Moron

Locusta, Pembunuh Berantai Paling Beracun Zaman Romawi Kuno

Racun telah dikenal lama sebagai senjata mematikan untuk membunuh. Di pusat kekuasaan ancaman pembunuhan dengan racun selalu mengincar setiap saat dan sulit diprediksi. Para raja dan kaisar dapat dengan mudah terbunuh oleh racun yang dibawa pelayan atau pun orang terdekatnya. Terbunuh oleh racun meninggalkan persoalan yang rumit dan pelik, karena bersifat rahasia, licik dan sarat intrik. 

Para dukun banyak diperkerjakan untuk meracik racun paling mematikan. Jaman Kekaisaran Romawi kuno terdapat 3 wanita tahli racun yang terkenal dengan julukan ‘Janda Hitam dari Roma’.  Trio wanita paling beracun itu adalah Martina, Locusta, dan Canidia.

Locusta paling dikenal kisahnya karena hidupnya berkaitan dengan kaisar Nero yang terkenal kejam. Locusta berasal  dari hutan liar di Gaul ini telah membunuh banyak orang dengan racunnya yang mematikan. Terutama sejak dia di pekerjakan oleh Kaisar Nero.

Melalui racun tidak perlu senjata dan pertumpahan darah untuk menggulingkan kekuasan atau menyingkirkan lawan. Ketakuan pembunuhan melalui racun menyebar dikalangan para kaisar maupun pembesar. Suguhan makanan dan minuman selalu dicurigai. Sehingga banyak diantara mereka yang mempekerjakan pelayan khusus sebagai pencicip makanan.

Locusta adalah seorang wanita yang ahli dalam penggunaan tanaman liar terutama yang beracun. Dia ditangkap sekitar  54 M dan dibawa ke Roma untuk digunakan keterampilan mautnya . Keahliannya cepat terkenal sejak resmi dipekerjaan sebagai ahli racun utama Kaisar Nero.  Nama Locusta didokumentasikan oleh sejarawan kuno Tacitus, Juvenal, Cassius Dio, dan Suetonius.

Kisah Locusta  pertama kali disebutkan dalam pelayanan Agrippina Muda, permaisuri Kaisar Romawi ke IV Tiberius Claudius. Claudius berkuasa dari 24 Januari 41 hingga  tahun 54 M, menggantikan Caligula. Agrippina adalah adik Caligula, dia menginginkan takhta Roma untuk anaknya, Nero. Untuk menyingkirkan suaminya, Agrippina menggunakan jasa racun Locusta.

Saat makan malam, pelayan Claudius bernama Holotusmenaburkan racun pada makanan yang disajikan untuk Claudius. Jamur beracun yang diracik Locusta disebut Amanita Phalloides (Jamur Kematian).  Akan tetapi Claudius tidak segera mati karena dosisnya tidak cukup kuat. Justru Claudius justru dihabisi oleh dokternya sendiri, Gaius Stertinius Xenophon, yang memasukkan bulu ke dalam mulut kaisar untuk memaksanya muntah. Tetapi bulu itu dilapisi dengan racun berdosis tinggi.

Pada 55 M, Locusta di penjara akibat tuduhan meracuni Claudius. Ketika Nero menjadi kaisar, Locusta diampuni dan dipekerjakan lagi. Nero membutuhkan Locusta untuk menyingkirkan putra Claudius yang masih remaja  bernama Britannicus. Dia takut bocah itu kelak akan menjadi ancaman bagi pemerintahannya.

Nero bukanlah anak dari Claudius. Dia putra Agrippina dan Gnaeus Domitius Ahenobarbus. Setelah Ahenobarbus  meninggal, Agrippina yang saat itu berusia 34 tahun dijadikan istri Kaisar Claudius.  Nero diadopsi sebagai anak angkat Claudius. Karena pengaruh Agrippina, Nero berhasil dijadikan putra mahkota, menggeser kedudukan Britannicus, putra mahkota sebelumnya.

