Veritas

Tersangka Teror Masjid Oslo: Saya Menyesal tak Membunuh Lebih Banyak

Jaksa Penuntut mengatakan Manshaus bertindak “dengan niat untuk membunuh sebanyak mungkin Muslim”.

OSLO– Seorang pria Norwegia yang dicurigai membunuh saudara tirinya yang beretnis Tionghoa sebelum melepaskan serangkaian tembakan brutal di masjid Oslo,  mengatakan dirinya ‘malu’ karena tidak membuat korban yang lebih banyak. Philip Manshaus, pria muda tersebut, mengatakan hal tersebut dalam persidangan untuk kasusnya yang dimulai Kamis lalu waktu setempat. Dia juga mengatakan, serangan terornya adalah tindakan “keadilan darurat”.

Pria 22 tahun itu membantah tuduhan atas pembunuhan dan teror yang dibacakan kepadanya oleh seorang jaksa, demikian dilaporkan kantor berita Norwegia, NTB.

Manshaus mengakui fakta itu, namun membantah tuduhan yang diarahkan kepada dirinya. Dia menegaskan, keyakinan sayap kanannya, termasuk menentang imigrasi non-barat dan mengklaim bahwa orang kulit putih Eropa tengah menjadi sasaran genosida dan “akan berakhir sebagai minoritas di negara asal mereka sendiri”.

Ketika dia memasuki pengadilan, Manshaus mengangkat tangan untuk memberi tanda “OK”, sebuah symbol supremasi kulit putih sayap kanan, yang menandakan “white supremacy”.

Manshaus juga mengatakan dia terinspirasi oleh sejumlah teroris, termasuk teroris Selandia Baru Brenton Tarrant, yang menewaskan 51 orang dalam serangan terhadap dua masjid Maret lalu, serta Anders Breivik, yang membunuh 77 orang dalam serangan di Norwegia pada 2011.

Surat kabar berbahasa Swedia, Aftenposten melaporkan, pemuda itu mengakui Adolf Hitler sebagai “role model” bagi dirinya.

Manshaus dalam kesaksiannya menjelaskan bagaimana dia membunuh saudara tirinya yang berusia 17 tahun, Johanne Zhangjia Ihle-Hansen, yang diadopsi oleh keluarganya dari Tiongkok ketika dia berusia dua tahun. Manshaus mengaku menembak saudara tiri adopsinya itu tiga kali di kepala dan sekali di dada dengan senapan berburu, di rumah mereka di Baerum, sebuah pinggiran kota Oslo.

Setelah itu dia berkata, dirinya segera menuju sebuah masjid terdekat di mana tiga orang tua sedang mempersiapkan perayaan Idul Adha. Manshaus saat itu mengenakan helm, rompi anti peluru, dan dipersenjatai senapan berburu dan shot gun.

Di masjid, ia menembakkan empat tembakan dengan shot gun berdaya rusak tinggi ke pintu kaca di depan salah seorang pria di sana, Muhammad Rafiq, yang segera meringkusnya. Anak muda sableng itu menembakkan dua tembakan lagi selama perkelahian, tetapi luput, meskipun Rafiq mengalami sedikit cedera.

Manshaus mengatakan dalam kesaksiannya bahwa dia ingin membunuh Rafiq. “Saya melakukan semua yang saya bisa untuk melakukan serangan itu … saya malu karena saya tidak bisa membuat lebih banyak korban.”

Dia mengatakan dirinya kelelahan ketika polisi tiba di tempat kejadian.

Jaksa Penuntut mengatakan Manshaus bertindak “dengan niat untuk membunuh sebanyak mungkin Muslim”. Cuplikan dari serangan itu direkam pada kamera GoPro Manshaus yang terpasang di helmnya, dengan maksud menyiarkan langsung serangan itu. Video, yang terlihat di pengadilan, dilaporkan menunjukkan Manshaus bernyanyi ketika ia pergi ke masjid, melepaskan tembakan dan menendang pintu.

Video itu juga menunjukkan pergulatan antara dia dan Rafiq, seorang laki-laki menjelang tua, namun enteng saja meringkus bungaok itu. Manshaus dalam rekaman itu terdengar mengeluh dan memohon untuk dibunuh. “Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Saya setia kepada kelompok saya.”

Sekitar 30 saksi, termasuk orang-orang di masjid dan ayah Manshaus, diharapkan memberikan bukti ketika persidangannya berlanjut.

Terdakwa menghadapi 21 tahun penjara jika terbukti bersalah. Jaksa mengatakan akan mempertimbangkan hukuman tempat ia akan dikirim ke fasilitas kejiwaan yang aman selama ia dianggap membahayakan orang lain. [The Independent]

Back to top button