Black Lives Matter dan Kontroversi Edward Colston
Bristol — Di AS, tidak ada pedagang budak yang dipuja dan dibuat patung. Di Inggris, tepatnya di Bristol, Edward Colston dipuja dan patungnya berdiri sejak 1895.
Kemarin, saat demo Black Lives Matter, massa aksi demo merobohkan patung Colston dan membuangnya ke sungai. Colston, figur kontroversial bertahun-tahun, lenyap. Namun puluhan fasilitas sosial yang dibangun Colston dari penjualan budak masih dinikmati publik.
Sepanjang abad ke-17, Colston adalah pedagang yang menjual apa saja yang bisa dijual. Ia menjadi anggota Royal Afircan Company, yang memegang monopoli perdagangan emas, gading, dan budak, sepanjang pantai barat Afrika.
Colston naik dengan cepat, dan menjadi deputi gubernur — posisi eksekutif paling senior di Royal African Company. Ia dekat dengan Raja Charles II dan James, Duke of York.
Royal African Company diperkuat banyak investor terkenal, salah satunya filsuf terkenal John Locke — bapak liberlisme.
Selama terlibat di Royal African Company, Colston diperkirakan mengangkut dan menjual 84 ribu budak wanita, pria, dan anak-anak. Sebanyak 19 ribu tewas dalam perjalanan ke Karibia dan kota-kota pantai di Amerika.
Colston menjual budak ke pekebun tebu. Pilihan menggunakan budak semata dengan alasan ekonomi. Memelihara budak jauh lebih murah, dibanding membayar pekerja kontrak kulit putih.
Setelah tidak lagi bergabung dengan Royal Africa Company, Colston membangun usaha perdagangan sendiri. Komoditi yang diperdagangkan masih sama; gula, tembakau, dan budak.
Gula yang dijual adalah yang diproduksi budak. Biaya tenaga kerja yang rendah, membuat Colston bisa menjual gula di Eropa lebih murah, yang membuatnya menguasai pasar.
Colston menjadi sangat kaya. Ia makin kaya lewat bisnis lain; perdagangan bunga, pinjaman uang, dan lainnya.
Cerita Colston tidak berhenti sampai di situ. Ia aktif di kegiatan sosial dan politik. Ia membangun sekolah, rumah tahanan, rumah sakit, dan gereja di Bristol, London, dan tempat lain.
Ia membangun banyak yayasan sosial, yang beberapa masih aktif sampai hari ini.
Di Bristol, Colston membangun rumah-rumah kecil di King Street dan St Michael’s Hill, menyumbang sekolah Queen Elizabeth’s Hospital, dan membantu mendirikan Colstonis Hospital — sekolah asrama yang ibuat tahun 1710.
Ia menyumbang banyak sekolah, gereja, dan katedral. Penulis David Hughson tahun 1808 menggambarkan Colston sebagai deramawan besar Bristol, yang sepanjang hidupnya menghabiskan hampir seluruh kekayaannya untuk lembaga amal.
Colston layak dikenang sebagai pembangun Bristol, dan tahun 1895 patungnya menghiasi kota. Kini, patung itu dirobohkan massa pedemo Black Lives Matter.
Namun, Colston terlanjur meninggalkan banyak peninggalan yang dinikmati penduduk Bristol. Patung Colston boleh saja dihancurkan, tapi penduduk Bristol akan selamanya fasilitas yang dibangun Colston dari penjualan budak.