Spiritus

Setetes Embun: Transformasi Hidup

Beriman itu biasa, tapi tetap setia dalam iman saat hidup menjadi berat dan sulit, itu luar biasa.

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

JERNIH-Kisah Injil minggu pertama Prapaskah memperkenalkan kepada kita kemanusiaan Yesus dengan kisah pencobaan di padang gurun. Pada minggu kedua ini kita merenungkan keilahian Yesus dengan kisah penampakan kemuliaan di atas gunung (Tabor).

Kisah ini biasa disebut transfigurasi atau perubahan wujud. Karena yang terjadi adalah wujud Kristus manusia nampak dalam keilahian maka peristiwa ini bisa disebut juga sebagai Kristofani. Peristiwa ini dialami Yesus ketika Dia sedang berdoa.

Penampakan keilahian Yesus terjadi sekurang-kurangnya karena dua alasan:

Pertama, Dia ingin berbicara dengan Allah Bapa yang mengutusnya, untuk memastikan rencana Allah: penderitaan, kematian dan kebangkitan.

Kedua, untuk meyakinkan para murid akan status ilahi-Nya, sehingga mereka tidak lagi tergoda untuk mengejar impian politik mereka berdasarkan pemahaman yang keliru tentang Yesus sebagai Mesias politik. Dengan ini mereka juga dikuatkan untuk menghadapi saat-saat penderitaan Guru dan Sahabat mereka, Yesus.

Ketiga, penampakan Yesus dalam kemuliaan surgawi ini juga untuk menunjukkan bahwa Dia adalah orang benar di mata Allah. Paham Yudaisme abad pertama percaya bahwa mereka yang masuk surga akan memperoleh tubuh surgawi (1 Kor 14, 42-49).

Hal yang terakhir ini bisa menjelaskan mengapa Musa dan Elia yang tampil saat itu. Di gunung Sinai, setelah perjumpaan dengan Allah, wajah Musa bersinar dengan cemerlang (Kel 21,1; 34,25). Di atas gunung Horeb kemuliaan Allah lewat di depan Musa dalam bentuk “angin sepoi-sepoi basa” (1 Raj 19,12). Dua pribadi ini merupakan tokoh Perjanjian Lama yang mengalami kemuliaan Allah secara langsung.

Hal yang paling menarik disini adalah bahwa kemuliaan Allah dialami secara nyata dalam DOA. Tentu sangat mungkin bahwa Allah dialami melalui pengalaman hidup harian yang biasa-biasa saja. Tetapi dalam DOA, Allah bisa menampakkan kemuliaan-Nya, dan dengan itu hati kita tertuju pada hal-hal surgawi ketimbang duniawi.

Seperti Yesus, hari-hari ke depan mungkin akan menjadi sulit bahkan penuh dengan ketakutan dan penderitaan. Tapi mengetahui dengan pasti bahwa ini adalah cara Allah untuk membawa kita pada kemuliaan surgawi akan membuat kita kuat dan bertahan.

Beriman itu biasa, tapi tetap setia dalam iman saat hidup menjadi berat dan sulit, itu luar biasa.

Kekristenan bukan sejenis mie instan, disiram air langsung jadi makanan enak. Kekristenan merupakan proses transformasi hari demi hari, melalui pencobaan, kesulitan dan penderitaan.

Dalam dan melalui doa kita akan mengalami transformasi dan menjadi pribadi baru, yang bukan saja berubah penampakan, tetapi melihat Tuhan dalam segala kemuliaan-Nya.

*

Seorang bapak dari kampung pertama kali ke kota bersama anaknya dan menginap di sebuah hotel. Dia terkagum-kagum dengan bangunan indah, megah dan terutama fasilitas lift. Suatu ketika dia melihat seorang ibu tua masuk ke dalam lift lalu pintu tertutup. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka lagi dan seorang gadis cantik keluar.

” Nak, cepat panggil ibumu di kampung dan suruh naik mesin ajaib ini”.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Batam/Singapura-Redemptoris Assembly and Chapter)

Back to top button