Pemukim Israel Bakar Rumah Warga Palestina, Tebang Ratusan Pohon Zaitun di Tepi Barat

JERNIH – Pasukan dan pemukim Israel telah melakukan serangkaian serangan di seluruh Tepi Barat yang diduduki. Tentara menembak beberapa penduduk di kamp pengungsi Far’a sementara pemukim merusak rumah dan lahan pertanian Palestina di dekat Nablus dan Hebron.
Kantor berita Palestina, Wafa melaporkan, dalam salah satu dari beberapa penggerebekan kemarin, pasukan Israel menyerbu kamp Far’a dekat Tubas, melepaskan tembakan ke arah penduduk. Dua pemuda terluka dan dirawat petugas medis Bulan Sabit Merah Palestina. Militer Israel menangkap warga Palestina dari kamp tersebut, serta warga Tulkarem, Hebron, dan Jifna di dekat Ramallah.
Sementara itu, para pemukim Israel membakar sebagian rumah warga Palestina di dekat kota Huwara di Provinsi Nablus, menurut direktur hubungan masyarakat kota tersebut. Rekaman serangan, menunjukkan petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang telah melahap bangunan luar yang terhubung.
Di tempat lain, di kota Sa’ir dekat Hebron, para pemukim Israel menebang sekitar 300 pohon almond dan zaitun milik warga Palestina. Masih menurut Wafa, ini merupakan peristiwa terbaru dari serangkaian serangan terhadap pertanian di daerah tersebut selama sebulan terakhir. Sekelompok pemukim Israel lainnya melewati sebuah permukiman Palestina di tenggara Betlehem dan “melecehkan” penduduk, tambah kantor berita tersebut.
Serangan oleh pasukan dan pemukim Israel di Tepi Barat telah meningkat sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023. Sejak itu, serangan semacam itu telah menewaskan sedikitnya 1.047 warga Palestina dan melukai lebih dari 10.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi melaporkan serangan oleh para pemukim, yang mengamuk dan melakukan kekerasan terhadap warga Palestina tak bersenjata tanpa hukuman, telah menargetkan properti Palestina lebih dari 2.400 kali dalam dua tahun terakhir, menggusur setidaknya 3.055 orang, termasuk 1.529 anak-anak, sebagian besar berasal dari komunitas Badui atau penggembala.