Apa Sih Daya Tarik Kota Tua Jerusalem?
Sejak 2.000 tahun sebelum Masehi, Jerusalem merupakan hasil karya Raja (Nabi) Daud As, dan putranya Raja (Nabi) Sulaeman As. Hingga dihancurkan oleh Nebukadnezar th.500 sebelum Masehi
Oleh : Usep Romli H.M.
Jerusalem selalu berada di pusaran hiruk-pikuk politik, militer, diplomatik dan macam-macam, yang kadang-kadang menimbulkan huru-hara berdarah. Semakin ruwet ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel, dan merencanakan membangun Kedubes AS di sana. Suatu hal yang tak pernah dilakukan presiden-presiden AS sebelumnya.
Semua orang, memang selalu ingin pergi atau kembali Jerusalem. Sebagaimana diungkapkan Saul Bellow, penulis buku “To Jerusalem and Back” (1973). Banyak orang yang pernah berkunjung ke sana. Sebagai kota bersejarah, baik bagi tiga agama terbesar di dunia–Islam, Yahudi dan Nasrani–maupun bagi orang perorang yang memiliki kaitan emosional dan spiritual dengan kota tersebut, Jerusalem memang punya daya tarik tersendiri .
Sejak era otonomi Palestina tahun 1994, berkunjung ke Jerusalem terbilang mudah. Banyak biro perjalanan umroh di Indonesia menawarkan paket umroh plus Aqso. Atau paket wisata langsung (non-umroh). Sebelum 1994, masuk ke wilayah Palestina yang diduduki Israel sangat sulit. Apalagi pada paspor Indonesia waktu itu, tercantum larangan berkunjung ke Israel dan Taiwan. Sehingga yang mencoba-coba masuk ke sana secara resmi, ketika pulang ke Indonesia, paspornya akan dicabut. Sekarang tak ada lagi larangan semacam itu.
Bagi umat Islam, berkunjung ke Jerusalem, merupakan “napak tilas” perjalanan malam Nabi Muhammad Rasulullah Saw, dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsa (Palestina). Sebagaimana tertera dalam Alquran, S.Isra ayat 1 : “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada malam hari (isra) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang sekelilingnya diberkahi…….”
Umat Islam menguasai Palestina sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab (634), hingga tahun 1099, ketika Jerusalem direbut pasukan Salib. Pada 1187 pasukan Salib dikalahkan pasukan Islam pimpinan Salahuddin al Ayubi, yang menguasai Palestina hingga 1250. Kemudian kekuasaan beralih ke tangan Dinasti Mameluk (1250-1516), dilanjutkan oleh Dinasti Usmani (Ottoman) Turki hingga 1917.
Maka tidak heran jika di Jerusalem dan di kota-kota Palestina lainnya terdapat situs-situs peninggalan umat Islam, baik berupa bangunan, benteng, dan ikon-ikon bernilai arkeologis.
Juga peninggalan kekuasaan Yahudi, karena sejak 2.000 tahun sebelum Masehi, Jerusalem merupakan hasil karya Raja (Nabi) Daud As, dan putranya Raja (Nabi) Sulaeman As. Hingga dihancurkan oleh Nebukadnezar th.500 sebelum Masehi.
Sedangkan umat Nasrani mengaitkan Jerusalem dengan perjuangan Isa al Masih As., sejak lahir di Betlehem, hingga disalib di Bukit Golgota. Gereja tempat kelahiran Nabi Isa di Betlehem, dan jalan tempat beliau memikul salib, yaitu “Via Dolorosa” masih berfungsi dalam acara ritual Natal atau Paskah. Begitu pula Taman Getsemani, tempat Nabi Isa ditangkap pasukan Romawi atas petunjuk Judas Iskariot, tetap indah terpelihara.
Selain tempat-tempat becorak relijius, Jerusalem juga kaya akan museum dan galeri modern. Mulai dari museum Yahudi Kuno “Chagall Windows”, hingga pusat arsip Zionis, juga museum Yunani Ortodoks, museum Armenia, situs area Gunung Zion, dll. sangat mudah dikunjungi sesuai jadwal yang ditetapkan.
Bagi penggemar lukisan, tersedia banyak di sepanjang jalan raya seluruh Jerusalem. Karya-karya lukisan cat minyak, cat air, dan media seni rupa lain, dari para pelukis klasik terkenal, seperti Chagall, Salvador Dali, Modigliani, Magrite, dll., serta pelukis kontemporer seperti Belous, Tochilkin, dll., dipajang di etalase-etalase galeri yang artistik.
Sarana akomodasi terdiri dari hotel-hotel lama yang telah direstorasi, seperti Hollyland, King David, Olive Tree, serta hotel-hotel baru bertaraf internasional, seperti Hilton, Sheraton, dll. begitu mudah diperoleh. Mampu menampung tamu sekalipun dalam musim puncak (peak season), ketika kunjungan wisatawan mancanegara meningkat pesat.
“Kembali ke Jerusalem” tampaknya bukan hanya milik Saul Bellow, penulis buku “To Jerusalem and Back” (1973) atau Jehudah Halevi, penyair Yahudi Andalusia (Spanyol) abad 11 saja. Ternyata terus berlanjut hingga ke masa kini. Terutama pada bulan Rajab bagi umat Islam, Natal dan Paskah bagi umat Nasrani dan bulan Oktober saat puasa “Yom Kipur” bagi umat Yahudi. [ ]