Locusta lalu diperintahkan membuat racun untuk membunuh Britannicus. Pada percobaan pertama racun arsenik yang diracik Locusta gagal membunuh Britannica karena dosisnya kecil, Hal itu disebabkan Nero menginginkan kematian Britannicus nampak wajar.

Akibat kegagalan itu Locusta dicambuk dan disuruh membuat racun yang lebih  efektif. Akhirnya setelah melalui serangkaian percobaan yang mengorbankan nyawa anak-anak, racun yang mematikan itu selesai. Pada sebuah jamuan makan malam, racun Locusta bekerja. Britannicus akhirnya tewas setelah minum arak yang dicampur racun. Nero membuat alasan bahwa kematian Britannicus disebabkan epilepsi .

Locusta menggunakan Atropa belladonna yang termasuk keluarga nightshade Solanaceae. Belladonna biasanya memiliki buah hitam atau merah yang sangat beracun. Selain itu dia juga menggunakan arsenik, henbane, mandrake, aconit, , colchicum, hellebore, dan ekstrak yew. Ramuan tersebut  merupakan  racun yang paling efisien dan terkenal di Roma kuno.

Setelah itu, Locusta semakin dipercaya oleh Nero. Dia diberi kedudukan khusus yang membolehkannya uji coba racun kepada binatang, budak dan para tahanan. Termasuk mengajarkan seni  membuat racun kepada murid-murid yang dikirim Nero. 

Uji coba racun Locusta  terhadap manusia yang mengakibatkan kematian diyakini para sejarawan merupakan pembunuhan berantai pertama yang terdokumentasikan. Hal tersebut karena penggunaan racun di zaman Romawi bukanlah keanehan, bahkan dianggap seni suatu seni yang mematikan sehingga terdokumentasi.

Beberapa sejarawan kontemporer yang menulis tentang hal diatas diantaranya Suetonius, Galen, Nicander, Pliny the Elder, Scribonius Largus, dan Dioscorides.  Secara umum saat itu ada tiga jenis racun yang dikenal, yaitu :  mineral, herbal, dan racun hewan.  Yang termasuk racun mineral diantaranya arsenik, antimon, merkuri, tembaga, dan timbal. Namun karena tidak stabil maka jarang digunakan.

Demikian pula racun hewan seperti  darah banteng, kodok, salamander,  laba-laba beracun, ular, dan kalajengking  sulit digunakan karena tidak selalu tersedia bahan bakunya selain itu sebagian besar tidak efektif  karena hanya berdasar mitos dan dongeng rakyat.

Racun yang terbukti  efektif berasal dari tanaman.  Selain banyak jenisnya, juga mudah digunakan dan disembunyikan. Racun dari tumbuhan biasanya turunan dari tanaman alkaloid belladonna, seperti henbane, datura, mandrake, atau nightshade yang dikenal sangat beracun.

Beberapa kaisar Romawi lainnya yang menggunakan racun sebagai upaya pembunuhan diantaranya  Domitianus, Commodus, Caracalla, Caligula, Elagabalus, dan Vitellius. Caligula dikenal memiliki berbagai racun dalam kantung besar. Nero  pernah membawa racun khusus yang dibuat oleh Locusta untuk Caligula.

Nero sangat bergantung pada racun untuk menjaga kedudukannya. Oleh karena itu selalu menyebut Locusta sebagai Juru racun utamanya. Dia meracuni bibinya sendiri, Domitia Lepida Major dan merebut tanah miliknya. Sextus Afranius Burrus, mantan penasihat utamanya juga maninggal diracun.

Ketika Nero bunuh diri pada tahun 68 M, maka tidak ada lagi yang melindungi Locusta. Nasibnya segera berakhir saat Kaisar Galba mulai  berkuasa. Dia ditangkap bersama rekan dekat Nero  yaitu  Patrobius, Narcissus, Helios, dan lainnya.  Sebelum Locusta mati, dia diseret melalui jalan-jalan di kota Roma dan kemudian dieksekusi mati.

Back to top button