- Ada dua episode Little House on the Praire yang menceritakan tentang wabah; Plague dan Quarantine.
- Film berlatar masyarakat pedesaan AS tahun 1800-an itu tak bicara sains.
- Masyarakat mengatasi wabah dengan cinta dan kebersamaan, dengan menerapkan social distancing, isolasi diri, dan berbagi.
New York — Bukan Bill Gates yang kali pertama meramalkan kemunculan wabah virus korona, tapi Little House on the Praire — film klasik yang dibintangi Michael Landon, Mellisa Gilbert, dan Mellisa Sue Anderson.
Ini terungkap dalam percakapan Twitter beberapa penggemar film itu, yang masih belum lupa dengan dua episode paling mencekam; Plague dan Quarantine. Keduanya ditayangkan tahun 1974 dan 1983.
“Saya pikir saya akan meluangkan waktu menonton episode itu lagi, dan mengabaikan semua berita tentang virus korona,” tulis seorang penggemar Little House on the Praire di Twitter.
“Menonton lagi film itu tentang pandemi flu, benarkah,” yang lain menimpati.
“Sejak masih anak-anak, saya sudah siap menghadapi wabah sejak menonton Little House on the Praire episode Quarantine,” tulis yang lain.
Mellisa Gilbert, pemeran Laura Ingalls Wilder yang kini tinggal di New York, mengatakan kepada New York Post tentang dua episode itu.
“Saya masih ingat bagaimana saya dikunci di kabin berburu yang dikonversi di Catskill untuk menghindari wabah,” kenang Mellisa Gilbert tentang episode Plague.
Plague ditayangkan perdana 29 Januari 2975. Laura Ingalls Wilder dan pendeta Walnut Grove, pendeta Alden, dan doter Doc Baker, mengatasi penyebaran wabah di antara pemukim yang ketakutan.
AS tahun 1800-an kerap diserang wabah tifus. Dalam Plague, wabah yang menyebar di permukiman petani juga tifus.
Pendeta Grove, Alden, dan dokter Baker mengubah gereja lokal menjadi rumah sakit darurat dan kamar mayat. Ketiganya juga mencari asal-usul penyakit, dan metode penyembuhannya.
“Semua yang diceritakan di episode itu diterapkan saat ini,” kata Gilbert. “Kota mengurangi aktivitas, yang membuat orang terkarantina di rumah. Menempatkan orang sakit di satu tempat, dan mencari sumber penyebaran.”
Episode dimulai dengan soundtrack tak enak didengar, dengan gambar gudang tepung jagung. Tikus-tikus berlarian di sekitar tepung, dan tak terlihat Tuan Peterson, sang pemilik.
Tuan Peterson memotong harga dari pemasok, yang membuat Tuan Hansen, majikan ayah Laura Ingalls. Itu adalah situasi bencana, dan akan ada kematian memilukan sebelum Keluarga Ingalls menyadari bahwa tepung jagung tercemar adalah sumber wabah.
Keluarga Boulton berterima kasih atas pemberian tepung jagung, yang memungkinkan keluarga tidak hanya membuat satu roti tapi dua. Dalam 24 jam, anak laki-laki Keluarga Boulton menderita demam tinggi.
Dr Baker memasukannya ke dalam lemari penuh es, untuk menurunkan suhu badannya.
Dalam adegan lain, Ny Boulton meninggal lebih dulu sebelum penyakit merengut putranya. Ini episode Little House on the Praire paling mengerikan.
Tuan Boulton menggendong tubuh putranya di bawah pohon, dan sepenuhnya menyangkal anak tercintanya telah mati. “Aku tidak tega melepas anak ini ke sekolah hari ini,” kata Tuan Boulton kepada Charles, ayah Laura Ingalls.
Ada adegan Charles menceritakan kepada Caroline, tentang orang tua kecil tak dikenal yang dimakamkan tanpa nama. Laura Ingalls yang bercerita tentang betapa lelah ayahnya menolong orang sakit, dengan risiko terjangkit.
Episode ini juga dibintangi Leslie Landon, anak Michael Landon. Leslie adalah bintang tamu yang berperan sebagai gadis yang sakit.
“Saya merinding jika mengingat adegan itu,” kata Gilbert. “Terutama adegan kematian di gereja, ketika seorang korban mengatakan tidak takut mati dan akan pergi ke surga.”
Dalam episode Quarantine, Mr Olsen berteriak kepada Charles dari jendela. Ini adegan yang menyimbolkan social distancing. Ketika orang tidak berani saling mendekat, dan bicara dari kejauhan.
Mr Olsen yang dermawan dipaksa menutup toko, dan meninggalkan barang-barang sederhana di pintu depan. Olsen juga menyumbangkan barang-barang; selimut dan wajan, kepada penduduk.
Pendeta Alden mengabaikan keselamatan dirinya, demi membantu orang lain.
“Dalam Quarantine, tidak ada kisah ilmuwan atau peneliti yang menasehati warga,” kenang Gilbert. “Masyarakat memerangi wabah dengan cinta dan kebersamaan. Seperti itulah seharusnya kita.”