Solilokui

Pelukan Para Politisi, tak Selalu Seikhlas Pelukan Teletubbies

Oleh: Ghozin Ranggawulung

Berpelukan bukan hanya milik kekasih atau tanda sayang anak dan orang tua, tapi juga para politisi. Salah satunya pelukan politik yang dilakukan Ketua Umum Paryai NasDem Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Imam. Jelas ini bukan pelukan biasa antarkekasih tetapi memiliki banyak makna.

Pada Kongres Partai NasDem beberapa hari lalu, ada momen menarik ketika Surya Paloh merangkul Sohibul Imam. Tanggapan pun banyak meluncur dari berbagai kalangan, dari mulai sesama politisi, pengamat hingga Presiden Joko Widodo.

“Rangkulan itu apa yang salah, Itu bagus. Tapi sekali lagi, semua kembali lagi pada niatnya. Kalau niatnya untuk komitmen negara apa yang salah, untuk komitmen bangsa apa yang keliru, sangat bagus apa yang dicontohkan Bang Surya,” tutur Jokowi saat menghadiri HUT ke-8 Partai NasDem di JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2019) malam.

Jokowi mengaku kali ini rangkulan Surya lebih erat terhadap dirinya dibandingkan dengan Sohibul Iman. “Tadi rangkulannya jelas lebih erat dari rangkulan beliau (Paloh) ke Pak Sohibul Iman itu jelas,” kata Jokowi kepada wartawan.

Sebelumnya, dalam HUT Partai Golkar, Presiden Jokowi sempat menyampaikan bahwa dirinya melihat raut wajah Paloh lebih cerah pasca bertemu dengan Sohibul Iman di DPP PKS. Jokowi juga menyinggung pelukan erat Paloh dan Sohibul. Ia mengaku tidak pernah dirangkul erat oleh Paloh. 

Menurut Jokowi, jika suatu hal baik untuk bangsa, maka patut di apresiasi. Termasuk rangkulan Paloh dengan Sohibul Iman.

Banyak pihak menilai rangkul merangkul ala para elit politik ini memunculkan banyak tafsir politik. Apalagi dalam politik, isyarat seperti rangkulan, salaman, sindiran, yang sebenarnya aktivitas biasa bagi orang biasa, namun kemudian bisa diartikan macam-macam.

Seperti rangkulan Surya Paloh ini sebagai isyarat bahwa mereka melempar wacana ke publik siapa-siapa yang digadang-gadang oleh partai yang terlibat dalam pelukan itu untuk 2024, apakah bakal diterima dengan baik atau tidak oleh publik. Andai tidak diterima publik maka mereka akan segera mencari alternatif dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang lebih menguntungkan.

Sekjen Sadulur Jokowi, Bambang Saputra, menilai rangkul-merangkul antara Surya Paloh dan Sohibul Iman jangan ditafsirkan terlalu jauh secara politik, sehingga menimbulkan banyak makna yang bersifat kemungkinan-kemungkinan. “Kejadian itu tafsirkan saja secara lahiriah yakni rangkul-merangkul yang bermakna salam persahabatan antar sesama elit partai,” ujar Bambang.

Menurutnya, kalau banyak pengamat politik lain yang menafsirkan terlalu jauh, dengan anggapan sebagai isyarat akan berkoalisi menggadang capres-cawapres tertentu di 2024, dalam alam politik itu sah-sah saja. Pemilu 2024 masih jauh, kemungkinan-kemungkinan berubah juga bisa-bisa saja.

Yang jelas, terlepas dari makna politik pelukan para tokok politik ini juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Tak hanya urusan saling menghormati, menunjukkan empati atau tanda sayang.

Sudah banyak pakar kesehatan yang membahas tentang manfaat rangkulan ini, dari mulai hubungan yang makin bahagia karena tubuh ikut mengeluarkan hormon Oxytocin yang dapat meningkatkan rasa bahagia serta endorfin yang membuat tubuh merasa hebat dan semangat.

Fungsi lainnya, yakni pelukan memberikan rasa aman, nyaman dan menghilangkan rasa cemas bagi dua belah pihak sehingga membuat otot dan pembuluh darah relaks. Alhasil, tekanan darah Anda pun menurun, jantung pun lebih sehat. .  

Jadi, apa yang terjadi di antara para politisi ini jelas sangat menguntungkan. Secara politis tentu akan menjadi acuan bagi para kader dan lawan politiknya. Tapi juga sekaligus menjadikan Surya Paloh, Sohibul Imam maupun Presiden Jokowi lebih sehat dan lebih bersemangat. Maka marilah kita ikuti Teletubies. Yuk Berpelukan… [Zin]

Back to top button