk, mengingat kita semua harus sadar akan perlunya memerangi kekerasan seksual dan seksisme,” kata dia.

Tetapi Riester mengatakan dia akan senang karena “Jaccuse” memenangkan film terbaik. “Tidak perlu menghukum tim atas perilaku Polanski,”katanya.

Penghargaan pertama film malam itu adalah untuk perancang busana terbaik. Tetapi pemenangnya, Pascaline Chavanne—juga untuk ‘Jaccuse’ tidak hadir untuk menerima trofi. Seluruh pemeran dan tim produksi telah menolak acara tersebut karena banyaknya kritik yang ditujukan pada sutradara mereka.

Ah, cobalah sekali saja kita tak perlu berpolitik… [TheNewYorkTimes]

Back to top button