Veritas

Mahathir tak Akan Pernah Mundur dan Beri Jalan Bagi Anwar Ibrahim?

Anwar mengajukan usul reformasi, termasuk perombakan kebijakan ekonomi berbasis ras yang selama puluhan tahun memberikan perlakuan sangat istimewa kepada etnis Melayu. Previledge itu dalam batas tertentu membuat warga Melayu kurang tangguh

KUALA LUMPUR—Seiring semakin sepuhnya Perdana Menteri Mahathir Mohamad, wajar bila warga Malaysia berpikir akan segera ada  peralihan kekuasaan secara normal dan damai alias suksesi yang landai di negeri itu. Namun, rencana sukesi tersebut kian diragukan public seiring meningkatnya penentangan terhadap serah terima kursi perdana menteri.

Perdana Menteri Mahathir Mohamad, awalnya memang berjanji akan memberikan jabatan perdana menteri kepada Anwar Ibrahim. Namun tampaknya itu tidak akan terjadi. Di satu sisi, sebuah masalah krusial di malaydsia adalah adanya seorang perdana Menteri uzur berusia 94 tahun bernama Mahathir Mohamad. Di sisi lainnya, ada seseorang yang pernah emnjadi anak-emas, lalu pembangkang dan kemudian kembaliu dianggap sebagai sekutu dan penggantinya, seorang yang ‘lebih muda’ berusia 72 tahun, Anwar Ibrahim.

Sebuah kartun di media Malaysia, saat Anwar yang kala itu masih dipenjara, diajak bergabung dalam koalisi

Dunia mencatat, keduanya pernah bertikai keras dalam perang politik 1998 yang mengagetkan dan spektakuler. Saat itu Anwar menjadi pecundang, dilempar ke penjara untuk sesuatu yang diragukan banyak rakyat Malaysia sendiri. Kali ini, Mahathir mengklaim media massa-lah yang menghendak pertarungan itu terjadi hingga tercampak dengan kerasnya Anwar, orang yang sejak 1990-an diduga kuat akan menggantikannya.

“Jika Anwar dan saya saling pukul dalam pertandingan tinju, Anda akan lebih bahagia karena Anda bisa menulis lebih banyak lagi cerita,”kata Mahathir kepada wartawan belum lama ini, sebagaimana ditulis Asia Times. Mahathir mengawali pernyataannya itu dengan mengulang sumpah yang sering diulangnya untuk mundur dari jabatan  setelah Malaysia menjadi tuan rumah KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), sebuah pertemuan panjang di Malaysia, berlangsung sejak Desember 2019 hingga November 2020 mendatang.

Namun terlepas dari berulang-ulangnya janji tentang transisi kepemimpinan yang lancar, rumor terus berputar liar dengan bisikan plot konspirasi dan pembuatan kesepakatan di balik layar untuk menggagalkan Anwar. Muncul suara-suara yang menyerukan Mahathir untuk melanjutkan tugas sebagai perdana menteri untuk masa jabatan lima tahun penuh, daripada mundur dan memberi jalan bagi naiknya Anwar.

Semua itu meningkatkan ketidakpastian yang mengancam stabilitas politik dan sentimen para investor. “Beberapa analis sekarang memperkirakan bahwa perubahan pertama pemerintah pasca-kemerdekaan Malaysia dapat berakhir dalam pemerintahan tunggal,” tulis Nile Bowie di Asia Times.

Koalisi Pakatan Harapan (PH) yang berkuasa (sebuah aliansi aneh dari dua rival yang pernah bermusuhan dengan sengit), yang naik ke tampuk kekuasaan pada Mei 2018 setelah menggulingkan Barisan Nasional (BN) yang dilanda skandal tapi berkuasa begitu lama dengan hasil Pemilu yang mengejutkan. Partai-partai PH sekarang memiliki mayoritas parlemen yang kuat, yakni 139 dari 222 kursi yang ada.

Kuat diduga, kemenangan Pemilu itu pun berdasar pada harapan akan janji Mahathir yang hanya akan memimpin negara selama dua tahun. Setelah itu kepemimpinan akan diserahkan kepada Anwar. Sebelumnya Mahathir telah memimpin Malaysia dari 1981 hingga 2003, dengan kendaraan Barisan Nasional yang sangat berkuasa.

Sayangnya, garis demarkasi waktu suksesi yang pasti tidak pernah ditetapkan. Meski stabilitas politik telah terjadi di Malaysia sejak PH berkuasa hampir dua tahun lalu, tetap saja koalisi itu dianggap tidak menepati janji-janji pemilu.

Pada saat yang sama, perpecahan saat ini menghampiri Parti Keadilan Rakyat (PKR) di bawah Anwar, partai terbesar koalisi yang berkuasa. Sementara itu, kalangan oposisi berbasis etnis Melayu yang telah mengalami peremajaan, terbukti efektif menggunakan perpecahan-perpecahan itu untuk menguatkannya.

Parti Islam Se-Malaysia (PAS), sebuah partai oposisi Islam, baru-baru ini mengatakan akan mengajukan mosi kepercayaan dalam mendukung Mahathir, saat Parlemen kembali bersidanf 9 Maret mendatang. Langkah itu banyak dilihat sebagai aksi politik yang bertujuan memecah partai-partai koalisi dalam PH.  Presiden PAS Abdul Hadi Awang juga mengatakan hal itu ketika dia mengisyaratkan bahwa langkah kepercayaan bertujuan untuk mengacaukan “seseorang yang ingin menjadi perdana menteri melalui pintu belakang”, jelas sebuah tudingan untuk Anwar.

Mahathir dan Anwar di 1980-an, saat Anwar menjadi ‘anak emas’ Mr M

Mahathir menepis proposal PAS dengan sarkasmenya yang khasnya. “Saya sudah menjadi perdana menteri, dan jika mereka ingin mendukung saya, ya terima kasih,” ujarnya, sebagaimana dikutip Asia Times.

Namun jika cukup banyak anggota parlemen (baik di pemerintahan maupun oposisi) memilih mosi kepercayaan, Mahathir akan mampu menahan tekanan untuk mengundurkan diri, jika kemudian ia memilih untuk memperpanjang jabatan dengan mengingkari sumpahnya dengan berbagai kilah.  Selain itu, para pendukung oposisi berpendapat, menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam skenario pun kekurangan legitimasi demokratis.

“PAS terobsesi dengan gagasan bahwa mereka adalah raja dari lanskap politik Malaysia. Itulah yang menjadi tujuan mereka,” ujar seorang sumber Koalisi PH yang keberatan disebutkan nama.

Di bawah aliansi oposisi etno-nasionalis Mufakat Nasional (MN), PAS telah mempererat kemitraan dengan partai yang sebelumnya berkuasa, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), kunci dari koalisi BN yang dulu dominan. Serangkaian kemenangan oposisi dalam pemilu telah mengguncang PH dan menampilkan MN sebagai penantang potensial.

“Dengan mengajukan mosi mendukung perdana menteri, PAS (yang memegang 18 kursi Parlemen) berharap untuk “menopang Dr. M, memblokir Anwar, memecah-belah pemerintah. Pada saat yang sama mereka melayangkan penegasan kepada mitra baru mereka, UMNO, bahwa mereka kuat dan tidak boleh dianggap remeh,” kata sumber itu.

Rumor tentang kemungkinan pembentukan pemerintahan “pintu belakang” yang baru juga tersebar luas, dengan adanya pembicaraan tentang UMNO dan PAS, bergabung dengan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) Mahathir, dalam apa yang disebut aliansi ‘Pakatan Nasional’.  Skenario seperti itu akan menyatukan tiga partai Muslim Melayu eksklusif yang secara etnis merupakan puak terbesar di bawah satu panji,  dalam upaya menarik potensi suara terbesar dan paling penting di negara itu.

Anwar menyebut rumor itu “kebohongan” dan baru-baru ini melibatkan PAS bersama dengan “sebuah kelompok dari UMNO dan sejumlah kecil dari PKR”, dalam kampanye untuk menekan beberapa oposisi dan anggota parlemen federal yang hendak menggoalkan penandatanganan deklarasi dukungan agar Mahathir menjabat lima tahun penuh.

Para penentang kenaikan Anwar ke jabatan perdana menteri cenderung curiga terhadap karakter moral tokoh berusia 72 tahun itu. Ada banyak tudingan bahwa ia memang memiliki preferensi seksual yang ganjil, selain banyak yang percaya ia mewakili kecenderungan liberal yang pro-Barat, sementara Mahathir dianggap lebih netral.

Kepentingan-kepentingan terselubung yang lain mengatakan, mereka benar-benar ingin melawan kebijakan Anwar dan usulan reformasi ekonominya, termasuk perombakan kebijakan ekonomi berbasis ras yang selama puluhan tahun memberikan perlakuan sangat istimewa kepada etnis Melayu.

Walau Mahathir sejauh ini berpegang teguh pada janji penyerahannya, ia tampaknya akan mencari jalan aman dengan menekankan bahwa kekuatan pengambilan keputusan untuk menyetujui penggantinya itu berada di tangan Parlemen, bukan di tangannya sendiri.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters baru-baru ini, Anwar tampak yakin bahwa ia akan dapat mengamankan mayoritas parlemen dalam skenario seperti itu, meskipun keributan antar-kelompok sekarang tengah mengguncang partainya. “Mereka mendukung Mahathir sebagai PM, dan mereka akan terus mendukung saya ketika saya mengambil-alih jabatan perdana menteri,” kata Anwar, tegas. Ia mengatakan siap untuk menunggu enam bulan lagi di luar garis waktu dua tahun suksesi yang sebelumnya diperdebatkan.

Wakil Presiden PKR Mohamed Azmin Ali, memimpin sebuah faksi saingan yang cukup kuat, yang secara terbuka menyerukan Mahathir untuk melanjutkan jabatan sebagai perdana menteri daripada memberi jalan bagi Anwar.  Banyak yang berspekulasi bahwa Azmin yang berusia 55 tahun (dia juga menteri urusan ekonomi yang memegang apa yang dianggap sebagai portofolio ekonomi Malaysia paling kuat) itu adalah penerus pilihan Mahathir. Dia juga secara luas dianggap terlibat dalam kampanye yang dipimpin PAS untuk tanda tangan deklarasi berdasarkan undang-undang.

“Azmin telah mendorong dan memfasilitasi pendaftaran deklarasi berdasarkan undang-undang. Dia juga rajin menindaklanjuti PAS,” ujar sumber di dalam PKR kepada Asia Times. Sumber yang—tentu saja bagian dari klik Azmin itu memuji Azmin sebagai wakil presiden PKR  yang “memperkuat hubungan faksinya dengan partai Islam”.

Kini Anwar harus bisa mendapat dukungan dari setidaknya 112 anggota parlemen (termasuk dari faksi lawan partainya) yang diperlukan untuk mengaksesi jabatan perdana Menteri.  Demikian juga jika mosi kepercayaan berlanjut ketika parlemen berkumpul kembali bulan depan dan menghasilkan mayoritas. Tidak jelas apakah Mahathir akan mempertimbangkan untuk tetap menjabat selama lima tahun penuh atau kembali kepada janjinya. Pemilihan umum Malaysia berikutnya baru akan tiba pada 2023, saat itu Mahathir akan berusia 98 tahun. [Asia Times]

Back to top button